Sebutkan bagaimana cara pemerintah menjaga olahraga tradisional agar tetap ada

Sebutkan bagaimana cara pemerintah menjaga olahraga tradisional agar tetap ada

Sebutkan bagaimana cara pemerintah menjaga olahraga tradisional agar tetap ada
Lihat Foto

freepik.com/stories

Ilustrasi permainan tradisional

KOMPAS.com - Permainan tradisional muncul dari budaya yang sudah tertanam di masyarakat. Permainan ini memiliki banyak nilai yang dapat kita ambil dan pelajari.

Selain itu, permainan tradisional juga tergolong mudah dan tidak membutuhkan biaya banyak untuk dilakukan.

Dikutip dari buku Kembangkan Toleransi melalui Permainan Tradisional (2020) karya Benedicta Rani Nugraheni dan Gregorius Ari Nugrahanta, permainan tradisional ialah proses pemainan yang dilakukan dengan menggunakan alat sederhana atau tanpa alat elektronik.

Nilai permainan tradisional

Menurut Huri Yani dalam buku Permainan Tradisional Anak Negeri (2018), permainan tradisional mengandung banyak nilai.

Nilai-nilai yang terkandung dalam permainan tradisional, sebagai berikut: 

Ketika bermain permainan tradisional, kita memainkannya bersama teman atau orang lain. Permainan tersebut akan menumbuhkan nilai kerja sama di dalam diri kita agar bisa kompak satu sama lain dan akhirnya memenangkan permainan.

Baca juga: Teknik Pukulan dalam Permainan Bulu Tangkis

Permainan tradisional juga menumbuhkan rasa kebersamaan lewat kekompakan dan kerja sama. Selain itu, permainan ini juga akan membuat hubungan pertemanan semakin erat.

Solidaritas bisa dimaknai sebagai perasaan setia kawan. Permainan tradisional juga menumbuhkan rasa solidaritas. Contohnya ketika kalah bermain, teman sekelompok akan menerima kekalahan dan saling menghibur satu sama lain dalam kelompoknya.

Tanpa disadari permainan tradisional juga menumbuhkan nilai kepemimpinan. Nilai ini melatih seseorang untuk bisa mengatur anggota kelompoknya dan menyusun strategi yang jujur serta adil untuk memenangkan permainan.

Tenggang rasa artinya bisa menghormati orang lain. Permainan tradisional juga mengandung nilai ini yang membuat orang belajar bagaimana cara menghormati dan menghargai orang lain.

Dalam Pekan Kebudayaan Nasional (PKN) tahun 2019, pasanggiri permainan tradisional merupakan acara yang menarik perhatian pengunjung. Pasanggiri menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah sayembara dengan hadiah bagi pemenang terbaik atau yang unggul. Acara pasanggiri ini bukan sekadar perlombaan, namun merupakan upaya memperkenalkan permainan tradisional Indonesia kepada generasi muda.

Permainan tradisional merupakan kekayaan budaya Indonesia yang harus dilestarikan. Melestarikan permainan tradisional bukan sekadar mempelajari nama-nama permainan tradisional dan aturan-aturannya, namun lebih jauh dengan memainkannya. Saat ini popularitas permainan tradisional di kalangan generasi muda, kalah bersaing dengan permainan di gawai telepon pintar ataupun komputer. Memperkenalkan permainan tradisional kepada generasi muda sehingga mereka menyukai dan memainkannya di tengah pesatnya perkembangan permainan modern berbasis gawai, adalah tantangan bersama.

Jika ditinjau dari berbagai aspek, memainkan permainan tradisional seperti benteng, congklak, gobak sodor, dan permainan-permainan lain memiliki banyak manfaat bagi anak-anak. Permainan-permainan tersebut mengajarkan karakter-karakter positif seperti kerja sama, bertanggung jawab terhadap apa yang kita pilih, budaya antre, sportivitas, dan banyak lagi. Selain itu memainkannya juga menyehatkan raga, karena banyak permainan tradisional yang memaksa pemainnya untuk bergerak, melompat, ataupun berlari.

Baca Juga: Ruang Muka Indonesia Bahagia

Pasanggiri dalam PKN

Dalam ajang PKN 2019, berbagai pihak diundang untuk berkompetisi memainkan permainan tradisional. Pada hari pertama, Senin para pegawai di lingkungan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) berlomba menjadi yang terbaik. Permainan yang dilombakan meliputi terompah panjang, hadang, lari balok, dan egrang. Selain pertandingan, di lokasi acara juga dipamerkan berbagai permainan tradisional dari daerah-daerah di Indonesia.

Acara perlombaan permainan tradisional dibuka oleh Sekretaris Jenderal Kemendikbud, Didik Suhardi. Didik Suhardi menyampaikan bahwa perlombaan permainan tradisional adalah salah satu upaya untuk melestarikan kebudayaan Indonesia. Hal yang penting menurut Didik Suhardi adalah memperkenalkan permainan tradisional kepada generasi muda dan mengajak mereka memainkannya. "Indonesia termasuk negara yang disebut The Power of Culture atau negara adidaya budaya. Negara yang pandai melestarikan budayanya termasuk negara yang hebat. Mari kita lestarikan budaya bangsa. Mari kita majukan Indonesia," ujar Didik Suhardi, pada saat membuka perlombaan.

Tak lupa Didik Suhardi mengingatkan agar pegawai Kemendikbud ataupun masyarakat yang memainkan permainan tradisional, mengajak keluarga atau teman-temannya memainkannya di rumah atau di sekolah. Alat-alat yang digunakan dalam permainan tradisional bisa dibuat sendiri dengan biaya yang murah.

