Salah satu negara tujuan ekspor kayu lapis indonesia adalah



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ekspor kayu Indonesia cemerlang terutama ke pasar Asia Timur. Produk kayu olahan berupa woodworking yang kencang diekspor terutama pada produk untuk komponen rumah dalam bentuk jadi dan semi-jadi. Ke depan, peluang ekspor bakal diperkirakan makin tinggi seiring dengan semakin diakuinya sertifikasi legalitas kayu yang diterapkan oleh pemerintah. Ketua Asosiasi Industri Kayu Gergajian dan Kayu Pertukangan Indonesia [ISWA] Soewarni menyampaikan bahwa pasar utama produk kayu Indonesia adalah China dan Jepang. "Khusus Woodworking memang kuat ke Asia Timur, ekspor paling besar memang ke Jepang, China, Korea Selatan dan Taiwan," jelasnya kepada Kontan.co.id, Senin [12/11]. Pernyataan ini sesuai dengan data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan [KLHK] yang mendata sepuluh negara tujuan ekspor produk kayu Indonesia adalah China, Jepang, Amerika Serikat, Korea, India, Malaysia, Australia, Taiwan, Vietnam dan Inggris. Per data KLHK terbitan hari ini, Senin [12/11] China mendominasi dengan nilai perdagangan sebesar US$ 2,76 miliar dan berat 3,99 juta ton. Kemudian diikuti oleh Jepang senilai US$ 1,31 miliar dan berat 1,5 juta ton dan AS senilai US$ 1,21 miliar dan berat 581.227 ton. Kinerja ekspor kedua negara ini sudah hampir mendekati ekspor sepanjang tahun 2017 ke tujuan yang sama. Tahun 2017 lalu ekspor produk kayu ke China tercatat sebesar US$ 2,82 miliar sedangkan ke Jepang mencapai US$ 1,33 juta, sedangkan ekspor produk kayu ke AS tahun 2017 senilai US$ 1,13 juta. Menurut Soewarni, produk woodworking yang memiliki kinerja ekspor yang kuat adalah peruntukan komponen rumah. Misalnya adalah untuk flooring alias kayu alas dan daun pintu. Ada produk yang diekspor dalam bentuk jadi, ada juga yang setengah jadi belum di furnish. Pasar Asia Timur menurut Soewarni relatif terjaga karena memang memiliki hubungan dagang yang kuat. Kondisi ini sedikit berbeda dengan ekspor kayu ke Uni Eropa yang baru-baru ini mulai meningkat berkat adanya Sistem Verifikasi dan Legalitas Kayu [SVLK] yang menghasilkan V-Legal atau Sertifikat Legalitas Kayu [SLK]. "Dulu memang sedikit ke Uni Eropa tapi dengan adanya harus punya sertifikat kita harapkan ekspor bisa naik dan sebenarnya sudah kelihatan. Sedangkan kalau ke AS, dari dulu memang sudah menerapkan sertifikasi itu," kata Soewarni. Sayangnya, ia tidak memiliki data realisasi ekspor namun optimistis tahun ini bakal meningkat lebih baik. Terkait pasar Asia Timur, emiten dalam bidang kayu PT Tirta Mahakam Resources Tbk [TIRT] juga memfokuskan penjualan mereka ke sana terutama pada Jepang yang menguasai 90% penjualan ekspor emiten, dan sisanya kepada India dan Eropa. Pasar Jepang menurut manajemen TIRT sangat cair karena spesifikasi kayu yang mereka beli dari Indonesia sesuai dengan kebutuhan arsitektur bangunan yang berada di area rawan gempa. Spesifikasi yang diminta oleh importir Jepang terutama adalah kayu yang dapat melengkung dan melintur di bawah tekanan dan bagus menyimpan, menahan resapan uap air sehingga tidak terjadi lapuk. "Kualitas kayu terbaik tersebut didapatkan dari kayu Indonesia yang kami hasilkan," papar pihak manajemen melalui surat elektronik. Hingga kuartal III 2018 ini, pendapatan emiten TIRT mengalami kenaikan 43,26% menjadi Rp 792,2 miliar dari yoy Rp 552,97 miliar. Pendapatan emiten mayoritas disokong oleh penjualan kayu lapis senilai Rp 661,12 miliar, naik 50,53% dari yoy Rp 439,19 miliar. Kemudian penjualan polyester senilai Rp 122,85 miliar naik 29,61% dari yoy Rp 94,78 miliar dan penjualan Blockboard senilai Rp 8,23 miliar turun drastis 56,69% dari yoy Rp 18,997 miliar. Asal tahu, 98% penjualan TIRT diperuntukkan ekspor dan sisanya untuk dalam negeri. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News Editor: Yudho Winarto




