135
4. Tugas
1. Buat rangkuman terkait materi parameter pemotongan pada mesin bubut
2. Jelaskan dengan singkat, jika pelaksanaan proses pembubutan tidak mengacu pada
parameter-parameter yang sudah ditentukan.
5. Test Formatif
Essay Test:
1. Sebuah baja lunak berdiameter 35 mm, akan dibubut dengan kecepatan
potong Cs 22 metermenit. Pertanyaannya adalah: Berapa besar putaran mesinnya ?.
2. Sebuah benda kerja akan dibubut dengan putaran mesinnya n 700 putaranmenit dan besar pemakanan f 0,25 mmputaran. Pertanyaannya adalah: Berapa besar
kecepatan pemakanannya ?. 3. Sebuah benda kerja dengan diameter terbesar D= 48 mm akan dibubut rata
menjadi d= 42 mm sepanjang l= 55, dengan jarak star pahat la= 4 mm. Data- data parameter pemesinannya ditetapkan sebagai berikut: Putaran mesin n= 600
putaranmenit, dan pemakanan mesin dalam satu putaran f= 0,05 mmputaran. Pertaanyannya adalah: Berapa waktu yang diperlukan untuk melakukan proses
pembubutan rata sesuai data diatas, apabila pemakanan dilakukan satu kali pemakananproses?.
4. Sebuah benda kerja dengan diameter terbesar D= 52 mm akan dibubut muka dengan jarak star pahat
ℓa= 3 mm. Data parameter pemesinannya ditetapkan sebagai berikut: Putaran mesin n= 600 putaranmenit, dan pemakanan dalam
satu putaran f= 0,2 mmputaran. Pertanyaannya adalah: Berapa waktu yang diperlukan untuk melakukan
pengeboran pada mesin bubut sesuai data diatas, apabila pemakanan dilakukan satu kali pemakananproses?.
5. Sebuah benda kerja akan dilakukan pengeboran sepanjang 28 mm dengan mata bor berdiameter 14 mm. Data parameter pemesinannya ditetapkan sebagai berikut:
Putaran mesin n= 800 putaranmenit, dan pemakanan dalam satu putaran f= 0,04 mmputaran.
136
Pilihan Ganda:
Jawablah soal dibawah ini dengan memilih salah satu jawaban yang dianggap paling
benar dengan memberi tanda X.
1. Kecepatan putaran mesin bubut dapat dihitung dengan rumus …
a. n = nit
Langkahme π.D
1000Cs
b. n = Rpm
π.D 1000Cs
c. n = mmenit
π.D 1000Cs
d. n = mdetik
π.D 1000Cs
2. Membubut benda kerja berdiameter 108 mm dengan kecepatan potong 25 mmenit. Putaran mesinnnya
adalah … a. 73,72 Rpm
b. 83,72 Rpm c. 93,72 Rpm
d. 103, 72 Rpm 3. Mengebor sebuah benda kerja pada mesin bubut, dengan diameter mata bor d:
18 mm dengan kecepatan potong 20 mmenit. Putaran mesinnny a adalah …
a. 153, 86 Rpm b. 253, 86 Rpm
c. 353,86 Rpm d. 453,86 Rpm
4. Besarnya kecepatan pemakanan pembubutan, bila diketahui besar pemakanan
f: 0,15 mmputaran dan putaran mesin: 400 Rpm adalah…
a. 60 mmputaran b. 60 mmdetik
c. 60 mmmenit d. 60 mmenit
137
5. Membubut luar diameter D: 60 mm menjadi diameter d: 50 mm dilakukan 1 kali proses pemakan, panjang yang dibubut l: 65 mm, star awal pahat la: 2
mm, putaran mesin ditetapkan 450 Rpm dan besarnya pemakanan s: 0,04 mmputaran. Maka proses pemesinann
ya memerlukan waktu selama…..
a. 7,44 detik
b. 7,44 menit c. 3,72 detik
d. 3,72 menit 6. Membubut luar diameter D: 50 mm menjadi diameter d: 40 mm dilakukan 2
kali proses pemakan, panjang yang dibubut l: 35 mm, star awal pahat la: 4 mm, cutting speed Cs nya ditetapkan 30 metermenit dan besarnya pemakanan
s: 0,03 mmputaran. Maka proses pemesinannya memerlukan waktu selama…..
a. 6,80 menit
b. 6.80detik c. 13,60 menit
d. 13,60 detik 7. Membubut permukaan facing diameter D: 50 mm, dilakukan 1 kali proses
pemakanan, star awal pahat la: 2 mm, putaran mesinnya ditetapkan 600 Rpm dan besarnya pemakanan s: 0,04 mmputaran. Maka proses pemesinannya
memerlukan waktu selama…..
a. 1,125 detik
b. 1,125 menit c. 2,25 detik
d. 2,25 menit 8. Membubut permukaan facing diameter D: 40 mm, dilakukan 1 kali proses
pemakan, star awal pahat la: 3 mm, cutting speed ditetapkan 30 metermenit dan besarnya pemakanan s: 0,04 mmputaran. Maka proses pemesinannya
memerlukan waktu selama…..
a. 4,80 detik
b. 4,80 menit
138
c. 2,40 detik d. 2,40 menit
9. Proses pengeboran dilakukan pada mesin bubut dengan kedalaman l: 30 mm, diameter bor d: 12 mm, pemakanannya s 0,03 mmputaran dan putaran mesin
ditetapkan 500 Rpm. Maka proses pengeborannya memerlukan waktu selama…..
a. 4,48menit
b. 4,48detik c. 2,24 menit
d. 2,24 detik 10. Proses pengeboran dilakukan pada mesin bubut dengan kedalaman l: 28 mm,
diameter bor d: 14 mm, pemakanannya s 0,04 mmputaran dan cutting speed Cs ditetapkan 20 metermenit.Maka proses pengeborannya memerlukan waktu
selama….. a. 1,77 menit
b. 1,77 detik c. 3,54 menit
d. 3,54 detik
139
E. Kegiatan Belajar 4
– Teknik Pembubutan 1.
Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari materi ini dengan melalui mengamati, menanya, mengumpulkan data, mengasosiasi dan mengkomunikasikan, peserta didik dapat:
a. Menjelaskan teknik pembubutan muka b. Menggunakan teknik pembubutan muka
c. Menjelaskan teknik pembubutan lurus dan bertingkat d. Menggunakan teknik pembubutan lurus dan bertingkat
e. Menjelaskan teknik pembubutan tirus dengan eretan atas f. Menggunakan teknik pembubutan tirus dengan eretan atas
g. Menjelaskan teknik pembubutan alur h. Menggunakan teknik pembubutan alur
i. Menjelaskan teknik pembubutan bentukprofil j. Menggunakan teknik pembubutan bentukprofil
k. Menjelaskan teknik pemotongan pada mesin bubut l. Menggunakan teknik pemotongan pada mesin bubut
m. Menjelaskan teknik pembubutan ulir n. Menggunakan teknik pembubutan ulir
o. Menjelaskan teknik pembubutan bentukprofil p. Menggunakan teknik pembubutan bentukprofil
q. Menjelaskan teknik pengeboran pada mesin bubut r. Menggunakan teknik pengeboran pada mesin bubut
s. Menjelaskan teknik pengkartelan pada mesin bubut t. Menggunakan teknik pengkartelan pada mesin bubut
2. Uraian Materi
Sebelum mempelajari materi alat potong pada mesin bubut, lakukan kegiatan sebagai berikut:
Pengamatan:
Silahkan anda mengamati berbagai proses pembubutan sebagaimana terlihat pada Gambar 4.1 atau objek lain sejenis disekitar anda. Untuk dapat melakukan proses
pembubutan sesuai ketentuan yang berlaku, tentunya perlu menguasai berbagai
140
macam teknik pembubutan. Sebutkan beberapa teknik pembubutan untuk mendukung kegiatan tersebut dan jelaskan bagaimana caranya.
Gambar 3.1. Bebagai proses pembubutan
141
Menanya:
Apabila anda mengalami kesulitan dalam memahami tentang teknik apa saja yang diperlukan
pada proses
pembubutan dan
cara menggunakannya,
bertanyalahberdiskusi atau berkomentar kepada sasama teman atau guru yang sedang membimbing anda.
Mengekplorasi:
Kumpulkan data secara individu atau kelompok, terkait beberapa teknik pembubutan dan cara menggunakannya, melalui: benda konkrit, dokumen, buku sumber, atau
hasil eksperimen.
Mengasosiasi:
Setelah anda memilki data dan menemukan jawabannya, selanjutnya jelaskan bagaimana cara menerapkan pada proses pemebubutan.
Mengkomunikasikan:
Presentasikan hasil pengumpulan data-data anda, terkait beberapa teknik pembubutan dan cara menggunakannya, dan selanjutnya buat laporannya.
TEKNIK PEMBUBUTAN
Yang dimaksud teknik pembubutan adalah, bagaimana cara melakukan berbagai macam proses pembubutan yang dilakukan dengan menggunakan prosedur dan tata
cara yang dibenarkan oleh dasar-dasar teori pendukung yang disertai penerapan kesehatan, keselamatan kerja dan lingkungan K3L, pada saat melaksanakan proses
pembubutan. Banyak teknik-teknik pembubutan yang harus diterapakan dalam proses pembubutan diantaranya, bagaimana teknik pemasangan pahat bubut,
mertakan permukaan, membuat lubang senter, membubut lurus, mengalur, mengulir, memotong, menchamper, mengkertel dll.
a. Pemasangan pahat bubut
Persyaratan utama dalam melakukan proses pembubutan adalah, pemasangan pahat bubut ketinggiannya harus sama dengan pusat senter. Persyaratan tersebut
142
harus dilakukan dengan tujuan agar tidak terjadi perubahan geometri pada pahat bubut yang sedang digunakan Gambar 4.1.
