Perwujudan sifat syaja ah bisa bermacam macam sebutkan


Syaja’ah secara etimologi memiliki arti berani. Sedangkan pengertian syaja’ah menurut kamus bahasa Arab memiliki arti keberanian atau keperwiraan. Lawan kata dari kata syaja’ah adalah al-jubn yang artinya pengecut.

Setiap muslim diharuskan memiliki sifat syaja’ah atau berani untuk membela dan mempertahankan yang benar secara bijaksana bukan menjadi muslim yang penakut.

Karena di dalam agama Islam tidak menyukai orang-orang yang pengecut yang tidak berani mempertahankan dan membela yang benar.

Nabi Muhammad SAW bersabda “Berkatalah yang benar sekalipun itu pahit”. [H.R. Imam Ibnu Hibban RH]

Maka makna dari hadits di atas adalah kita dianjurkan untuk berani berkata yang benar walaupun itu sangat berat dan menyakitkan karena setiap memperjuangkan kebenaran tentunya akan banyak rintangan yang akan dihadapi oleh sebab itu kita dianjurkan memiliki sifat syaja’ah.

Selain itu, Allah SWT juga berfirman di dalam Q.S. Ali Imran ayat 139 :


Artinya : “Janganlah kamu bersikap lemah dan janganlah [pula] kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi [derajatnya] jika kamu orang-orang yang beriman”.

Macam-macam syaja’ah

1. Syaja’ah harbiyyah

Syaja’ah harbiyyah yaitu keberanian yang kelihatan atau nampak, misalnya keberanian saat berada di medan perang.

2. Syaja’ah nafsiyyah

Syaja’ah nafsiyyah yaitu keberanian menghadapi bahaya dan menegakkan keberanan, misalnya keberanian untuk membenarkan yang benar dan berani mengingatkan kepada yang salah, berani membela kesucian agama dan kehormatan bangsa dan lain sebagainya.

Ciri-ciri orang yang bersifat dan berperilaku syaja’ah

  1. Berani memperjuangkan yang benar dan berani meluruskan yang salah
  2. Segala sesuatu yang dilakukannya ikhlas dan semata-mata karena Allah SWT
  3. Memiliki sikap yang sabar dan tawakal dalam membela yang benar
  4. Memiliki pendirian yang kuat dan teguh

Contoh perilaku syaja’ah

Contoh perilaku-perilaku yang mencerminkan sifat syaja’ah antara lain :

  1. Berani mengakui kesalahan bila berbuat salah dan berani meminta maaf akan kesalahan yang telah dilakukannya.
  2. Selalu berani berkata jujur, bertindak jujur dan berpikir jujur walaupun dikecam oleh oleh orang-orang yang dzalim.
  3. Berani melakukan kritik kepada pemimpin-pemimpin yang dzalim.
  4. Senantiasa bersikap sesuai dengan tuntunan ajaran agama islam walapun banyak orang-orang disekitar tidak menyukainya.

Hikmah sifat syaja’ah

Setiap muslim yang selalu senantiasa mempertahankan sifat syaja’ah maka dia akan menjadi seorang yang dapat mencapai kemajuan, tidak mudah terserang perasaan yang sulit dan tidak mampu [akan membuatnya lebih percaya diri], akan menjadi seseorang yang kreatif dan produktif serta membuat hidup menjadi tentram

Cara menanamkan sifat syaja’ah di dalam diri

Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk menanamkan sifat syaja’ah di dalam diri kita diantaranya adalah :

  1. Berusaha selalu mendekatkan diri kepada Allah SWT sehingga kita akan senantiasa selalu berusaha mentaati perintahnya dan menjauhi segala larangannya.
  2. Banyak belajar tentang ilmu akhirat agar kita senantiasa termotivasi untuk melakukan kebaikan dan menghindari keburukan, serta menganggap dunia ini merupakan kehidupan yang sebentar, dan akihiratlah kehidupan yang kekal.
  3. Banyak belajar tentang sejarah-sejarah nabi agar kita tahu betapa beratnya perjuangan para nabi untuk menegakkan agama Allah SWT, dan perjuangan kita untuk menegakkan kebenaran tidak ada bandingannya dengan beratnya perjuangan para nabi.
  4. Meningkatkan sikap istiqomah dan optimisme dalam semua hal.

