Sejenis hewan kelelawar yang suka memakan buah adalah

Lihat Foto

Shutterstock

Ilustrasi kelelawar

KOMPAS.com - Nyamuk merupakan hewan yang cukup menyebalkan untuk manusia. Ia menghisap darah manusia dan meninggalkan bekas gigitan yang gatal, sakit dan bengkak.

Bila Anda adalah salah satu orang yang muak dengan hal ini, dan berharap dapat memelihara beberapa predator nyamuk untuk mengontrol keberadaannya di rumah; ada kabar baik dan buruk.

Dilansir dari Sciencing, [22/11/2019], memang ada beberapa hewan yang memakan nyamuk, tetapi memeliharanya tidak akan cukup untuk mengurangi populasi nyamuk di rumah secara signifikan. Hewan-hewan itu adalah:

1. Capung

Serangga yang memakan nyamuk termasuk capung dan sepupu mereka yang kurang dikenal, capung jarum.

Capung cenderung makan pada siang hari; sementara nyamuk yang paling aktif pada malam hari, bersembunyi di semak-semak. Hal ini membuat capung dewasa jarang memakan nyamuk.

Namun, larva capung benar-benar memakan larva nyamuk. Bahkan ketika berada berdekatan, larva capung bisa merusak larva nyamuk sebelum sempat bertumbuh dewasa.

Baca juga: Jangan Lupakan, Penularan Penyakit karena Nyamuk Masih Terus Terjadi

Selain capung, predator lainnya di dunia serangga adalah anggang-anggang [Gerridae] dan Gyrinidae yang suka memakan larva nyamuk ketika mengapung di permukaan air.

2. Burung Pemakan Nyamuk

Burung yang memakan nyamuk termasuk martin ungu, burung layang-layang, angsa, bebek, dan burung penyanyi migrasi. Biasanya, predator ini memakan nyamuk pada tahap dewasa dan tahap akuatik [larva].

Codot krawar [Cynopterus brachyotis] yaitu sejenis kelelawar proses suku codot [Pteropodidae]. Kelelawar pemakan buah ini hidup tersebar lapang mulai dari Nepal, India, Sri Lanka, Asia Tenggara, Filipina, dan Indonesia [Sumatra, Kalimantan, Jawa, Bali, dan Keliruku][1]. Codot ini adalah codot yang paling umum ditemukan di sebagian agung habitat di Kalimantan: di hutan-hutan pegunungan bawah, hutan dipterokarpa, kebun-kebun, hutan mangrove, serta vegetasi tepi pantai.[2] Dalam bahasa Inggris kelelawar ini dikena sebagai Lesser Short-nosed Fruit Bat.

Pengenalan

Kelelawar benar ukuran sedang; dengan panjang lengan bawah selang 55–65 mm, ekor 8–10 mm, dan telinga 14–16 mm. Berat tubuhnya selang 21–32 gram.[2]

Umumnya benar ukuran coklat sampai coklat kekuningan dengan kerah berwarna jingga tua semakin terang pada jantan dewasa, dan kekuningan pada binatang betina. Anakan berwarna semakin abu-abu dengan kerah tidak jelas. Tulang-tulang pada telinga dan sayap kebanyakan bertepi putih. Gigi seri bawah dua pasang.[2]

Biologi

Codot krawar bergantungan di tali jemuran, sesaat sesudah dilepaskan dalam suatu kajian populasi.

Codot krawar adalah kelelawar frugivora, yakni pemakan buah. Codot ini menyukai buah-buahan aromatis, khususnya mangga[3]. Makanan utama codot krawar yaitu buah-buahan kecil, menghisap sari buah dan daging buah-buahan yang lunak, namun juga memakan nektar dan serbuk sari[2].

Sering didapati terbang berkeliaran di kebun dan pekarangan di masa gelap. Di siang hari codot ini bertengger dalam kumpulan kecil di pepohonan, di bawah dedaunan, atau di gua-gua di proses yang tidak terlalu gelap[2].