Gambar 4.1.
Pemasangan ketinggian pahat bubut
Perubahan geomertri yang terjadi pada pahat bubut dapat merubah besarnya sudut bebas potong dan sudut buang tatalnya, sehingga akan berpengaruh terhadap hasil
pembubutan menjadi
kurang maksimal.
Pada proses
pembubutan permukaanfacing, bila pemasangan pahat bubutnya dibawah sumbu senter akan
berakibat permuakaannya tidak dapat rata, dan bila pemasangan pahat bubutnya diatas sumbu senter akan berakibat pahat tidak dapat memotong dengan baik
karena sudut bebas potongnya tambah kecil Gambar 4.2. Dampak-dampak lain akibat pemasangan pahat bubut tidak setinggi sumbu senter telah diuraikan pada
materi sebelumya.
Gambar 4.2. Pemasangan pahat bubut tidak setinggi sumbu senter
Untuk menghindari terjadinya perubahan ketinggian pahat bubut setelah dilakukan pemasangan, pada saat melakukan pengikatan harus kuat dan kokoh,
143
selain itu untuk menghindari terjadinya getaran dan patahnya pahat akibat beban gaya yang diterima terlalu besar, maka pemasangan pahat tidak boleh terlalu
menonjol keluar atau terlalu panjang keluar dari dudukannya maksimal dua kali persegiannya
– Gambar 4.3.
Gambar 4.3. Pemasangan pahat bubut terlalu panjang
b. Pembubutan Permukaan Benda Kerja Facing
Membubut permukaan benda kerja adalah proses pembubutan pada permukaan ujung benda kerja dengan tujuan meratakan pada bidang permukaannya. Ada
beberapa persyaratan yang harus dilakukan pada saat membubut permukaan diantarannya adalah:
1 Pemasangan Benda Kerja
Untuk pemasangan benda kerja yang memiliki ukuran tidak terlalu panjang, disarankan pemasangannya tidak boleh terlalu keluar atau menonjol dari
permukaan rahang cekam Gambar 4.4, hal ini dilakukan dengan tujuan agar benda kerja tidak mudah berubah posisinyakokoh dan tidak terjadi getaran
akibat tumpuan benda kerja terlalu jauh.
144
Gambar 4.4. Pemasangannya benda kerja berukuran pendek sebelum dibubut permukaannya
Untuk benda kerja yang memiliki ukuran relatif panjang dan pada prosesnya tidak mungkin dipotong-potong terlebih dahulu, maka pada saat membubut
permukaan harus ditahan dengan penahan benda kerja yaitu steady rest Gambar 4.5.
. Gambar 4.4. Pemasangannya benda kerja berukuran panjang sebelum dibubut permukaannya
2 Proses Pembubutan Permukaan Benda Kerja Facing
Prinsip terjadinya pemotongan pada proses pembubutan adalah, apabila putaran benda kerja berlawanan arah dengan gerakan mata sayat alat
potongnya. Maka dari itu berdasarkan prinsip tersebut, pada proses pembubutan permukaan benda kerja dapat dilakukan dari berbagai cara yaitu:
145
a Posisi start pahat bubut dari sumbu senter benda kerja
Membubut permukaan benda kerja dengan start pahat bubut dari sumbu senter pengertiannya adalah, pembubutan permukaan diawali dari tengah
permukaan benda kerja atau sumbu senter Gambar 4.5. Proses pembubutan facing dengan cara ini dapat dilkukan dengan catatan arah
putaran mesin berlawanan arah jarum jam.
Gambar 4.5. Pembubutan permukaan start pahat bubut diawali dari sumbu senter benda kerja
b Posisi start pahat bubut dari luar bagian kiri benda kerja
Membubut permukaan benda kerja dengan start pahat bubut dari luar bagian kiri benda kerja pengertiannya adalah, pembubutan permukaan diawali dari
luar bagian kiri benda kerja menuju sumbu senter Gambar 4.6. Proses ini pembubutan facing dengan cara ini dapat dilakukan dengan catatan arah
putaran mesin berlawanan arah jarum jam.
Gambar 4.6. Pembubutan permukaan diawali dari luar bagian kiri benda kerja
146
c Posisi start pahat bubut dari luar bagian kanan benda kerja
Membubut permukaan benda kerja dengan start pahat bubut dari luar bagian kanan benda kerja pengertiannya adalah, pembubutan permukaan diawali
dari luar bagian kanan benda kerja menuju sumbu senter Gambar 4.7. Proses pembubutan facing dengan cara ini dapat dilakukan dengan catatan
arah putaran mesin sarah jarum jam.
Gambar 4.7. Pembubutan permukaan diawali dari luar bagian kanan benda kerja
c. PembubutanPembuatan Lubang Senter
Pembubutanpembuatan lubang senter bor dengan bor senter centre drill pada permukaan ujung benda kerja Gambar 4.8, tujuannya adalah agar pada ujung
benda kerja memiliki dudukan apabila didalam proses pembubutannya memerlukan dukungan senter putar atau sebagai pengarah sebelum melakukan
pengeboran Gambar 4.9.
Gambar 4.8. Pembubutan lubang senter pada permukaan ujung benda kerja
147
Gambar 4.9. Fungsi lubang senter bor sebagai dudukan senter putar dan pengarah pengeboran
Untuk menghindari terjadinya patah pada ujung mata sayat bor senter akibat kesalahan prosedur, ada beberapa persyaratan dalam membuat lubang senter
pada mesin bubut selain yang dipersyaratan sebagaimana pada saat meratakan permukaan benda kerja yaitu penonjolan benda kerjanya tidak boleh terlalu
panjang dan untuk benda kerja yang berukuran panjang harus ditahan dengan penahan benda kerja steady rest, persyaratan lainnya adalah:
a Sumbu Senter Spindel Mesin Harus Satu Sumbu Dengan Kepala Lepas
Persyaratan utama sebelum melakukan proses pembuatan lubang senter pada mesin bubut adalah, sumbu senter kepala lepas harus diseting
kelurusannyakesepusatannya terlebih dahulu dengan sumbu senter spindel mesin yang berfungsi sebagai dudukan atau pemegang benda kerja. Apabila
kedua sumbu senter tidak lurussepusat, kemungkinan akan terjadi patah pada ujung senter bor lebih besar, karena pada saat bor senter digunakan
akan mendapatkan beban gaya puntir yang tidak sepusat. Seting atau menyetel kelurusan sumbu senter kepala lepas terhadap sumbu
senter spindel mesin ada dua cara yaitu, apabila menghendaki hasil yang presisi adalah dengan cara menggunakan alat bantu batang pengetes dan dial
indikator yang cara penggunaannya dapat dilihat pada Gambar 4.10 dan apabila menghendaki hasil yang tidak terlalu presisistandar adalah dengan
cara mempertemukan kedua ujung senter Gambar 4.11.
148
Gambar 4.10. Mengatur kesepusatan sumbu dengan alat bantu batang pengetes dan dial indikator
Gambar 4.11. Mengatur kesepustan sumbu senter dengan mempertemukan kedua ujung senter
Didalam menyeting kesepusatan senter sumbu, apabila sumbu senter kepala lepas tidak sepusatlurus dengan sumbu senter spindel mesin, caranya
adalah dengan mengendorkan terlebih dahulu pengikat kepala lepas dari pengikatan meja mesin yaitu dengan mengendorkan baut pengencangnya
atau handel yang telah tersedia, baru kemudian atur sumbu kepala lepas dengan menggeser arah kirikanan dengan mengatur baut yang ada pada sisi
samping bagian bawah bodi kepala lepas Gambar 4.12, sampai mendapatkan kesepusatan kedua sumbun senternya.
149
Gambar 4.12. Kepala lepas dan baut pengatur pergeseran Kegiatan penyetelan sumbu senter ini, sekaligus dapat digunakan sebagai
acuan pada saat melakukan proses pembubutan lainnny. Misalnya pada proses pembubutan lurus yang menggunakan penahan senter putar,
pembubutan lurus diantara dua senter, pengeboran, perimeran atau pembubutan lainnya yang memerlukan kesepusatan kedua sumbu senter.
b Permukaan harus benar-benar rata
Permukaan benda kerja sebelum dibuat lubang senter harus benar-benar rata terlebih dahulu atau dilakukan pembubutan muka atau facing
Gambar 4.13, dengan tujuan agar senter bor pada saat pemakanaan awal menyentuh permukaan benda kerja tidak mendapat beban kejut dan gaya
puntir yang diterima merata pada ujung mata sayatnya sehingga aman .
Gambar 4.13. Permukaan benda kerja harus benar-benar rata selum pembuatan lubang senter
Baut pengatur
150
c Putaran Mesin Harus Sesuai Ketentuan
Putaran mesin bubut pada saat pembuatan lubang senter bor harus sesuai ketentuan yaitu, selain besarnya putaran mesin harus sesuai dengan
perhitungan arah putarannya tidak boleh terbalik putaran mesin harus berlawanan arah jarum jam - Gambar 4.14.
Gambar 4.14. Putaran mesin bubut harus berlawanan dengan arah jarum jam
Perhitungan dalam menetapkan putaran mesin pada saat pembuatan lubang senter yang dijadikan acuan dasar perhitungan adalah diameter
terkecil D1 pada ujung mata sayatnya. Sedangkan untuk kedalaman lubang senter bor tidak ada ketentuanketetapan yang baku yaitu
tergantung digunakan untuk apa, sebagai pengarah pengeboran atau sebagai dudukan ujung senter putar yang befungsi untuk menahan benda
kerja pada saat dalakukan pembubutan. Untuk mengakomodasi kedua proses tersebut, maka pada umumnya kedalaman lubang senter bor
dibuat antara 13 s.d 23 pada bagian tirus yang besar sudutnya 60º Gambar 4.15.
