Sebutkan 4 teori masuknya agama hindu-budha di indonesia

Kalian pasti tidak asing lagi dengan candi Borobudur, candi Prambanan, maupun peninggalan lain – berupa prasasti dan sebagainya, yang tersebar di Indonesia dan menjadi objek wisata popular. Hal tersebut merupakan bukti bahwa pengaruh agama Hindu dan Budha di Indonesia cukup besar dan menjadi salah satu pembentuk keanekaragaman budaya di tanah air.

Pengaruh Hindu-Budha di Indonesia sendiri berlangsung lebih dari 10 abad. Tersebar luasnya pengaruh tersebut mengundang pertanyaan bagaimana kebudayaan Hindu-Budha dari India itu bisa masuk ke Indonesia?

Setidaknya, terdapat beberapa teori masuknya pengaruh Hindu Budha di Indonesia antara lain Teori Brahmana, Teori Waisya, Teori Ksatria, dan Teori Arus Balik.

Teori Brahmana

Teori masuknya pengaruh Hindu Budha di Indonesia yang pertama adalah Teori Brahmana yang diajukan oleh Jacob Cornelis Van Liur. Teori ini mengemukakan bahwa pengaruh Hindu-Budha di Indonesia dibawa oleh para brahmana atau kalangan pemuka agama dari India. Teori ini dilandaskan pada prasasti-prasasti peninggalan kerajaan Hindu-Budha di Indonesia pada masa lampau.

Mayoritas prasasti yang ada di Indonesia ini menggunakan huruf pallawa dan bahasa sanskerta. Di India sendiri, aksara dan bahasa tersebut tidak sembarang orang yang bisa menguasainya dan hanya para golongan brahmana yang menguasainya.

Teori ini juga dikuatkan oleh kebiasaan agama Hindu yang menempatkan brahmana sebagai satu-satunya otoritas dalam ajaran agama Hindu. Maka hanya kalangan brahmana yang memahami ajaran Hindu yang benar dan utuh, konsekuensinya hanya merekalah yang berhak menyebarkan ajaran Hindu.

Menurut kerangka teori ini, para brahmana ini diundang ke Nusantara oleh para kepala suku untuk menyebarkan ajarannya beserta keluhuran nilainya pada masyarakat di Indonesia yang masih memiliki kepercayaan asli yaitu animisme dan dinamisme.

Teori Ksatria

Teori masuknya pengaruh Hindu Budha di Indonesia yang kedua adalah Teori Ksatria yang dikemukakan oleh C.C. berg Mookerji dan J.L Moens. Dalam teori ini disebutkan bahwa golongan bangsawan atau ksatria dari India yang membawa masuk dan menyebarkan pengaruh agama Hindu-Budha di Indonesia.

Sejarah penyebaran agama Hindu-Budha di kepulauan Nusantara tidak bisa dilepaskan dari sejarah kebudayaan India pada periode yang sama. Seperti diketahui, bahwa di awal abad ke 2 Masehi kerajaan-kerjaan di India mengalami keruntuhan karena adanya perebutan kekuasaan.

[Baca juga: Pengaruh Kebudayaan Hindu-Budha di Indonesia]

Penguasa-penguasa dari golongan ksatria di kerajaan-kerajaan yang kalah perang pada masa itu dianggap melarikan diri ke Indonesia, kemudian mendirikan koloni maupun kerajaan baru yang bercorak agama Hindu-Budha.

Wilayah Indonesia menjadi pilihan karena mengikuti jalur perdagangan antara India dan Indonesia pada masa itu. Dalam perkembangannya, mereka pun kemudian menyebarkan ajaran dan kebudayaan kedua agama tersebut pada masyarakat local yang ada di Indonesia.

Teori Waisya

Teori Waisya ini dikemukan oleh NJ Krom, dimana teori ini menjelaskan bahwa masuk dan berkembangnya pengaruh Hindu-Budha di Indonesia dibawa oleh orang India berkasta Waisya atau golongan pedagang. Para pedagang merupakan kelompok masyarakat asal India yang paling banyak berintekasi dengan masyarakat pribumi.

