Pemulihan setelah operasi usus buntu berapa lama

Penyakit usus buntu adalah peradangan yang timbul di usus buntu atau apendiks dan bisa disebabkan oleh infeksi bakteri. Radang usus buntu merupakan salah satu penyakit bedah terbanyak di dunia, yang memerlukan Tindakan bedah segera untuk mencegah komplikasi seperti usus buntu yang pecah [perforasi]. Di Indonesia pada tahun 2006 penelitian di RS Cipto Mangunkusumo, Jakarta, melaporkan radang usus buntu merupakan penyebab keempat terbanyak rawat inap yang disebabkan oleh keluhan gastrointestinal periode 2003-2007. Radang usus buntu biasanya terjadi pada usia 5 sampai 45 tahun, namun dapat terjadi pada semua usia.

Penyebab dan gejala radang usus buntu

Penyebab dari radang usus buntu biasanya adalah sumbatan dari saluran usus buntu. Pada saat saluran usus tersumbat, bakteri terkumpul pada usus buntu dan menyebabkan radang usus buntu yang nantinya dapat menyebabkan usus buntu menjadi pecah [perforasi].

Gejalanya radang usus buntu biasanya berupa keluhan gangguan gastrointestinal seperti nyeri perut terutama kanan bawah, mual, muntah, nafsu makan yang menurun sampai pada demam. Terutama pada anak-anak gejala nyeri perut kanan bawah dapat kurang jelas karena pada anak yang masih kecil biasanya sulit untuk menentukan lokasi dari nyeri perut. Pada radang usus buntu yang sudah lama [kronik] gejala nyeri perut kanan bawah biasanya hilang timbul, namun dapat terjadi perburukan seiring berjalan waktu. Gejala radang usus buntu yang memburuk biasanya ditandai nyeri perut kanan bawah yang bertambah hebat, bahkan dapat menjadi nyeri seluruh perut dan demam tinggi, biasanya hal ini telah terjadi pada radang usus buntu yang sudah pecah [perforasi].

Bahaya radang usus buntu yang tidak segera ditangani

Komplikasi radang usus buntu yaitu usus buntu yang pecah [perforasi] merupakan hal yang serius karena dapat menyebabkan peritonitis, yang ditandai dengan nyeri seluruh perut, sepsis [infeksi yang menyebar ke seluruh tubuh] sampai pada kematian. Harry Houdini yang merupakan pesulap dunia meninggal dunia karena radang usus buntu yang pecah [perforasi] pada tahun 1926.

Penanganan radang usus buntu dengan laparoskopi

Untungnya berkat kemajuan teknologi kedokteran saat ini, keamatian dari radang usus buntu dapat ditekan. Bahkan, dengan teknologi saat ini dapat memungkinkan Tindakan operasi usus buntu yang nyaman dengan minimal nyeri, dengan hasil kosmetik yang luar biasa berupa bekas operasi yang minimal.

Sejak penemuan lensa, fiber optic, ilmu kedokteran juga meningkat terutama pada ilmu bedah. Dengan menggunakan kamera [laparoskopi], tindakan pengangkatan usus buntu dapat dilakukan dengan luka operasi yang minimal seukuran lubang kunci, yang mengakibatkan nyeri pasca operasi yang minimal dan pemulihan pasca operasi yang cepat.

Teknologi terkini yang semakin berorientasi pada pasien, ahli bedah telah mengembangkan alat untuk dapat melakukan tindakan operasi laparoskopi pengangkatan usus buntu melalui satu lubang seukuran lubang kunci melalui pusar. Hasil yang didapat bukan hanya nyeri pasca operasi yang minimal dan pemulihan pasca operasi yang cepat, namun juga hasil kosmetik yang sangat baik, karena luka operasi sebesar lubang kunci tersembunyi di pusar sehingga tidak terlihat. Hal ini sangat memuaskan pasien terutama pada pasien anak dan wanita.

Setelah tindakan laparoskopi, pasien dianjurkan untuk tidak melakukan aktivitas berat terlebih dahulu seperti gym atau mengangkat alat berat setidaknya hingga 14 hari ke depan pasca operasi.