151
bar 4.15. Dimensi bor senter centre drill dan hasil pembubutan lubang senter bor
d. Pembubutan LurusRata
Yang dimaksud pembubutan lurus adalah, proses pembubutan untuk mendapatkan permukaan yang lurus dan rata dengan diameter yang sama antara ujung satu
dengan ujung lainnya. Proses pemembubutan ratalurus, ada beberapa cara pemegangan atau
pengikatannya yaitu tergantung dari ukuran panjangnya benda kerja. Pengikatan benda kerja yang berukuran relatif pendek, dapat dilakukan dengan cara langsung
diikat menggunakan cekam mesin Gambar 4.16. Pengikatan benda kerja yang berukuran relatif panjang, pada bagian ujung yang menonjol keluar ditahan
dengan senter putar Gambar 4.17. Sedangkan pengikatan benda kerja yang berukuran realatif panjang yang dikawatirkan akan terjadi getaran pada bagian
tengahnya, selain pada bagian ujung benda kerja yang menonjol keluar ditahan dengan senter putar, juga pada bagian tengahnya harus ditahan dengan penahan
benda kerjasteady ress Gambar 4.18.
Gambar 4.16. Pembubutan lurus dengan cekam mesin
152
Gambar 4.17. Pembubutan lurus, benda kerja ditahan dengan senter putar
Gambar 4.18. Pembubutan lurus benda kerja ditahan dengan senter putar dan tengahnya ditahan dengan steady rest
Ketiga cara pengikatan benda kerja tersebut diatas, adalah cara pembubutan lurus yang tidak dituntut kesepusatan dan kesejajaran diameternya dengan kedua lubang
senter bornya. Apabila pada diameter benda kerja yang dituntut harus sepusat dan sejajar dengan kedua lubang senter bornya karena masih akan dilakukan proses
pemesinan berikutnya, maka pengikatannnya harus dilakukan dengan cara diantara dua sentar Gambar 4.19.
153
Gambar 4.19. Pembubutan lurus diantara dua senter
Untuk mendapatkan hasil pembubutan yang lurus terutama yang pengiktannya menggunakan penahan senter putar dan diantara dua senter, yakinkan bahwa
sumbu senter kepala lepas harus benar-benar satu sumbusepusat dengan sumbu senter spindel mesin, karena apabila tidak hasil pembubutannya akan menjadi
tirus atau tidak lurus.
e. Pembubutan Tirus Taper
Yang dimaksud dengan pembubutan tirus adalah, proses pembubutan sebuah benda kerja dengan hasil ukuran diameter yang berbeda antara ujung satu dengan
yang lainnya Gambar 4.20. Perbedaan diameter tersebut tentunya ada unsur kesengajaan karena hasil ketirusannya akan digunakan untuk tujuan tertentu.
Gambar 4.20. Pembubutan tirus
Proses pembubutan tirus pada prinsipnya sama dengan proses pembubutan lurus yaitu akan terjadi pemotongan apabila putaran mesin berlawanan arah dengan
mata sayat pahat bubutnya, yang berbeda adalah dalam melakukan pemotongan
154
gerakan pahatnya disetel atau diatur mengikuti sudut ketirusan yang dikehendaki pada benda kerja. Pembubutan tirus dapat dilakukan dengan berbagai cara
diantaranya: Untuk pembubutan tirus yang pendek ukurann panjangya dengan cara membentuk pahat bubut Gambar 4.21, untuk pembubutan tirus yang sedang
ukuran panjangnya dengan cara menggeser eretan atas Gambar 4.22, untuk pembubutan tirus bagian luar yang relatif panjang ukurannya dengan menggeser
kedudukan kepala lepas Gambar 4.23 dan untuk pembubutan tirus bagian luardalam yang relatif panjang ukurannya dengan menggunakan perlengkapan
tirustaper attachment Gambar 4.24.
Gambar 4.21. Pembubutan tirus dengan membentuk pahat pahat bubut
Gambar 4.22. Pembubutan tirus dengan menggeser eretan atas
155
Gambar 4.23. Pembubutan tirus dengan menggeser kedudukan kepala lepas
Gambar 4.24. Pembubutan tirus dengan menggunakan perlengkapan tiirus
Untuk memenuhi tuntutan kompetensi yang terdapat pada tujuan kegaiatan pembelajaran, pada materi ini hanya akan dibahas pembubutan tirus dengan
memenggeser eretan atas dan cara pembubutan tirus yang lain akan dibahas pada buku teks bahan ajar jilid berikutnya.
a Macam-macam Standar Ketirusan
Pelaksanakan pembubutan tirus, terdapat beberapa macam standar ketirusan yang dapat dijadikan sebagai acuan diantaranya:
Tirus Mandril Mandrel Taper
Tirus mandril memililki standar ketirusan 1:2000 mm, artinya sepanjang 2000 mm perbedaan diameter satu dengan lainnya sebesar 1 mm.
Penggunaan tirus mandril ini hanya terbatas untuk mengikat benda kerja
156
yang akan dilakukan proses pemesinan berikutnya, dengan cara dipreskan pada lubang benda kerja yang sebelumnya sudah dipersiapkan
terlebih dahulu dengan toleransi yang standar.
Tirus Jacobs Jacobs Tapers Tirus Jacobs memililiki standar ketirusan nomor 0 s.d 33, dengan
perbandingan ketirusan sebagaimana pada tabel 4.4. Tirus jenis ini digunakan pada perlengkapan mesin-mesin bubut dan mesin bor.
Tabel 4.4. Standar Tirus Jacobs
Taper No.
Large End
Small End
Length Taper
Foot Taper
Inch Angle From
Center
0.2500 0.2284
0.44 .5915
.0493 1.4117
1 0.3840
0.3334 0.66
.9251 .0771
2.2074 2
0.5590 0.4876
0.88 .9786
.0816 2.3350
2
Short
0.5488 0.4876
0.75 .9786
.0816 2.3350
3 0.8110
0.7461 1.22
.6390 .0532
1.5251 4
1.1240 1.0372
1.66 .6289
.0524 1.5009
5 1.4130
1.3161 1.88
.6201 .0517
1.4801 6
0.6760 0.6241
1.00 .6229
.0519 1.4868
33 0.6240
0.5605 1.00
.7619 .0635
1.8184
Tirus Morse Morse Tapers – TPM
Tirus morse memililiki standar ketirusan nomor 0 s.d 7, dengan perbandingan ketirusan sebagaimana dapat dilihat pada tabel 4.1. Tirus
jenis ini banyak digunakan pada tangkai bor, spindel mesin bor dan perlengkapan mesin bubut.
157
Tabel 4.1. Standar Tirus Morse
Taper No.
Large End
Small End
Length Taper
Foot Taper
Inch Taper
mm Angle
From Center
0.3561 0.2520 2.00
.6246 .0521
19.212 1.4908
1 0.4750 0.3690
2.13 .5986
.0499 20.047
1.4287 2
0.7000 0.5720 2.56
.5994 .0500
20.020 1.4307
3 0.9380 0.7780
3.19 .6024
.0502 19.922
1.4377 4
1.2310 1.0200 4.06
.6233 .0519
19.922 1.4876
4,5 1.5000 1.2660
4.50 .6240
.0520 19.230
1.4894 5
1.7480 1.4750 5.19
.6315 .0526
19.002 1.5073
6 2.4940 2.1160
7.25 .6257
.0521 19.180
1.4933 7
3.2700 2.7500 10.00
.6240 .0520
19.230 1.4894
Tirus Brown dan Sharp Brown dan Sharp Tapers – BS
Tirus Brown dan Sharp memililiki standar ketirusan nomor 1 s.d 18, dengan perbandingan ketirusan sebagaimana dapat dilihat pada tabel
4.2. Tirus jenis ini digunakan pada tangkai pemegang pisau frais, dan lubang sleeve pada spindel mesin frais.
Tabel 4.2. Standar Tirus Brown dan Sharp
Taper No.
Large End
Small End
Length Taper
Foot Taper
Inch Angle From
Center
1 0.2392
0.2000 0.94
.5020 .0418
1.1983 2
0.2997 0.2500
1.19 .5020
.0418 1.1983
3 0.3753
0.3125 1.50
.5020 .0418
1.1983 4
0.4207 0.3500
1.69 .5024
.0419 1.1992
5 0.5388
0.4500 2.13
.5016 .0418
1.1973 6
0.5996 0.5000
2.38 .5033
.0419 1.2013
7 0.7201
0.6000 2.88
.5015 .0418
1.1970
158
8 0.8987
0.7500 3.56
.5010 .0418
1.1959 9
1.0775 0.9001
4.25 .5009
.0417 1.1955
10 1.2597
1.0447 5.00
.5161 .0430
1.2320 11
1.4978 1.2500
5.94 .5010
.0418 1.1959
12 1.7968
1.5001 7.13
.4997 .0416
1.1928 13
2.0731 1.7501
7.75 .5002
.0417 1.1940
14 2.3438
2.0000 8.25
.5000 .0417
1.1935 15
2.6146 2.2500
8.75 .5000
.0417 1.1935
16 2.8854
2.5000 9.25
.5000 .0417
1.1935 17
3.1563 2.7500
9.75 .5000
.0417 1.1935
18 3.4271
3.0000 10.25
.5000 .0417
1.1935
- Tirus Jarno Jarno Tapers
Tirus Jarno memililiki standar ketirusan nomor 2 s.d 20, dengan perbandingan ketirusan sebagaimana dapat dilihat pada tabel 4.3. Tirus
jenis ini digunakan pada perlengkapan mesin-mesin bubut dan mesin bor yang berukuran kecil.