JAKARTA. Pasar Asia masih mendominasi realisasi ekspor kayu bersertifikat V-legal atau sertifikat kayu yang diperoleh  lewat Sistem Verifikasi Legalitas Kayu [SVLK]. Sampai pertengahan Februari 2013, dua negara yang menjadi pasar ekspor terbesar kayu legal adalah Jepang dan China. Data Kementerian Kehutanan [Kemhut] menunjukkan, volume ekspor kayu dan olahan kayu V-legal mencapai 1,4 juta meter kubik [m3] hingga pertengahan Februari 2013. Dokumen V-legal yang diterbitkan Kemhut mencapai 8.579 dokumen. Sekedar mengingatkan. SVLK dirancang sejak tahun 2009 dan efektif mulai Januari 2013. Dari 119 negara tujuan ekspor kayu, 24 negara di Eropa. Setelah Jepang dan China, negara tujuan ekspor kayu   terbesar berikutnya adalah Australia, Amerika Serikat, dan Korea Selatan. "Dari dulu pasar Eropa kecil, pasar terbesar di Asia," kata Dwi Sudharto, Dirjen Bina Kehutanan Kemhut. Dari data rekapitulasi dokumen V-legal per Januari 2013, ekspor ke Asia mencapai 3.616 dokumen, sedangkan ke negara Eropa sebanyak 923 dokumen. Sisanya Amerika Utara, Oceania dan Afrika. Untuk meningkatkan pasar kayu ke Eropa, Indonesia telah melakukan misi diplomatik ke beberapa negara seperti Inggris dan Belgia. Ketua Delegasi RI, Agus Sarsito mengatakan, importir kayu di Uni Eropa sudah yakin produk kayu Indonesia dengan dilengkapi sertifikasi legal. "Importir Eropa sudah mau menerima SVLK meski perjanjian antara Indonesia dan Uni Eropa baru ditandatangani April 2013," kata Agus. Namun Hadi Daryanto, Sekjen Kemhut belum begitu optimis akan ada kenaikan ekspor kayu signifikan tahun ini. Ia   berharap peningkatan pasar dalam negeri akan mampu menggantikan potensi kehilangan pasar ekspor. "Pasar kayu dunia lesu sudah dari tahun lalu, semoga tahun ini bisa membaik," kata Hadi. Pada 2011 realisasi ekspor kayu Indonesia mencapai 4,11 juta m3 dengan nilai US$ 1,20 miliar. Volume tersebut turun menjadi 2,62 juta m3 di 2012, walau nilainya naik menjadi   US$ 1,52 miliar. Kenaikan ini   karena harga yang lebih bagus dibanding sebelumnya. Volume ekspor tahun lalu didapat dari produksi kayu dalam negeri yang mencapai 7,8 juta m3. Dari jumlah itu sekitar 5,2 juta m3 untuk pasar dalam negeri dan sisanya untuk ekspor. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News Editor: Uji Agung Santosa


Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam. Salah satunya adalah hutan tropis yang besarnya sekitar jutaan hektar. Bahkan hutan Indonesia sering dijuluki sebagai paru-paru Indonesia karena luas hutan Indonesia sendiri sekitar 99,6 juta hektar atau 52,3% dari luas wilayah Indonesia.

Oleh karena itulah hasil hutan berupa kayu sangat melimpah, seperti kayu lapis, kayu gergajian, dan jenis kayu lainnya. Dengan hasil kekayaan sumber alam yang dimiliki tersebut, Pemerintah Indonesia menggalakkan ekspor non migas untuk menambah penerimaan negara.