Artikel ditulis oleh dr. Hendry Susanto, Sp.B, [Dokter Spesialis Bedah di RS EMC Pulomas].

Jakarta -

Dokter, saya baru saja operasi usus buntu, tapi sudah pecah sehingga ada nanah di dalam perut [banyaknya cc saya kurang tahu]. Yang saya rasakan sekarang setelah operasi adalah kadang-kadang masih pusing, mual-mual seperti maag, sekitar punggung masih pegal-pegal dan di sekitar bekas operasi masih nyeri.

Yang ingin saya tanyakan adalah:


1. Berapa lama masa pemulihannya, sehingga saya bisa beraktivitas normal kembali [Sekarang saya sudah mulai bekerja, tapi kerjaan yang ringan saja]?
2. Apakah nantinya setelah sembuh mempengaruhi berat badan saya [bertambah atau berkurang]?
3. Jenis makanan apa yang boleh dimakan dan tidak boleh dimakan [kadang-kadang saya masih bingung]?

Atas informasinya dan penjelasanya, saya ucapkan terimakasih.

Wahyu Susmato [Laki-laki Lajang, 29 Tahun],
Tinggi Badan 167 cm dan Berat Badan 47 kg

Jawaban

Pada operasi usus buntu yang tidak mengalami komplikasi kurang lebih 5-7 hari sudah dapat beraktifitas seperti semula. Namun bila terjadi komplikasi dapat lebih dari 7 hari. Tergantung dari tingkat keparahannya.Pasca operasi rasa nyeri yang terjadi sesaat itu normal. Namun apabila nyeri terus menerus dan terjadi gejala klinis lainnya seperti yang terjadi pada Bapak, sebaiknya berkonsultasi ke dokter bedah dan dilakukan pemeriksaan fisik untuk memastikan kondisi Bapak lebih lanjut.Adakah kemungkinan perlu dilakukan pemeriksaan lebih lanjut seperti USG, laboratorium darah, dll. Ataukah memang hanya sakit maag biasa karena pola makan yang tidak teratur dan tidak tepat waktu.Adapun hal ini tidak ada kaitannya dengan berat badan asalkan asupan gizi cukup dan tidak ada penyakit penyerta lainnya seperti TB Paru, dll. Sedangkan dengan kondisi pasca operasi yang sudah 4 bulan, jenis makanan apa saja boleh.

Dr. Vera Ikasari, Sp.BP


Dokter Spesialis Bedah Plastik, praktik di RS PURI INDAH PONDOK INDAH, Jl. Puri Indah Raya Blok S-2, Kembangan Selatan, Jakarta Barat. Telepon: 25695222.

[ir/ir]

Sebagian besar orang umumnya merasa waswas bila mengalami penyakit yang hanya bisa diatasi dengan operasi. Tak terkecuali pasien penyakit usus buntu. Namun operasi usus buntu tak hanya bisa dilakukan lewat metode konvensional yang butuh waktu pemulihan lebih lama. Menurut penelitian, ada juga cara selain operasi untuk mengobati usus buntu.


Mengenal Operasi Usus Buntu

Penyakit usus buntu terjadi ketika bagian ujung usus besar yang berbentuk mirip kantong kecil mengalami peradangan. Istilah medis penyakit usus buntu adalah apendisitis. Penyebab apendisitis umumnya adalah adanya benda asing yang menghalangi usus buntu, seperti sebagian kecil tinja atau tumor, juga infeksi bakteri yang memicu peradangan dan pembengkakan usus buntu.

Operasi adalah tindakan medis yang direkomendasikan untuk mengobati usus buntu. Operasi usus buntu disebut apendektomi. Lewat operasi, usus buntu yang mengalami peradangan akan diangkat. Usus buntu tidak memiliki fungsi khusus dalam sistem tubuh sehingga tidak berdampak apa pun terhadap kehidupan pasien bila diangkat.