MuslimTerkini.com - "Tampil berani dan gagah dalam hal kebenaran merupakan wujud dari penerapan sikap Syajaah [Syaja'ah]."

Artinya, jika Adik-adik mendapaykan soal atau tugas untuk menyebutkan contoh Syajaah dalam Kehidupan Sehari Hari tidaklah susah, sebab ada banyak sikap gagah berani yang ada disekitar Adik-adik.

Bahkan disekolah, Adik-adik juga bisa menemikan sikap Syaja'ah dari siswa lain ataupun guru, juga orang lain di lingkungan sekolah, misal satpam.

Perlu Adik-adik ketahui bahwa deskripsi Syaja'ah adalah sikap keberanian seseorang yang berlandaskan kebenaran dan dilakukan dengan penuh pertimbangan. Berani dalam hal kebenaran, namun tidak gegabah dalam tindakan.

Baca Juga: Sebutkan Cara untuk Menanamkan Sikap Syajaah, ini 5 Jawaban dan Penjelasannya

Nah, mari belajar menemukan contoh syajaah dalam kehidupan sehari hari. Berikut adalah jawaban yang dibuat oleh tim MuslimTerkini.com untuk alternatif jawaban Adik-adik

Jawaban : Adapun contoh syaja'ah dalam kehidupan sehari-hari yang ada disekitar saya adalah sebagai berikut :

1. Mengakui kesalahan yang dilakukan, misal saya membuat kerusakan pada jendela kelas. Maka saya mengakui hal tersebut.

2. Melaporkan kepada pihak berwajib jika ada tindak pidana kriminal, misalkan: Korupsi, terorisme dan juga penganiayaan.

Baca Juga: Kisah Rasulullah dan Uang 8 Dirham, Sikap Dermawan dan Suka Menolong Sesama

Page 2

Page 3

secara sederhana, syaja’ah biasa diartikan berani.BIla hendak didefinisikan dengan lebih luas, Syaja’ah dikatakan sebagai kemampuan menundukkan jiwa agar tetap tegar dan teguh serta tetap maju saat berhadapan dengan musuh atau musibah. Istilah yang berdekatan dengan saja’ah adalah jur’ah.sinomin lainnya adalah iqdam. syaja’ah adalah sifat pertengahan [wasath] antara jubn [penakut,pengecut] dan tahawwur [berani tanpa perhitungan]. Imam syahid Hasan Al Banna mendefinisikan Syaja’ah sebagai ‘azhimul ihtimal [besarnya daya pikul dan daya tahan]. Sifat Syaja’ah seperti ini merupakan konsekuensi logis dari keimanan seseorang kepada Allah swt, hari akhir, malaikat, nabi dan rasul dan kepada qadha’ dan qadar’ Alllah SWT.

keimanan kepada Allah SWT, hari akhir dan kepada Qadha’ dan Qadar misalnyaakan menjadikan seseorang merasa yakin seyakin-yakinnya bahwa siapa saja yang berada di jalan Allah SWT. berarti berada pada jalan kebenaran.Kematian di jalan Allah SWT hanyalah mempercepat kerinduannya untuk bertemu Allah SWT dan menikmati surga nya serta mati atau  hidup itu sudah ada ketentuannya di sisi Allah SWT, betapa pun seseorang selalu berhadapan  dengan mara bahaya, namaun, jika Allah swt belum  menakdirkannya meninggal, ia tidak akan meninggal. Bukankah Khalid bin Al Walid, seorang sahabat Rosul SAW yang piawai dalam berperang pada tubuhnyaada lebih 70 luka antara tusukan dan sabetan, namun  meninggal di atas pembaringan, bukan di medan laga. Sebaliknya ada seorang yang sedang asyik-asyiknya menikmati rokok di dalam kamarnya, menikmati hangatnya kopi yang dihidangkan istrinya, namun toh ia meninggal tertembus roket nyasar saat gudang peluru cilandak meledak pada sekitar tahun 1984 M , Padahal tempat tinggalnya,cukup jauh dari lokasi ledakan.