Tabel 4.3. Standar Tirus Jarno
Taper N0.
Large End
Small End
Length Taper
Foot Taper
Inch Angle From
Center
2 0.2500
0.2000 1.00
.6000 .0500
1.4321 3
0.3750 0.3000
1.50 .6000
.0500 1.4321
4 0.5000
0.4000 2.00
.6000 .0500
1.4321 5
0.6250 0.5000
2.50 .6000
.0500 1.4321
6 0.7500
0.6000 3.00
.6000 .0500
1.4321 7
0.8750 0.7000
3.50 .6000
.0500 1.4321
8 1.0000
0.8000 4.00
.6000 .0500
1.4321
159
9 1.1250
0.9000 4.50
.6000 .0500
1.4321 10
1.2500 1.0000
5.00 .6000
.0500 1.4321
11 1.3750
1.1000 5.50
.6000 .0500
1.4321 12
1.5000 1.2000
6.00 .6000
.0500 1.4321
13 1.6250
1.3000 6.50
.6000 .0500
1.4321 14
1.7500 1.4000
7.00 .6000
.0500 1.4321
15 1.8750
1.5000 7.50
.6000 .0500
1.4321 16
2.0000 1.6000
8.00 .6000
.0500 1.4321
17 2.1250
1.7000 8.50
.6000 .0500
1.4321 18
2.2500 1.8000
9.00 .6000
.0500 1.4321
19 2.3750
1.9000 9.50
.6000 .0500
1.4321 20
2.5000 2.0000
10.00 .6000
.0500 1.4321
- Tirus BT BT Tapers Tirus BT memililiki standar perbandingan ketirusan 7: 24, artinya
sepanjang 24 mm perbedaan diameter satu dengan lainnya sebesar 7 mm. Tirus jenis ini ditandai dengan nomor BT 30 s.d 50 sebagaimana dapat
dilihat pada tabel 4.5. Tirus jenis ini digunakan pada tangkai pemegang pisau frais, dan lubang sleeve pada spindel mesin frais.
Tabel 4.5. Standar Tirus BT
Size D1
D2 D3
L F
A G
BT30 1.250
31.75 1.811
46.00 1.906
48.40 0.866
22.00 0.079
2.00 M12
thread BT35
1.500 38.10
2.087 53.00
2.224 56.50
0.945 24.00
0.079 2.00
M12 thread
BT40 1.750
44.45 2.480
63.00 2.575
65.40 1.063
27.00 0.079
2.00 M16
thread BT45
2.250 57.15
3.346 85.00
3.260 82.80
1.299 33.00
0.118 3.00
M20 thread
BT50 2.750
69.85 3.937
100.00 4.008
101.80 1.496
38.00 0.118
3.00 M24
thread
160
- Tirus Pena Pin Tapers
Tirus Pena memililki standar ketirusan 1:50 mm, artinya perbandingan ketirusan adalah sepanjang 50 mm perbedaan diameter satu dengan
lainnya sebesar 1 mm. Tirus jenis ini digunakan sambungan komponen satu dengan lainnya.
b Pembubutan Tirus Dengan Eretan Atas
Pembubutan tirus dengan eretan atas, adalah pembubutan tirus dengan cara menggeser atau mengatur kedudukan sudut eretan atas dari pusat sumbunya
sebesar derajat yang dikehendaki Gambar 2.25. Keuntungan pembubutan tirus dengan eretan atas adalah , dapat membuat
tirus pada bagian dalam dan luar dan dapat membentuk ketirusan yang besar. Sedangkan kekurangannya adalah, tidak dapat dikerjakan secara
otomatis, sehingga harus selalu dilakukan dengan manual dan tidak dapat melakukan pembubutan tirus yang panjang karena langkah geraknya
terbatas pada panjang pengarah gerakan eretan atas.
Gambar 4.25. Pembubutan tirus dengan menggeser eretan atas
c Dasar Perhitungan Pembubutan Tirus Dengan Menggeser Eretan Atas
Pembubutan tirus akan menghasilkan benda kerja yang memiliki ukuran yang berbeda diameter satu dengan lainnya pada panjang tertentu Gambar
4.26, shingga didalam proses pembubutanya diperlukan perhitungan agar mendapatkan tirus sesuai tuntutan pekerjaan.
161
Gambar 4.26. Dimensi benda kerja tirus
Berdasarkan gambar diatas, maka pembubutan tirus dengan menggeser eretan dapat dicarai dengan rumus:
�� � =
D −d
2
l �� � =
D − d
2l
Keterangan:
D = diameter besar d = diameter kecil
l = panjang
Contoh 1:
Sebuah benda kerja berdiameter D= 60 mm, panjang 60 mm, akan dilakukan pembubutan tirus dengan diameter kecilnya d= 44 mm.
Pertanyaannya adalah, berapa besar pergeseran eretan atasnya?.
Jawaban:
l .
2 d
D α
tg
133 ,
2.60 44
60 α
tg
= 7° 35 40,72”
Jadi pergeseran eretan atasnya sebesar 7° 35 40,72”
D
d
l
162
Contoh 2:
Sebuah benda kerja berdiameter D= 55 mm, panjang 75 mm, akan dilakukan pembubutan tirus dengan diameter kecilnya d= 42 mm.
Pertanyaannya adalah, berapa besar pergeseran eretan atasnya?. Jawaban:
l .
2 d
D α
tg
087 ,
2.75 42
5 5
α tg
= 4° 57 11,73 ”
Jadi pergeseran eretan atasnya sebesar 4° 57 11,73”
d Proses Pembubutan tirus Dengan Menggeser Eretan Atas
Proses pembubutan tirus dengan eretan menggeser eretan atas dapat
dilakukan dengan dua cara yaitu, pertama: langsung mengatur pergeseran
eretan atas dengan mengacu pada garis-garis derajatnya sesuai data atau
perhitungan yang ada Gambar 4.27, kedua: pengaturan pergeseran eretan
atas dengan cara mengemalkanmengkopi pada batang tirus yana sudah standar dengan alat bantu dial indikator Gambar 4.28. Cara kedua ini
hasilnya akan lebih presisi dibandingkan dengan yang pertama.
Gambar 4.27. Pengaturan pergeseran eretan atas berdasarkan hasil perhitungan
163
Gambar 4.28. Pengaturan pergeseran eretan atas berdarkan batang tirus standar
f. Pembubutan Alur Groove
Yang dimaksud pembubutan alur adalah, proses pembubutan benda kerja dengan tujuan membuat alur pada bidang permukaan luar dan dalam atau
pada bagian depannya sesuai tuntutan pekerjaan Gambar 4.29.
Gambar 4.29. Pengaluran dengan berbagai posisi
a Macam-macam bentuk alur
Sesuai dengan fungsinya bentuk alur ada tiga jenis yaitu: berbentuk kotak, radius, dan V Gambar 4.30. Fungsi alur pada sebuah benda kerja adalah,
pertama:
untuk pembubutan alur pada poros lurus, berfungsi memberi kebebasanspace
pada saat
benda kerja
dipasangkan dengan
elemenkomponen lainnya atau memberi jarak bebas pada proses
penggerindaan terhadap suatu poros; kedua: untuk pembubutan alur pada
ujung ulir, tujuannya agar bautmur dapat bergerak penuh sampai pada ujung ulir Gambar 4.31.
164
Gambar 4.30. Macam-macam bentuk alur
Gambar 4.31. Fungsi alur untuk berbagai proses manufaktur
b Proses pembubutan alur
Untuk membentuk berbagai bentuk alur tersebut, pahat yang digunakan diasah terlebih dengan mesin gerinda yang bentuk disesuaikan dengan
bentuk alur yang akan dibuat. Kecepatan potong yang digunakan pada saat pembubutan alur disarankan sepertiga sampai dengan setengah dari
kecepatan potong bubut rata, karena bidang potong pada saat proses pengaluran relatif lebar.
Pemasangan Pahat
Persyaratan pemasangan pahat untuk proses pembubutan alur, pada prinsipnya sama dengan memasang pahat bubut untuk proses
pembubutan lainnya yaitu harus setinggi senter. Namun untuk menghindari terjadinya hasil pengaluran lebarnya melebihi dari lebar
165
pahat alurnya, pemasangan pahat harus benar-benar tegak lurus terhadap sumbu mesin Gambar 4.32.
Gambar 4.32. Pemasangan pahat alur
Pemasangan Benda Kerja
Persyaratan pemasangan benda kerja pada proses pembubutan alur, pada prinsipnya sama dengan memasang benda kerja untuk proses
pembubutan lainnya yaitu selain harus harus kuat, untuk benda kerja yang memiliki ukuran panjang relatif pendek pengikatannya dapat
dilakukan langsung dengan cekam mesin Gambar 2.33.
Gambar 4.33. Pengaluran benda kerja dengan pengiktan cekam mesin
166
Untuk benda kerja yang memiliki ukuran relatif panjang pengikatan pada ujungnya harus ditahan atau didukung dengan senter putar Gambar
2.34. Hal ini dilakukan agar kedudukan benda kerja stabil dan tidak bergetar, sehingga hasil pengaluran maksimal dan pahat yang digunakan
tidak rawan patah.