Komoditi hasil kayu yang sampai saat ini masih menjadi komoditi ekspor terbesar adalah komoditi kayu lapis. Industri kayu lapis merupakan salah satu industri penyumbang devisa negara terbesar dan penyerap tenaga kerja yang cukup besar pula.

Hasil kayu lapis Indonesia sudah terkenal di mancanegara sehingga permintaan akan ekspor kayu cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Hal ini didukung oleh kualitas kayu Indonesia yang baik.

Negara Importir Utama Kayu Indonesia

gambar: pixabay

Berikut ini adalah daftar 6 negara tujuan ekspor kayu Indonesia:

China

China saat ini sedang membutuhkan kayu untuk memenuhi kebutuhan konstruksi rumah-rumah dan gedung yang permintaannya terus meningkat. Hal ini mengingat jumlah penduduk China yang sangat padat.

Dengan luas wilayah 923.743.000 ha dan kepadatan penduduk pada tahun 2003 sebanyak 1,3 milyar jiwa serta jumlah pertambahan jiwa  terus meningkat setiap tahunnya. 

China masih menjadi pasar utama yang dijadikan target oleh industri kayu Indonesia karena permintaan impor yang demikian tinggi untuk produk kayu gergajian, pulp kertas, panel kayu, dan lain-lain.

Jerman

gambar: pixabay

Permintaan produksi kayu dari negara Jerman masih meningkat dari tahun ke tahun. Komoditi kayu yang diekspor adalah produksi kayu bakar, kayu bulat, kayu gergajian, panel kayu, dan lain-lain.

Ekspor kayu ke Jerman selama 5 tahun terakhir ini relatif stabil sehingga perlu terus dipertahankan dan ditingkatkan dalam upaya membuka peluang ekspor.

Jepang

Produk kayu seperti produk kayu gergajian, panel kayu, pulp untuk kertas, dan lain-lain dari tahun ke tahun relatif stabil namun pernah mengalami sedikit penurunan.

Permintaan ekspor masih berkisar produksi kayu bakar, kayu bulat, kayu gergajian, dan panel kayu. Sehingga masih ada kemungkinan untuk menambah dan meningkatkan ekspor produk kayu ke negara Jepang.

Uni Eropa

Negara-negara yang termasuk dalam Uni Eropa sebanyak 39 negara yang terletak pada bagian Eropa Timur dan Eropa Barat. Negara potensial untuk tujuan ekspor Indonesia diantaranya adalah Austria, Irlandia, Denmark, Norwegia, dan Swedia.

Namun untuk ekspor produk kayu ke Inggris dan Belgia mengalami penurunan yang signifikan dalam 5 tahun terakhir. Hal ini disebabkan pemberlakuan pembatasan perdagangan yang dikaitkan dengan isu lingkungan illegal logging dan kerusakan hutan.

Produksi kayu bakar, kayu bulat, kayu gergajian dan panel kayu masih menjadi peluang komoditi ekspor ke negara-negara potensial Uni Eropa

India

gambar: pixabay

India memiliki wilayah hutan yang cukup luas dengan tipe hutan tropis dan subtropis serta memiliki potensi produk kayu yang cukup tinggi pula. Namun hal itu tidak menutup kemungkinan untuk menambah dan meningkatkan ekspor produk kayu.

Timur Tengah

Negara-negara yang tergabung dalam negara-negara Timur tengah sebanyak 12 negara yang berada di wilayah Arab. Negara-negara potensial yang menjadi tujuan ekspor produk kayu Indonesia diantaranya adalah Kuwait, Bahrain, Uni Emirat Arab, Saudi Arabia, dan Qatar.

Ditambah lagi saat ini Qatar tengah melakukan konstruksi besar-besaran untuk mendirikan bangunan-bangunan modern dan menjadikan Ibu Kota Daha sebagai kota yang ultra modern. Sehingga peluang ekspor produk kayu Indonesia untuk mendukung pelaksanaan konstruksi di Qatar cukup besar. 

Follow Me:

Video yang berhubungan

Bài mới nhất

Chủ Đề