perwujudan sifat Syaja’ah sebagaimana yang sudah dijelaskan di atas  bisa bermacam-macam, tidak mesti dalam medan pertempuran atau medan laga. Imam Syahid Hasan Al- Banna rahimahullah menyebutkan bahwa Syaja’ah bisa  terwujudkan dalam bentuk-bentuk sebagai berikut :

  1. Ash-Sharahah fil haq [terus terang dalam kebenaran], tidak  plin-plan [sesekali  mengatakan begini dan pada kali lainnya mengatakan begitu].
  2. Kitmanus-sirr [menyebunyikan rahasia, tidak membukanya, apalagi menyebarkanluaskannya].Apapun yang dia hadapi dalam menyimpan rahasia itu, ia tetap mempertahankannya, sepatah pun tidak mengataknnya.
  3. Al I’tiraf bil khatha’ [mengakui kesalahan],tidak lempar batu sembunyi tangan, menutupi kesalahan apalagi mengemasnya dengan kemasan-kemasan kebenaran.
  4. Al Inshaf minan-nafs[ obyektif terhadap diri sendiri], hati boleh panas, telinga boleh merah akan tetapi  akal pikiran tetap jenih dan memilih cara mengekspresikan kemarahannya dalam bentuk yang paling tepat.

kalau kita membuka-buka lembaran para anbiya’, mursalin, sahabat, tabi’in dan para ulama’, kita akan menemukan banyak sekali  contoh-contoh syaja’ah mereka yang bisa kita jadikan suri teladan. Di antaranya adalah sikap Imam Nawawi rahimahullah. berikut ini adalah penggalan kisahnya : pada masa Imam Nawawi rahimahullah, pengguasa saat itu hendak meminta sumbangan dari rakyat untuk pembiayaan perang  melawan pasukan mongol Tartar. pada saat itu rakyat  sedang dalam masa paceklik dan terjerat kemiskinan. Menurut hukum fiqih, negara memang dibenarkan meminta sumbangan dari rakyat jika anggaran negara tidak mencukupi. terlebih lagi hal ini dilakukan penguasa dalam rangka berperang  membela rakyat dari ancaman pasukan Mongol Tartar yang sangat terkenal keganasannya.

Imam Nawawi rahimahullah adalah seorang  ulama’ Syafi’i tekenal, Sepintas lalu, apa yang diingikan oleh penguasa saat itu ada benarnya menurut fiqih, Namun Imam Nawawi yang memiliki ketajaman fiqih ahkam dan fiqih waqi’ melihat bahwa apa yang diinginkan oleh penguasa saat itu adalah sesuatu yang salah dan munkar. Maka beliau berdiri di hadapan penguasa  itu dan menentang kehendak sang penguasa. Beliau mengatakan, ” Meminta sumbangan dari rakyat baru dibenarkan secara fiqih jika penguasa telah mengambil semua harta yang ada di tangan para pejabat negara dan keluarganya. jika  hasil penarikan  harta dari para pejabat yang korup itu masih belum mencukupi. barulah negara boleh meminta sumbangan dari rakyat. Namun sebelum itu meminta sperti yang dimaksud penguasa tidaklah sah, dan merupakan perbuatan zhalim.

Dari kisah diatas dapat kita kutip bahwa  menggungkapkan kebenaran  itu adalah suatu yang harus dimiliki oleh setiap kader, aktifis dakwah, dan semua umat islam .

setelah membaca taujih ini diharapkan para aktifis dakwah dan kader badaris berani dalam menolak kemungkaran, tidak takut kecaman, tekanan dan ancaman.

Video yang berhubungan

Bài mới nhất

Chủ Đề