Menurut kerangka teori ini, para pedagang India mengenalkan ajaran Hindu dan Budha beserta nilai-nilai budanya kepada masyarakat local. Kegiatan itu dilakukan saat berlabuh ke Nusantara untuk berdagang, lantaran saat itu pelayaran sangat bergantung pada musim angin sehingga dalam beberapa waktu mereka akan menetap di kepulauan di Indonesia sampai angin laut yang akan membawa mereka kembali ke India berhembus.

Teori Arus Balik

Teori arus balik ini dikemukan oleh F.D.K Bosch yang mengatakan penyebaran pengaruh Hindu-Budha di Indonesia terjadi karena peran aktif masyarakat Indonesia sendiri. Pengenalan pengaruh Hindu-Budha ini merupakan inisiatif oleh orang-orang India atau para pendeta tetapi yang menyebarkan adalah orang Indonesia yang diutus oleh raja di Nusantara untuk mempelajari agama dan budaya para pendeta India di Negara asalnya.

Setelah utusan tersebut menguasai ajaran agama maka mereka akan kembali ke Indonesia dan menyampaikan pada Raja. Selanjutnya, raja akan meminta para utusan tersebut untuk menyebarkan dan mengajarkan pengetahuan yang diperoleh pada penduduk atau rakyat kerajaan.

Hal tersebut tentu saja berpengaruh terhadap semakin berkembangnya ajaran agama baik Hindu maupun Budha dan terbentuklah kerajaan-kerajaan yang bercorak baik itu agama Hindu maupun Budha di Nusantara.

adjar.id – Hindu-Budha merupakan agama tertua yang berkembang di Indonesia. Nah, ada empat teori mengenai masuknya Hindu-Buddha ke Nusantara.

Kehadiran agama Hindu-Budha di Nusantara dimulai sejak awal Masehi.

Secara garis besar, masuknya pengaruh Hindu-Buddha ke Nusantara erat kaitannya dengan negara India.

Yap, India merupakan negara yang menjadi pusat kelahiran dan berkembangnya dua agama utama di dunia, yaitu Hindu dan Buddha.

Kemudian, datangnya agama Hindu-Buddha ke Nusantara yang berasal dari pengaruh India ini terpecah menjadi empat teori.

Keempat teori tersebut di antaranya adalah teori Brahmana, teori Ksatria, teori Waisya, dan teori Arus Balik.

Masing-masing teori memiliki penjelasan berikut dengan bukti yang mendukung dan kelemahannya, Adjarian.

Kita pelajari bersama, yuk!

“Ada empat teori yang mendasari masuknya Hindu-Buddha di Indonesia, yaitu teori Brahmana, teori Ksatria, teori Waisya, dan teori Arus Balik.”

Baca Juga: Pengaruh Hindu-Buddha di Bidang Kesenian Masyarakat Indonesia

Teori-Teori Masuknya Hindu-Buddha

1. Teori Brahmana

Adjarian, teori pertama masuknya agama dan kebudayaan Hindu-Budha di Indonesia adalah teori Brahmana.

Teori ini pertama kali dicetuskan oleh seorang orientalis, J.C. van Leur.

Menurut J.C. van Leur, kaum Brahmana diundang langsung oleh para pengemuka kerajaan di Nusantara untuk mengajarkan agama Hindu.

Nah, sebelum kembalinya para Brahmana tersebut ke India, mereka meninggalkan kitab Weda sebagai hadiah untuk para raja.

Hal tersebut dibuktikan dengan adanya bahasa yang dikuasai Brahmana di dalam kitab suci Weda dan dalam upacara keagamaan.

Akan tetapi, menurut ajaran Hindu kuno, seorang Brahmana dilarang menyebrangi lautan untuk meninggalkan tanah airnya. Nah, hal tersebut pun yang menjadi kelemahan teori Brahmana.