Pada hari kedua, pertandingan permainan tradisional mengundang perwakilan dari sejumlah kementerian dan lembaga pemerintah. Setelah itu masyarakat umum juga diberi kesempatan berlomba. Semua peserta perlombaan permainan tradisional ini antusias dan bersemangat memainkannya. Masyarakat yang memainkannya berasal dari sejumlah daerah di sekitar Jakarta, seperti Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi.

Baca Juga: Gotong Royong Ekosistem Kebudayaan dalam Diskusi

Kegiatan pasanggiri ini melibatkan Komunitas Olahraga Tradisional Indonesia (KOTI). Komunitas ini bertugas memberikan penjelasan mengenai aturan permainan tradisional pada para peserta, sekaligus menjadi wasit dan panitia. KOTI merupakan komunitas yang sudah cukup lama berkiprah memperkenalkan kembali permainan tradisional kepada masyarakat terutama generasi muda. KOTI selama ini banyak menggelar acara untuk menggelorakan permainan tradisional, dengan menggandeng pemerintah ataupun dunia usaha.

Taufik Hidayat Suharto, pelaksana teknis kompetisi permainan tradisional PKN, mengatakan bangga bisa terlibat dalam PKN. Taufik juga senang, masyarakat antusias mencoba memainkan permainan tradisional. "Ada yang senang dan terharu, karena secara rasa mereka terbawa dalam suasana kompetisinya," kata Taufik Hidayat Suharto, yang juga merupakan relawan KOTI.

Taufik menganggap antusiasme pengunjung PKN cukup baik, terutama minat mencoba permainan tradisional seperti egrang, lari balok, terompah panjang, dan hadang. "Makanya kami beri kesempatan pengunjung untuk yang mau coba main sendiri, di luar jadwal kompetisi," tuturnya. Ia berharap, PKN rutin digelar tiap tahun dengan lokasi yang berbeda-beda, agar masyarakat lebih mengenal kekayaan kebudayaan Indonesia, begitu juga ragam permainan tradisional yang ada di seluruh penjuru Indonesia.

Permainan yang dilombakan meliputi terompah panjang, hadang, lari balok, dan egrang. Selain pertandingan, di lokasi acara juga dipamerkan berbagai permainan tradisional dari daerah-daerah di Indonesia.

Upaya Ditjen Kebudayaan

Direktorat Jenderal Kebudayaan (Ditjen Kebudayaan) Kemendikbud terus berupaya memperkenalkan permainan tradisional dan mengajak generasi muda Indonesia memainkannya. Sebelumnya Ditjen Kebudayaan menggelar sejumlah sejumlah pameran permainan tradisional. Pameran permainan tradisional biasanya dilaksanakan di acara peringatan hari-hari besar nasional, ataupun di tempat-tempat yang mudah diakses seperti bandara, stasiun, dan lain-lain. Pada pembukaan PKN 2019 ini Ditjen Kebudayaan membagikan alat-alat permainan tradisional sebagai cindera mata kepada pengunjung.

Direktur Jenderal Kebudayaan, Hilmar Farid mengatakan saat ini permainan tradisional sudah mulai dilupakan, terutama di kalangan generasi muda. Lewat pameran ataupun pertandingan permainan tradisional, masyarakat diajak bernostalgia permainan zaman dahulu, dan mendorong generasi muda mencoba memainkan permainan tradisional. "Di sini kita punya ruang bermain yang bisa digunakan masyarakat khususnya pengunjung yang bawa anak-anak bisa bermain sekaligus para orang tua bisa bernostalgia," ujar Hilmar Farid.

Baca Juga: Pergelaran Karya Budaya Menumbuhkan Akar Kebudayaan dalam Diri Anak-anak

Di gelaran PKN tahun ini, Ditjen Kebudayaan juga menggandeng pembuat konten kreatif di Youtube atau sering dikenal dengan istilah Youtuber, untuk mempromosikan PKN ataupun substansi pemajuan kebudayaan. Untuk bidang permainan tradisional, Ditjen Kebudayaan bekerja sama dengan Youtuber Wahyu Aditya (Mas Waditya).

Video di Youtube karya Wahyu Aditya yang berjudul “Apa Permainan Tradisional Favorit Kamu? – Pekan Kebudayaan Nasional”, telah ditonton lebih dari 318 ribu kali. Video tersebut menggambarkan serunya permainan-permainan tradisional yang dipamerkan di PKN, seperti mobil-mobilan dari bambu, egrang, congklak, dan lain-lain. Komentar masyarakat di video ini juga positif.

Selain itu, Ditjen Kebudayaan juga mengundang generasi muda untuk menyumbangkan ide-idenya dalam upaya memajukan kebudayaan, termasuk memasyarakatkan permainan tradisional. Di awal tahun 2019 ini Ditjen Kebudayaan mengajak generasi muda mengirimkan proposal, baik itu berupa rencana kegiatan kebudayaan, pembuatan purwarupa, ataupun penelitian tentang kebudayaan. Ide-ide kreatif tersebut selanjutnya dimatangkan dalam kegiatan Kemah Budaya Kaum Muda 2019.

Upaya-upaya Ditjen Kebudayaan untuk memajukan kebudayaan, termasuk melestarikan permainan tradisional tidak bisa berjalan baik jika tanpa dukungan masyarakat. Guru dan juga orang tua memegang peranan penting untuk mengenalkan permainan tradisional kepada anak-anaknya di tengah maraknya permainan daring berbasis gawai. Oleh karena itu kerja sama pemerintah, komunitas-komunitas pelestari permainan tradisional, guru, dan masyarakat sangat diperlukan, untuk mengenalkan permainan tradisional dan sekaligus mengajak generasi muda memainkannya. (WID)