Gambar 4.34. Pengaluran benda kerja dengan pendukung senter putar
g. Pembubutan Bentuk Profil
Pembubutan profil adalah proses pembubutan untuk membentuk permukaan benda kerja dengan bentuk sesuai dengan tuntutan pekerjaan. Dalam membentuk
permukaan benda kerja dapat dilakukan dengan cara mengatur gerakan pahat secara manual atau menggerakkan pahat secara otomatis dengan menggunakan
perlengkapan bubut copy Gambar 4.35 dan cara lainnya adalah dengan membentuk pahat bubut yanag akan digunakan sesuai bentuk yang diinginkan
Gambar 4.36.
Gambar 4.35. Pembubutan profil dengan gerakan pahat
167
Gambar 4.36. Pembubutan profil dengan pahat bubut bentuk
Pada proses pembubutan profil yang menggunakan pahat bubut bentuk, karena bidang mata sayatnya yang memotong lebar, maka disarankan pemakanan dan
kecepatan putarnya tidak boleh besar yaitu pendekatnnya sama pada saat melakukan pembubutan alur, sehingga dapat memperkecil terjadinya beban lebih
dan gesekan yang tinggi terhadap pahat.
h. Pemotongan Pada mesin Bubut Cutting off
Yang dimaksud pemotongan pada mesin bubut adalah, proses pemotongan benda
kerja yang dilakukan menggunakan mesin bubut. Proses pemotongan pada mesin
bubut, pada umumnya dilakukan apabila ingin menyelesaikan atau mendekatkan ukuran panjang dari benda kerja hasil proses sebelumnya karena benda kerja tidak
memungkinkan untuk dicekam pada posisi sebalikannya atau tidak dapat dipotong dengan proses lain.
Ada beberapa persyaratan umum yang harus dilakukan pada proses pemotongannya diantaranya: menggunakan pahat potong yang standar
geometrinya, pemasangan benda kerja harus kuat dan tidak boleh terlalu menonjol keluar dari rahang cekam untuk benda kerja yang berukuran pendek, ,
pemasangan pahat potong harus kuat dan tidak boleh terlalu menonjol keluar dari dudukannya, gunakan putaran mesin antara 14 s.d 13 putaran normal, bagian
yang akan dipotong harus sedikit lebih lebar dibandingkan dengan lebar mata pahatnya agar pahat tidak terjepit, dan untuk pemotongan benda yang berukuran
panjang boleh menggunakan penahan senter putar dengan catatan mengikuti prosedur yang benar.
168
1 Geometri Pahat Bubut Potong
Untuk mendapatkan hasil pemotongan yang baik, pahat potong yang digunakan harus memiliki geometri sesuai ketentuan. Misalnya untuk menghindari
terjepitnya pahat pada saat digunakan memotong benda kerja yang berdiameter besar sehingga memerlukan kedalaman pemotonngan yang relatif dalam, maka
sebaiknya pengasahan pada sisi pahat potong dibuat mengecil ke belakang anatara 1º s.d 2 º Gambar 4.37.
Gambar 4.36. Geometri Pahat potong
2 Pemasangan Pahat Potong
Selain yang telah dipersyaratkan tersebut diatas, pemasangan pahat potong harus benar-benar setinggi sumbu senter Gambar 4.37, karena apabila tidak
setinggi sumbu senter akan berpengaruh besar terhadap perubahan geometrinya terutama pada sudut bebas potong bagian depan. Apabila pemasangan terlalu
tinggi dari sumbu senter pengaruhnya tidak akan dapat melakukan pemotongan, karena ujung mata potongnya berubah pada posisi diatas sumbu
senter dan apabila terlalu rendah, pahat akan mendapat gaya potong yang relatif besar sehingga rawan patah dan juga benda kerja akan terangakat keatas.
169
Gambar 4.37. Pemasangan Pahat potong
3 Proses pemotongan
Proses pemotongan benda kerja pada mesin bubut, pada umumnya akan dihadapkan pada ukuran yang pendek dan panajang. Untuk benda kerja uyang
berukuran pendek dapat dilakukan dengan cara pencekam langsung dengan cekam mesin Gambar 4.38.
Gambar 4.38. Proses pemotongan benda kerja berukuran pendek.
Untuk melakukan pemotongan benda kerja yang panjang diperbolehkan ditahan menggunakan senter putar, akan tetapi pemotongannya tidak boleh
dilakukan sampai putus atau disisakan sebagian untuk kemudian digergaji, atau dilanjutkan dengan dengan pahat tersebut tetapi tanpa didukung dengan senter
dengan tujuan untuk menghindari terjadinya pembengkokan benda kerja dan
170
patahnya pahat Gambar 4.39. Cara lain untuk melakukan pemotongan benda kerja yang panjang, yaitu dengan mendukung benda kerja pada ujungnya
dengan penahan bena kerja steady rest Gambar 4.40
Gambar 4.39. Pemotongan benda kerja berukuran panjang.
Gambar 4.40. Menahan benda kerja sebelum dipotong dengan steady rest
i. Pembubutan Ulir Pada Mesin bubut
Proses pembubutan ulir pada mesin bubut standar, pada dasarnya hanyalah alternatif apabila jensis ulir yang diperlukan tidak ada dipasaran umum atau jenis
ulir yan dibuat hanya untuk keperluan khusus. Mesin bubut standar didesain tidak hanya untuk membuat ulir saja, sehingga untuk melakukan pembubutan ulir
memerlukan waktu yang relatif lama, hasilnya kurang presisi dan banyak teknik- teknik yang harus dipahami sebelum melakukan pembubutan ulir.
Pembuatan ulir dengan jumlah banyak atau produk masal, pada umunya dilakukan atau diproses dengan cara diantaranya: diroll, dicetak, dipress dan diproses
pemesinan dengan mesin yang desainnya hanya khusus digunakan untuk membauat ulir sehingga prosesnya cepat dan hasilnya presisi. Dari berbagai cara
171
yang telah telah disebutkan diatas, pada proses pembuatannya harus tetap mengacu dan berpedoman pada standar umum yang telah disepakti, yaitu meliputi
nama-nama jenis ulirnya, nama-nama bagiannya, ukurannya, toleransinya dan peristilahan-peristilahannya sehingga hasilnya dapat digunakan sesusai
keperuntukannya.
1 Bagian-bagian ULir
Pada Ulir terdapat beberapa bagian yang dengan peristilahan nama tertentu diantaranya, pada bagian lingkaran ulir terdapat gang pitch-P dan kisar lead-
L. Pengertian
“gang” adalah jarak puncak ulir terdekat dan pengertian “kisar” adalah jarak puncak ulir dalalam satu putaran penuh Gambar 4.41. Bila
dilihat dari jumlah uliranya, jenis ulir dapat dibagi menajadi dua jenis yaitu: ulir tunggal Single thread dan ulir gandamajemuk Multiple thread.
Disebut ulir tunggal apabila dalam satu kali keliling benda kerja hanya terdapat satu alur ulir dan disebut ulir gandamajemuk jika mempunyai lebih dari satu
alur ulir dalam satu keliling lingkaran.
Gambar 4.41. Ulir tunggal kanan
Bila dilihat dari arah uliranya, jenis ulir dapat dibagi menajadi dua jenis yaitu: ulir kanan righ hand screw thread dan ulir kiri left hand screw thread.
Disebut ulir kanan apabila ulirannya mengarah kekanan Gambar 4.42, dan disebut ulir kiri apabila arah ulirannya mengarah kekiri Gambar 4.43.
172
Gambar 4.42. Ulir tunggal kanan dan arah uir
. Gambar 4.3. Ulir tunggal kiri dan arah ulir
Selain itu ulir juga memiliki standar nama ukuran yang baku, diantaranya diameter terbesar atau nomilal mayor diameter, diameter tusuk pitch
diameter dan diameter terkecil atau diameter kaki minor diameter. Nama
ulir bagian luar dan ulir bagian dalam dapat dilihat pada Gambar 4.44. Sedangkan mama-nama bagian ulir luar secra lengkap dapat dilihat pada
Gambar 4.45.
Gambar 4.44. Nama-nama bagian ulir luar dan dalam
173
Gambar 4.45. Nama-nama bagian ulir luar
2 Standar Ulir Untuk Penggunaan Umum
Didalam melakukan pembubutan ulir untuk penggunaan umum harus mengacu pada standar yang telah ditetapakan pada gambar kerja. Terdapat macam-
macam standar ulir yang dapat dijadikan acauan, sehingga hasil penguliran sesuai dengan tuntutan pekerjaan. Macam-macam standar ulir untuk
penggunaan umum diantaranya:
a Metrik V Thread Standard
Jenis ulir Metrik V Thread Standard atau biasa disebut ulir segitiga metrik, adalah salah satu jenis ulir dengan satuan milimeter mm dengan total sudut
ulir sebesar 60º Gambar 4.46. Selain itu ulir metrik memiliki kedalaman ulir baut luar 0,61P dengan radius pada dasar ulirnya 0,7 P dan kedalaman
ulir murnya dalam 0,54 P dengan radius pada dasar ulirnya 0,07 P. Gambar 4.47.
174
Gambar 4.46. Sudut ulir metrik
Gambar 4.47. Kedalaman ulir standar metrik
Untuk operasional dilapangan, penulisan ulir metrik diberi lambang M yang disertai diameter nominal dan gangkisar ulirnya. Misalnya M 12x1,75
artinya: standar ulir mertrik dengan diameter nominal 12 mm dan gangkisarnya 1,75 mm.
b British Standard Whitworth Thread BSW
Jenis ulir British Standard Whitworth Thread BSW atau biasa disebut ulir standar whitwhorth, adalah salah satu jenis ulir dengan satuan inchi 1
inchi= 1mm dengan total sudut ulir sebesar 55º, kedalaman ulir total 0,96 P, kedalaman ulir riil 0,64 dan pada dasar dan puncak ulirnya memiliki
radius 0,137 inchi. Gambar 4.48.