Operasi usus buntu adalah prosedur bedah yang paling umum di seluruh dunia. Terdapat dua macam operasi untuk mengangkat usus buntu, yakni operasi terbuka [laparotomi] dan operasi lubang kunci [laparoskopi]. Operasi terbuka dilakukan layaknya prosedur bedah biasa dengan membuat sayatan lebar di perut untuk menjangkau usus buntu. Sedangkan operasi lubang kunci mengacu pada tindakan bedah yang hanya perlu dengan sayatan kecil layaknya lubang kunci.

Pasien umumnya memilih laparoskopi karena prosedur yang lebih singkat dan pemulihan lebih cepat. Tapi tidak semua pasien penyakit usus buntu bisa menjalani laparoskopi, misalnya karena peradangan usus buntu sudah sangat parah atau ada abses [penumpukan bakteri/nanah], usus buntu sudah pecah, dan ada jaringan parut di perut dari operasi lain sebelumnya. Dokter juga bisa beralih dari laparoskopi ke laparotomi saat prosedur berlangsung bila sulit melihat usus buntu dengan laparoskop atau pasien mengalami perdarahan. Dokter akan selalu meninjau kondisi pasien untuk menentukan prosedur bedah mana yang paling tepat dan aman.

Baca Juga:  Deteksi Kanker Payudara Sebelum Terlambat

Mengapa Harus Dilakukan Operasi Usus Buntu?

Penyakit usus buntu tergolong sebagai keadaan darurat medis. Artinya, perlu penanganan medis secepatnya bila muncul gejala. Operasi terutama dibutuhkan untuk penyakit usus buntu akut, yakni apendisitis dengan gejala berat yang muncul secara mendadak, terutama rasa sakit yang tak tertahankan di perut.

Pada kondisi ini, usus buntu sudah mengalami peradangan parah, membengkak, dan berisiko robek atau pecah. Jika rasa sakit itu disertai gejala lain seperti demam tinggi, muntah, dan tubuh lemas, kemungkinan besar usus buntu sudah sangat terinfeksi atau robek. Komplikasi yang mengancam jiwa ini bisa terjadi dalam 48-72 jam setelah gejala sakit perut muncul.

Operasi usus buntu adalah satu-satunya cara untuk memastikan kesembuhan pasien. Jika usus buntu sudah diangkat, tidak akan ada lagi gejala peradangan. Agar peradangan tidak terjadi atau kambuh lagi, operasi harus sempurna. Tidak boleh ada bagian dari usus buntu yang tersisa.

Beberapa penelitian menyebutkan pasien bisa menjalani pengobatan antibiotik untuk mengatasi usus buntu. Tapi cara ini masih kontroversial karena masih ada kemungkinan penyakit kambuh lagi seusai pengobatan.

Persiapan Sebelum Operasi

Dokter harus memastikan diagnosis pasien dulu sebelum operasi usus buntu bisa dijadwalkan. Diagnosis diambil lewat serangkaian tes, seperti tes darah dan tes pencitraan. Tapi bila pasien datang dalam kondisi darurat menurut penilaian dokter, operasi bisa segera dijalankan.

Jika operasi dijadwalkan, pasien umumnya mesti berpuasa selama delapan jam sebelum operasi baik laparotomi maupun laparoskopi. Tujuannya adalah mencegah risiko masuknya partikel makanan atau minuman ke paru-paru saat operasi. Lambung yang kosong juga memudahkan dokter melihat dan menemukan usus buntu yang bermasalah.

Demi keamanan pasien, dokter akan menanyakan apakah ada obat-obatan yang sedang dikonsumsi, apakah ada alergi tertentu, dan apakah pernah punya riwayat masalah perdarahan. Beri tahu pula dokter bila Anda mungkin atau sedang hamil yang bisa mempengaruhi prosedur operasi.

Baca Juga:  Mengapa Kamu Memerlukan Bedah Laparoskopi 

Apendektomi dijalankan dengan prosedur bius total ataupun bius lokal, tergantung hasil pemeriksaan dokter. Karena itu, pasien perlu ditemani pendamping saat di rumah sakit lantaran efek bius bisa membuat pasien mengantuk dan lemas. Pasien juga tidak disarankan pulang dengan menyetir kendaraan sendiri seusai operasi.