“Menurut J.C. van Leur, agama dan kebudayaan Hindu-Budha dibawa oleh kaum Brahmana yang diundang langsung oleh para raja untuk mengajarkan kedua agama tersebut.”

Baca Juga: Macam-Macam Peninggalan Sejarah Bercorak Hindu yang Ada di Indonesia

2. Teori Ksatria

Teori Ksatria dicetuskan oleh R.C. Majundar, F.D.K. Bosch, C.C. Berg, Mookerji, dan J.L. Moens.

Pada mulanya, sekitar abad 4-6 M, terjadi peperangan yang melibatkan kaum Ksatria di India. Peperangan ini menyebabkan para prajurit mengalami kekalahan.

Nah, kekalahan inilah yang kemudian menginisiasi larinya kaum Ksatria menuju Nusantara untuk mendirikan kerajaan-kerajaan.

Namun demikian, sampai saat ini tidak ditemukan prasasti yang menggambarkan penaklukan Nusantara oleh kerajaan India.

Selain itu, para Ksatria ini tidak mungkin mendapat kedudukan tinggi sebagai raja di Nusantara.

"Sampai saat ini belum ditemukan prasasti tentang penaklukan Nusantara oleh kerajaan India yang dapat mendukung teori Ksatria."

3. Teori Waisya

Teori Waisya dikemukakan oleh N.J. Krom.

Baca Juga: Hasil Kebudayaan Masyarakat Indonesia pada Masa Hindu-Buddha

Menurut N.J. Krom, masuknya Hindu-Buddha di Indonesia dipengaruhi oleh para pedagang dari India. 

Perdagangan inilah yang kemudian membuat agama dan kebudayaan Hindu-Buddha tersebar melalui pernikahan, hubungan dagang, dan interaksi antara pedangang India dan Nusantara.

Adanya perkampungan para pedangan India di Indonesia juga turut memperkuat teori satu ini.

Meski demikian, kaum Waisya berkedudukan sebagai rakyat biasa dan tidak menguasai suatu kerajaan.

Di samping itu, kaum Waisya juga tidak menguasai bahasa Sanskerta serta aksara Pallawa.

"Berdasarkan teori Waisya, masuknya Hindu-Buddha dipengaruhi oleh pedagang India yang berinteraksi dengan masyarakat Nusantara."

4. Teori Arus Balik

Teori masuknya agama dan kebudayaan Hindu-Buddha di Indonesia yang terakhir adalah teori Arus Balik.

Teori ini dicetuskan oleh F.D.K. Bosch dalam rangka untuk menyanggah teori Waisya dan teori Ksatria.

Baca Juga: Kehidupan Sosial Masyarakat Indonesia pada Masa Hindu-Buddha

Pada mulanya, kaum Brahmana menyebar ke seluruh wilayah Nusantara untuk menjalin hubungan dengan rakyat lokal. Baik untuk menyebarkan agama maupun kebudayaan.

Setelah itu, banyak rakyat Nusantara yang tertarik untuk mempelajari bahasa Sanskerta, kitab suci, hingga sastra datang secara langsung di India.

Nah, setelah mendalami agama dan kebudayaan di India, mereka kembali ke Nusantara untuk mengembangkan agama dan kebudayaan Hindu-Buddha.

Prasasti Nalanda turut memperkuat teori ini, Adjarian.

Prasasti tersebut menyebutkan bahwa Raja Balaputradewa dari Sriwijaya meminta langsung raja India untuk membangun wihara sebagai tempat menimba ilmu.

Nah, itulah empat teori masuknya Hindu-Buddha ke Nusantara atau Indonesia.

Sekarang coba kerjakan soal di bawah ini, yuk!

Pertanyaan
Jelaskan bagaimana masuknya Hindu-Buddha melalui teori Waisya!
Petunjuk: Cek halaman 3 dan 4.

Tonton video ini, yuk!

Video yang berhubungan

Bài mới nhất

Chủ Đề