175
Gambar 4.48. Dimensi ulir whitwhorth
Untuk operasional dilapangan, penulisan ulir whitworth diberi lambang BSW atau W yang disertai diameter nominal dan gangkisar ulirnya.
Misalnya W 12x14 artinya: standar ulir whitworth dengan diameter nominal 12 inchi dan gangkisarnya 14 sepanjang satu inchi.
c British standard Fine Thread BSF
Jenis ulir British standard Fine Thread BSF, memiliki satuan dan profil yang sama dengan jenis ulir standar whitwhorth yaitu memiliki total sudut
ulir sebesar 55º, kedalaman ulir total 0,96 P, kedalaman ulir riil 0,64 dengan pada dasar dan puncak ulirnya 0,1
d Unified National Coarse Thread UNC
Jenis ulir Unified National Coarse Thread UNC, memiliki total sudut 60º dengan kedalaman ulir baut luar 0,614 P dan kedalaman ulir murnya
dalam 0,54 P Gambar 4.49.
176
Gambar 4.49. Dimensi ulir unified national coarse thread UNC,
e Unified National Fine Thread UNF
Jenis ulir Unified National Fine Thread UNC memiliki profil yang sama dengan Jenis ulir Unified National Coarse Thread UNC, perbedaannya
kisar ulirnya lebih halus.
f British Association Thread BA
Jenis ulir British Association Thread BA atau bisa disebut ulir bola, memiliki total sudut 47,5º dengan kedalaman ulir 0,6 P dan radius pada
ujung ulir memiliki radius 0,18 P Gambar 4.50.
Gambar 4.50. Dimensi ulir british association thread BA
177
3 Standar Ulir Untuk Penggunaan Transmisi Berat Dan Gerak
Didalam melakukan pembubutan ulir untuk penggunaan transmisi berat dan gerak harus mengacu pada standar yang telah ditetapakan pada gambar kerja.
Terdapat macam-macam standar ulir yang dapat dijadikan acauan, sehingga hasil penguliran sesuai dengan tuntutan pekerjaan. Macam-macam standar ulir
untuk penggunaan umum diantaranya:
1 Square Thread Form
Jenis ulir Square Thread Form atau biasa disebut ulir segi empat, adalah
salah satu jenis ulir dengan bentuk ulirnya segi empat denagnbentuk sudut yang siku Gambar 4.51.
Gambar 4.51. Dimensi ulir Square Thread Form
2 Acme Trhead Form
Jenis ulir acme trhead form atau biasa disebut ulir Acme, adalah salah satu
jenis ulir dengan bentuk ulirnya trapesium dan sudut ulirnya 29º dan lebar puncak ulirnya 0,37 P Gambar 4.52.
Gambar 4.52. Dimensi ulir acme trhead form
178
3 Metrik ISO Trapezoidal Tread
Jenis ulir metrik iso trapezoidal tread atau biasa disebut ulir trapesium,
adalah salah satu jenis ulir dengan bentuk ulirnya trapesium dan sudut ulirnya 30º Gambar 4.53.
Gambar 4.53. Dimensi ulir metrik iso trapezoidal tread
4 Batres Tread
Jenis ulir Batres Tread atau biasa disebut ulir gergaji terdapat dua jenis yaitu, pertama: ulir gergaji dengan sudut total ulirnya 45º dan kedalaman
ulirnya 0,75 P Gambar 4.54a, kedua: ulir gergaji dengan sudut total
ulirnya 50º dan kedalaman ulirnya sama yaitu 0,75 P Gambar 4.54b.
Gambar 4.54. Dimensi ulir metrik iso trapezoidal tread
4 Teknik Dasar Pembubutan ULir Segitiga
Pada proses pembubutan ulir segitiga selain harus mengikuti dan ketentuan sebagaimana pada proses pembubutan lainnya, ada beberapa teknik dasar lain
a b
179
yang harus dipahami sebelum melakukan pembubutan ulir. Beberapa teknik yang mendasari proses pembubutan ulir tersebut diantaranya:
a Metoda Pemotongan Ulir Segitiga
Metoda Pemotongan ulir pada mesin bubut dapat dilakukan dengan tiga cara diantaranya:
PemotonganTegak lurus terhadap sumbu dengan eretan lintang
Yang dimaksud pemotongan ulir dengan cara tegak lurus terhadap sumbu adalah, proses pembubutan ulir pemakanannya dilakukan dengan cara
posisi pahat ulir maju terus tegak lurus terhadap sumbu sehingga pahat bubut mendapatkan beban yang lebih besar karena ketiga sisi mata sayat
melakukan pemotongan bersama-sama Gambar 4.55. Keuntungan cara pemotongan ulir seperti ini adalah, lebih cepat, halus dan mudah cara
melakukannya. Sedangkan kekurangannya adalah, beban pahat lebih besar karena ketiga mata sayat pahat bubut serentak melakukan
pemotongan dan pahat cepat panas sehingga cenderung cepat rusak. Cara pemotongan seperti ini disarankan hanya digunakan untuk pemotongan
ulir yang memiliki ukuran gangkisar kecil.
Gambar 4.55. Pembubutan ulir dengan cara tegak lurus
Pemotongan Miring dengan menggeser eretan atas
Yang dimaksud pemotongan ulir miring dengan menggeser eretan atas adalah, proses pembubutan ulir pemakanannya dilakukan dengan cara
pahat dimiringkan sebesar stengah sudut ulir dengan memiringkan
180
dudukan pada eretan atas Gambar 4.56. Keuntungan cara pemotongan ulir seperti ini adalah, beban pahat lebih ringan dan tidak cepat panas.
Sedangkan kekurangannya adalah prosesnya lebih lama dan hasil lebih kasar. Cara pemotongan seperti ini disarankan hanya digunakan untuk
pemotongan ulir yang memiliki ukuran gangkisar sedang.
Gambar 4.56. Pembubutan ulir dengan cara memiringkan eretan atas
Pemotongan Zig-zag
Yang dimaksud pemotongan ulir dengan cara zig-zag adalah, proses pembubutan ulir dilakukan dengan cara pemakanan bervariasi yaitu
pemakanan sampai pada kedalaman ulir tidak hanya tegak lurus menggunakan eretan lintang saja, melainkan pemakanan divariasi dengan
menggeser eretan atas sebagai dudukan pahat ulir arah kekanan atau kekiri. Gambar 4.57. Keuntungan cara pemotongan ulir seperti ini
adalah hasil pembubutan dan beban pahat ringan . Sedangkan kekurangannya adalah prosesnya lebih lama dan prosesnya memerlukan
ketrampilan khusus. Cara pemotongan seperti ini disarankan hanya digunakan untuk pemotongan ulir yang memiliki ukuran gangkisar
besar.
181
Gambar 4.57 Metoda pemotongan ulir dengan cara zig-zag
b Arah Pemotongan Ulir
Arah pemotongan ulir tergantung dari jenis ulirnya yaitu ulir kiri atau kanan. Apabila jenis ulirnya kanan, arah pemotongan ulirnya dimulai start
awal dari posisi ujung benda kerja bagian kanan, dan untuk ulir kiri, arah pemotongan ulirnya dimulai start awal dari posisi ujung benda kerja bagian
kiri Gambar 4.58.
Gambar 4.58. Arah pemotongan ulir kanan dan kiri
c Kedalaman Pemotongan Ulir
Untuk mendapatkan kedalamam ulir yang standar pada proses pembubutan ulir segitiga, perlu memiliki acuan yang standar agar prosesnya efisien dan
hasilnya dapat memenuhi sesuai tuntutan pekerjaan. Dari uraian materi sebelumnya telah dijelaskan bahwa, kedalaman ulir segitiga jenis metris
untuk baud ulir luar kedalamannya sebesar “0,61 mm x Kisar”, dan untuk
murnya ulir dalam kedalamannya sebesar “0,54 mm x Kisar”. Gambar
4.59. Ketentuan lain sebelum melakukan pemotongan ulir adalah, kurangi diameter nominal ulir sebesar 110.K atau d
ulir
= D
nomina
l x 110 K.
182
Gambar 4.59. Kedalaman pemotongan ulir metris
d Proses Pemotongan ULir Segitiga
Proses pemotongan ulir segitiga pada mesin bubut dapat menggunakan dua jenis pahat ulir yaitu pahat ulir mata potong tunggal atau majemuk.
Pemotongan ulir luar baut dengan pahat mata potong satu dan majemuk dapat dilihat pada Gambar 4.60 dan pemotongan ulir dalam mur dengan
pahat mata potong satu dan majemuk dapat dilihat pada Gambar 4.61.
Gambar 4.60. Pemotongan ulir luar dengan pahat mata potong satu majemuk
Gambar 4.61. Pemotongan ulir dalam dengan pahat mata potong satu majemuk
183
5 Langkah-langkah Pembubutan Ulir Segitiga
Langkah-langkah dalam melaksanakan pembubutan ulir sigitiga adalah sebagai berikut:
a Persiapan Mesin
Persiapan mesin sebelum melaksanan pembubutan ulir diantaranya: Chek kondisi mesin dan yakinkan bahwa mesin siap digunakan
Aktifkan sumber listrik dari posisi OF kearah ON Tetapkan besarnya putaran mesin dan arah pemakananan
Persiapkan susunan roda gigi dalam kotak gigi gear box dan atur
handel-handelnya sesuai dengan jenis dan kisar ulirgang yang akan
dibuat berdasarkan tabel yang tersedia pada mesin.
b Pelaksanan Pembubutan Ulir Segitiga
Siapkan benda kerja, poros atau lubang dengan diameter yang sesuaidiinginkan untuk dibuat ulir dan cekam benda kerja dengan kuat
Topangtahan ujung benda kerja dengan senter putar apabila benda kerja yang akan diulir berukuran yang panjang.