Prosedur Operasi

Prosedur operasi usus buntu tergantung jenis operasi yang dijalankan, apakah laparotomi atau laparoskopi. Pertama-tama, pasien akan diberi obat bius dan berbaring di meja operasi dengan infus. Prosedur dijalankan setelah semua dokter dan tim siap dengan peralatan operasi.

1. Laparotomi

Dalam operasi terbuka ini, dokter bedah akan membuat sayatan 4-10 sentimeter di perut. Pasien umumnya diberi bius total sehingga tidak sadarkan diri selama prosedur berlangsung. Dari sayatan itu, dokter akan menjangkau usus buntu dan mengambilnya. Jika usus buntu sudah pecah, dokter akan membersihkan rongga perut dulu sebelum menutup sayatan.

2. Laparoskopi

Dalam laparoskopi, dokter bedah hanya membuat beberapa sayatan kecil di perut. Dari sayatan itu, dokter memasukkan alat seperti slang kecil yang fleksibel bernama cannula untuk mengembangkan perut menggunakan gas karbon dioksida. Dengan demikian, dokter bisa melihat usus buntu dengan lebih baik. Setelah itu, alat laparoskopi berupa slang tipis yang panjang dan dilengkapi kamera dimasukkan. Rekaman kamera dari alat itu dipakai dokter sebagai panduan untuk menemukan usus buntu dan mengangkatnya. Prosedur selanjutnya berupa pembersihan rongga perut dan penutupan sayatan sama seperti laparotomi.

Risiko dan Komplikasi

Secara umum, risiko operasi dengan prosedur laparoskopi lebih kecil daripada bedah terbuka. Risiko komplikasi operasi usus buntu sangat jarang terjadi. Risiko itu antara lain:

  • Perdarahan
  • Infeksi pada luka bekas operasi
  • Bekuan darah
  • Masalah jantung
  • Hernia
  • Luka pada organ tubuh lain di sekitar usus buntu
  • Pneumonia
  • Kelahiran prematur bila pasien sedang hamil

Baca Juga:  Dokter Bedah: Tips Buat Janji dengan Dokter Spesialis Bedah

Perawatan dan Pemulihan Setelah Operasi

Pasien akan menjalani observasi selama beberapa jam seusai operasi usus buntu. Tanda-tanda vital seperti detak jantung dan pernapasan akan dipantau secara intensif. Perawat juga akan memeriksa efek reaksi bius yang dipakai dalam operasi. Pasien umumnya bisa langsung pulang pada hari itu juga jika penyakit usus buntunya tidak parah.

Selama beberapa hari setelah operasi, akan ada rasa nyeri dan ketidaknyamanan pada area bekas sayatan. Dokter akan meresepkan obat-obatan pereda nyeri dan antibiotik pencegah infeksi. Pastikan bekas sayatan itu tetap bersih agar tidak terinfeksi. Pemulihan biasanya berlangsung selama 4-6 pekan. Selama masa itu, pasien tidak dianjurkan membatasi aktivitas fisik dan menjalani konsultasi dengan dokter beberapa kali untuk mengecek kondisi pasien serta memeriksa bekas sayatan dari operasi usus buntu.

Ditinjau oleh:

dr. Ondo Renaisan Sitorus, Sp. B

Dokter Spesialis Bedah

Primaya Hospital PGI Cikini

Referensi:

Appendectomy. //www.healthline.com/health/appendectomy#purpose. Diakses 14 Maret 2022

Appendicitis Treatment. //www.nhs.uk/conditions/appendicitis/treatment/. Diakses 14 Maret 2022

Appendicitis. //www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK493193/. Diakses 14 Maret 2022

Treatment for Appendicitis. //www.niddk.nih.gov/health-information/digestive-diseases/appendicitis/treatment. Diakses 14 Maret 2022

Appendectomy. //medlineplus.gov/ency/article/002921.htm. Diakses 14 Maret 2022

Bagikan ke :

Video yang berhubungan

Bài mới nhất

Chủ Đề