Laksanakan pembubutan benda kerja yang akan diulir sampai pada diameter nominal ulirnya
184
Apabila benda kerja sudah siap dilkukan penguliran, lanjutkan persiapan pembubutan ulir dengandaiwalai menyetel ketinggian pahat ulir dan
eretan atas pada posisi sesuai ketentuan.
Laksanakan awal pembubutan ulir dengan kedalaman pemakanan diperkirakan tidak terlalu besar.
Lakukan pengecekan kisar ulir dengan mal kisar ulir sebelum dilanjutkan penguliran, dan jika kisar ulir sudah sesuai pembubutan ulir dapat
dilnjutkan hingga selesai.
185
Pada pembubutan ulir yang tidak menggunakan loceng ulir, saat mengembalikan pahat pada posisi semula diperbolehkan dengan
kecepatan putar yang lebih tinggi. Hal ini dilakukan agar supaya prosesnya lebih cepat.
Untuk pembubutan ulir dengan loceng ulir, pada saat mengembalikan pahat ke ujung benda, tuas mur belah boleh dibuka apabila ulir
transportir dengan ulir yang sedang dibuat satu sistem ukuran, misalnya sama-sama metris atau inci dan kisar poros transportir merupakan
kelipatan bulat dari kisar ulir yang sedang dibuat. Apabila pemakanan kedalaman ulir sudah sesuai perhitungan, sebelum
dilepas ckeck atau coba dulu dengan mal ulir trhead gauge
Apabila pengepasan ulir sudah standar sesuai ketentuan, benda kerja baru boleh dilepas dari pencekamnnya.
j. Pengeboran Pada Mesin Bubut
Pengeboran drilling pada mesin bubut adalah pembuatan lubang dengan alat potong mata bor Gambar 4.62. Proses pengeboran pada mesin bubut, pada
umumnya dilakukan untuk pekerjaan lanjutan diantaranya akan dilanjutkan untuk diproses: pengetapan, pembesaran lubang borring, rimer, ulir dalam dll. Masing-
masing proses tersebut memiliki ketentuan sendiri dalam menetapkan diameter lubang bornya, maka dari itu didalam menentukan diameter bor yang akan
digunakan untuk proses pengeboran di mesin bubut harus mempertimbangkan beberapa kepentingan diatas.
186
Gambar 4.62. Proses pengeboran pada mesin bubut
1 Persyaratan Pengeboran Pada Mesin Bubut
Untuk menghindari terjadinya mata bor patah dan pembesaran lubang pada proses pengeboran di mesin bubut, ada beberapa persyaratan teknis yang harus
dilakukan sebelum melakukan pengeboran yaitu pada prinsipnya hampir sama dengan persayarantan pada saat melakukan pembubutan permukaan dan
membuat lubang senter bor diantaranya: Penonjolan benda kerjanya tidak boleh terlalu panjang, dan untuk benda
kerja yang berukuran panjang harus ditahan dengan penahan benda kerja steady rest.
Senter kepala lepas harus disetting kelurusannyakesepusatannya terlebih dahulu dengan sumbu senter spindel mesin yang berfungsi sebagai dudukan
atau pemegang benda kerja. Permukaan benda kerja sebelum dibuat lubang bor harus dibuat lubang
pengarah dengan bor senter Selain besarnya putaran mesin harus sesuai dengan perhitungan, arah
putarannya tidak boleh terbalik putaran mesin harus berlawanan arah jarum jam
2 Langkah-langkah Pengeboran Pada Mesin Bubut
Untuk mendapatkan hasil pengeboran sesuai dengan tuntutan pekerjaan, langkah-langkah pengeboran pada mesin bubut adalah sebagai berikut:
187
a Persiapan Mesin Untuk Pengeboran
Persiapan mesin bubut sebelum melaksanan pengeboran diantaranya: Chek kondisi mesin dan yakinkan bahwa mesin siap digunakan untuk
melakukan pengeboran Aktifkan sumber listrik dari posisi OF kearah ON
Hitung putaran mesin sesui dengan jenis bahan benda kerja dan diameter
mata bor yang digunakan Atur handel-handel mesin bubut, untuk mengatur besarnya putaran
mesin dan arah putarannya putaran berlawanan arah jarum jam.
b Pelaksaan Pengeboran
Siapkan benda kerja yang akan dilakukan pengeboran dan cekam benda kerja dengan kuat. Untuk benda kerja yang berukuran pendek, usahakan
penonjolannya tidak terlalu keluar dari mulut rahang mesin bubut.
Topangtahan ujung benda kerja pada ujungnya dengan penahan benda kerja steady rest apabila benda kerja yang akan dilakukan pengeboran
berukuran relatif panjang.
188
Ratakan permukaan benda kerja sebelum dibuat lubang senter bor, sebagai pengarah mata bor
Laksanakan pembubutan lubang senter bor dengan besar putaran mesin sesuai perhitungan, dengan beracuan diameter terkecil bor senter yang
digunakan acuan perhitungan. Hati-hati dalam melakukan pembubutan lubang senter, karena bor senter rawan patah apabila terkena beban kejut
dan beban berat.
Laksanakan pengeboran dengan kedalaman mengacu pada skala nonius kepala lepas hingga selesai, dan jangan lupa gunakan air pendingin agar
mata bor tidak cepat tumpul
189
Apabila sudah selesai melakukan pengeboran, sebelum benda kerja dilepas lakukan pengukuran kedalamannya, dan apabila sudah yakin
bahwa kedalaman pengeboran sudah sesuai dengan tuntutan pekerjaan benda kerja boleh dilepas dari pencekamnya.
k. Pembubutan Diameter Dalam Boring
Pembubutan diameter dalam atau juga disebut pembubutan dalam adalah proses memperbesar diameter lubang sebuah benda kerja pada mesin bubut yang
sebelumnya dilakukan proses pengeboran. Jadi pembubutan dalam hanya bersifat perluasan lubang atau membentuk bagian dalam benda kerja Gambar 4.63 .
Gambar 4.63. Proses pembubutan diameter dalam Pembububutan diameter dalam dapat dilakukan untuk menghasilkan diameter
dalam yang lurus dan tirus Gambar. 4.64. Untuk diameter yang lurus, pemotongannya dapat dilakukan secara manual dan otomatis. Sedangkan untuk
diameter yang tirus hanya dapat dilakukan secara manual dengan menggeser eretan atas kecuali menggunakan perlengkapan tirus taper attachment baru dapat
dilakukan pemotongan secara otomatis.
Gambar 4.64. Proses pembubutan diameter dalam lurus dan tirus
190
1 Persyaratan Pembubutan Diameter Dalam Boring
Untuk menghindari terjadinya getaran pada proses pembubutan diameter dalam, ada beberapa persyaratan teknis yang harus dilakukan diantaranya:
Pemasangan pahat bubut dalam harus kuat dan setinggi senter. Penonjolan benda kerjanya tidak boleh terlalu panjang, dan untuk benda
kerja yang berukuran panjang harus ditahan dengan penahan benda kerja steady rest.
Sebelum dilakukan pembubutan lubang harus dilakukan pembuatan lubang awal terlebih dahulu
Selain besarnya putaran mesin harus sesuai dengan perhitungan, arah putaran harus disesuaikan dengan posisi mata sayat pahat dalamnya
2 Langkah-langkah Pembubutan Diameter Dalam
Untuk mendapatkan hasil pembubutan dalam sesuai dengan tuntutan pekerjaan, langkah-langkah yang harus dilkukan adalah sebagai berikut:
a Persiapan Mesin
Persiapan mesin sebelum melaksanan pembubutan dalam diantaranya: Chek kondisi mesin dan yakinkan bahwa mesin siap digunakan untuk
melakukan pembubutan diameter dalam Aktifkan sumber listrik dari posisi OF kearah ON
Hitung putaran mesin sesui dengan jenis bahan benda kerja dan diameter
lubang yang akan dibuat Atur handel-handel mesin bubut untuk mengatur besarnya putaran mesin
dan arah putarannya b
Pelaksaan Pembubutan Diameter Dalam
Siapkan benda kerja yang akan dilakukan pembubutan diameter dalam dan cekam benda kerja dengan kuat. Selanjutnya lakukan pengeboran
dengan tahapan seperti yang telah di bahas pada materi sebelumnya. Pasang pahat bubut dalam, sesuai jenis lubang yang akan dikerjakan.
Untuk lubang tembus gunakan pahat dalam yang berfungsi untuk memperbesar lubang tembus, dan untuk lubangtidak tembus gunakan
pahat dalam yang berfungsi untuk memperbesar lubang tidak tembus
191
Lakukan proses pembubutan diameter dalam dengan panjang pembubutan kurang-lebih 3-5 mm, dengan tujuan untuk mengecek
kedalaman pemakanan apakah sudah sesuai setting pahatnya. Selanjutnya hentikan mesin dan periksa diameternya pada tahap itu. Apabila diameter
ukurannya lebih kecil dari yang dikehendaki, kedalaman pahat perlu ditambah. Apabila diameter ukurannya lebih besar dari yang
dikehendaki, kedalaman pahat perlu dikurangi. Ulangi proses pembubutan berikutnya dengan kecepatan dan kedalaman sayat yang
lebih kecil.
Apabila sudah selesai melakukan pembubutan diametrer dalam, sebelum benda kerja dilepas lakukan pengukuran diameternya, dan apabila sudah
yakin bahwa kedalaman pengeboran sudah sesuai dengan tuntutan gambar kerja, benda kerja boleh dilepas dari pencekamnya.
l. Pengkartelan Pada Mesin Bubut
Mengkartel pada mesin bubut adalah proses pembuatan alurgigi melingkar pada bagian permukaan benda kerja dengan tujuannya agar permukannya tidak licin
pada saat dipegang oleh tangan. Contohnya terdapat pada batang penarik, tangkai
192
palu besi dan pemutar tap dan komponen lain yang memerlukan pemegannya tidak licin Gambar 4.65. Bentukprofil hasil hasil pengkartelan akan mengikuti
jenis katertel yang digunakan. ada yang belah ketupat, dan ada yang lurus tergantung gigi kartelnya.
Gambar 4.65. Contoh hasil pengkartelan
1 Menetukan Putaran Mesin dan Diameter Benda Kerja
Untuk menentukan putaran mesin pada saat mengkartel, gunakan putaran kurang-
lebih “¼” dari putaran normal atau n
kartel
= ¼ x n
normal
, dengan tujuan agar supaya roll dan porosnya tidak mendapat beban yang berat dan terjadi
gesek yang tinggi. Untuk mengurangi terjadinya gesekan antara roll dan poros, berikan pelumasan sebelum katel digunakan.
a Menetukan Diameter Benda Kerja
Untuk mendapatkan diameter kartel sesuai dengan ukuran yang diharapkan, sebelum dikartel diameter benda kerja terlebih dahulu dikurangi sebesar
±13÷12 kali kisar kartel atau D
kartel
= D - 13 x Kisar
kartel
. Hal ini dapat terjadi karena benda kerja akan mengembang pada saat dikartel. Dan jangan
lupa pada saat mengkartel selalu gunakan cairan pendingin, dengan tujuan mempermudah pemotongan dan juga agar supaya kartel tidak panas.
b Langkah-langkah Mengkartel Pada Mesin Bubut
Bubut diameter benda kerja sesuai ketentuan, yaitu: D
kartel
= D- 13x Kisar
kartel
.
193
Pasang kartel dengan kuat dan setinggi senter sebagaimana pemasangan alat potong pada proses pembubutan lainnya
Atur putaran mesin sesuai ketentuan, yaitu n
kartel
= ¼ x n
normal
. Lakukan pengkartelan dimulai pada ujung benda kerja, dengan cara
posisi kartel dimiring kurang lebih 3º-5º
Laksanakan pengkartelan secara otomatis hingga mencapai panjang yang dikehendaki. Jangan lupa gunakan pendingan pada saat mengkartel
194
Netralkan gerakan otomatisnya dan ukur diameter hasil pengkartelan. Apabila diameternya belum mencapai ukuran yang dikehendaki, tambah
kedalaman pengkartelan dengan cara penambahan pemakanannya pada posisi spindel mesin hidupberputar. Jangan lupa arah putaran mesinnya
tetap sama dan yang perlu dibalik hanya arah gerakkan otomatisnya, yaitu dengan cara mengatur tuas pembalik arah poros pembawa gerakan
eretan memanjang. Selanjutnya lakukan kembaili pengkartelan secara otomatis hingga selesai.
m. Penerapan Kesehatan, Keselamatan Kerja dan Lingkungan K3L Pada
Proses Pembubutan
Kegiatan produksi pada bengkel manufaktur terutama pada proses pembubutan, penerapan kesehatan, keselamatan kerja dan lingkungan K3L di lingkungan
kerja seharusnya sudah menjadi keasadaran diri yang harus dilaksanakan tanpa adanya peringatan dan bahkan paksaan dari siapapun. Karena pada dasarnya
penerapan K3L di lingkungan kerja secara langsung maupun tidak langsung akan berdampak pada diri sendiri, orang disekitarnya, mesin, peralatan dan lingkungan
kerja sehari-hari. Dengan demikian, apabila K3L diterapkan dengan penuh kesadaran akan berdampak positif dan jika tidak akan berdampak negatif terhadap
diri sendiri dan lingkungan kerja. Terdapat beberapa kegiatan standar yang harus dilakukan dan tidak boleh
dilakukan terkait penerapan K3L pada saat melakukan proses pembubutan, diantaranya:
1 Yang harus dilakukan
Kegiatan yang harus dilakukan terkait penerapan K3L pada saat proses pembubuatan diantaranya:
Menggunakan Pakaian Kerja
Untuk menghindari baju dan celana harian terkena kotoran, oli dan benda- benda lain pada saat melakukan proses pembubutan, operator harus
menggunakan pakaian kerja yang standar sebagaimana terlihat pada Gambar 4.66.
195
Gambar 4.66. Penggunakan pakaian kerja yang standar pada saat proses pembubutan
Menggunakan Kaca Pengaman Safety Glasses Untuk menghindari mata terkena atau kemasukan tatalberam pada
saat proses pembubutan, maka selama melakukan pemotongan harus menggunakan kaca mata yanag sesuai standar keselamatan kerja
Gambar 4.67
Gambar 4.67. Menggunaan kaca mata yang standar pada saat proses pembubutan
Menggunakan Sepatu Kerja Pada saat melakukan proses pembubutan, tidak bisa dihindari adanya
chipberam yang berserakan dilantai akibat dari hasil pemotongan. Selain itu ada kemungkinan bendaalat atau perlengkapan lain terjatuh dari
atas dan juga oli yang berceceran. Maka dari itu, pada saat melakukan proses pembubutan harus menggunakan sepatu kerja sesuai standar
yang berlaku Gambar 4.68.
196
Gambar 4.68. Menggunakan sepatu kerja yang standar pada saat proses pembubutan
Menggunakan Alat Penarik Beram Proses pembubutan akan mengsilkan potongan tatalberam. Hasil
potongaan yang melilit pada benda kerja, apabila dianggap perlu untuk menghilangkannya harus menggunakan alat penarik beram agar tangan
tidak terluka Gambar 4.69.
Gambar 4.69. Penggunakan batang penarik pada saat menarik tatalberam
2 Yang Tidak boleh dilakukan
Kegiatan yang tidak boleh dilakukan pada saat proses pembubuatan diantaranya:
Menempatkan Peralatan Kerja Yang Tidak Aman
Agar semua peralatan aman dan mudah diambil pada saat akan digunakan, perlatan harus diletakkan dan ditempatkan pada posisi yang aman dan ditata
dalam penempatannya. Penempatan peralatan sebagaimana Gambar 4.70,
197
sangat tidak dibenarkan karena peralatan rawan akan terjadinya kerusakan akibat saling berbenturan atau mudah terjatuh.
Gambar 470. Penempatkan peralatan kerja yang tidak aman
Meninggalkan Kunci Cekam Pada Mulut Pengencang Cekam Mesin Setelah Melepas Benda Kerja
Menempatkan kunci cekam pada mulut pengencang cekam setelah melepas benda kerja Gambar 4.71, adalah kegiatan yang sangat membahyakan bagi
operator dan orang-orang yang ada disekitarnya, karena apabila mesin dihidupkan sedangkan kunci cekam masih menempel di mulut kunci cekam
mesin, kunci cekam akan terlempar dengan arah yang tidak jelas sehingga dapat mengenai siapa saja yang ada disekitarnya.
Gambar 471. Menempatkan kunci cekam pada
mulut pengencang cekam setelah melepas benda kerja
198
Berkerumunan Disekirtar Mesin Bubut Tanpa Alat Pelindung
Berkerumunan disekirtar mesin bubut tanpa alat pelindung adalah salahsatu kegitan yang sangat membahayakan, karena rawan terjadi kecelakaan akibat
loncatan tatalberam atau perlengkapan mesin bubut yang terjatuh Gambar 4.72
Gambar 472. Bekerumunan disekirtar mesin bubut yang sedang beroperAsi, tanpa menggunakan pakaian kerja dan alat keselamatan kerja.
Membiarkan air Pendingin dan TatalBeram Berserakan di Lantai
Dengan membiarkan air pendingan dan tatal berserakan dilantai Gambar 4.73, akan mengakibatkan terjadinya kecelakaan. Misalnya lantai jadi licin
sehingga orang yang lewat mudah terjatuh dan tatalnya dapat mengakibatkan orang yang lewat terluka kakinya. Selain itu dilarang keras bekas air
pendingin dibuang sembarangan, karena campuran air pendingin mengandung bahan kimia yang berbahaya.
Gambar 473. Membiarkan air pendingan dan tatal berserakan
199
Menggunakan Sarung Tangan Pada Saat Melakukan Pembubutan
Menggunakan sarung tangan pada saat melakukan pembubutan, juga sangat tidak dianjurkan. Karena jika menggunakan sarung tangan kepekaan tangan
jadi berkurang, sehingga dalam melakukan pengukuran hasil pembubutan kurang sensitif Gambar 4.74, dan juga tangan jadi kuarang peka terhadap
kejadian-kejadian lainnya yang dapat mengakibatkan tangan rawan terjadi kecelakaan.
Gambar 4.74. Menggunakan sarung tangan pada saat melakukan pembubutan
Membuang TatalBeram Bersama Jenis Sampah Lainnya
Kegiatan membuang tatalberam hasil pembubutan bersama-sama jenis sampah lainnya sangatlah tidak dianjurkan Gambar 4.75, karena demi kesehatan
lingkungan sampah jenis organik dan an-organik seharusnya dibedakan
sehingga pengolahan akhirnya lebih mudah
Gambar 4.75. Membuang tatalberam, besama jenis sampah lainnya
200
3. Rangkuman
Video yang berhubungan