Codot krawar bersifat poligini, yakni seekor jantan mengawini beberapa betina[4]. Di Filipina, kebanyakan populasi codot krawar melahirkan anak dua kali setahun, dan betina hamil terdeteksi di nyaris semua bulan sepanjang tahun. Masa mengandung dianggarkan selang 3½–4 bulan, diikuti dengan masa menyusui selama enam sampai delapan minggu. Codot jantan didewasakan dalam satu tahun, sedangkan kebanyakan betina mulai mengandung pada usia enam sampai delapan bulan.

Di Semenanjung Malaya, codot ini kawin di sepanjang tahun, dan induk betina menggendong anaknya yang berjumlah seekor di saat-saat bayinya[5]. Demikian pula, tak benar musim kawin yang khusus untuk codot krawar di Thailand[6]

Lama hidup codot krawar kurang semakin selang 20 sampai 30 tahun.[3]

Pustaka

  1. ^ Suyanto, A.. 2001. Kelelawar di Indonesia. Puslitbang Biologi – LIPI. Hal.40
  2. ^ a b c d e Payne, J., C.M. Francis, K. Phillipps, S.N. Kartikasari. 2000. Panduan Lapangan Mamalia di Kalimantan, Sabah, Sarawak & Brunei Darussalam. The Sabah Society, Wildlife Conservation Society dan World Wildlife Fund Malaysia. Hal. 181-182
  3. ^ a b Crichton, E., P. Krutzsch. [2000]. Reproductive Biology of Bats. San Diego, CA: Academic Press.
  4. ^ Nowak, R. 1997. "Cynopterus" [On-line]. Walker's Mammals of the World Online. Diakses Januari 09, 2009.
  5. ^ Medway, L. 1978. The wild mammals of Malaya [Peninsular Malaysia] and Singapore. Oxford University Press, Kuala Lumpur.
  6. ^ Lekagul, B, & J.A. McNeely. 1977. Mammals of Thailand. Sahankarnbhat, Bangkok.


edunitas.com

Page 2

Codot krawar [Cynopterus brachyotis] yaitu sejenis kelelawar proses suku codot [Pteropodidae]. Kelelawar pemakan buah ini hidup tersebar luas mulai dari Nepal, India, Sri Lanka, Asia Tenggara, Filipina, dan Indonesia [Sumatra, Kalimantan, Jawa, Bali, dan Keliruku][1]. Codot ini adalah codot yang paling umum ditemukan di sebagian agung habitat di Kalimantan: di hutan-hutan pegunungan bawah, hutan dipterokarpa, kebun-kebun, hutan mangrove, serta vegetasi tepi pantai.[2] Dalam bahasa Inggris kelelawar ini dikena sebagai Lesser Short-nosed Fruit Bat.

Pengenalan

Kelelawar berukuran sedang; dengan panjang lengan bawah selang 55–65 mm, ekor 8–10 mm, dan telinga 14–16 mm. Berat tubuhnya selang 21–32 gram.[2]

Umumnya berukuran coklat sampai coklat kekuningan dengan kerah berwarna jingga tua semakin terang pada jantan dewasa, dan kekuningan pada binatang betina. Anakan berwarna semakin abu-abu dengan kerah tidak jelas. Tulang-tulang pada telinga dan sayap kebanyakan bertepi putih. Gigi seri bawah dua pasang.[2]

Biologi

Codot krawar bergantungan di tali jemuran, sesaat sesudah dilepaskan dalam suatu kajian populasi.

Codot krawar adalah kelelawar frugivora, yakni pemakan buah. Codot ini menyukai buah-buahan aromatis, khususnya mangga[3]. Makanan utama codot krawar yaitu buah-buahan kecil, menghisap sari buah dan daging buah-buahan yang lunak, namun juga memakan nektar dan serbuk sari[2].

Sering didapati terbang berkeliaran di kebun dan pekarangan di masa gelap. Di siang hari codot ini bertengger dalam kumpulan kecil di pepohonan, di bawah dedaunan, atau di gua-gua di proses yang tidak terlalu gelap[2].

Codot krawar bersifat poligini, yakni seekor jantan mengawini beberapa betina[4]. Di Filipina, kebanyakan populasi codot krawar melahirkan anak dua kali setahun, dan betina hamil terdeteksi di nyaris semua bulan sepanjang tahun. Masa mengandung dianggarkan selang 3½–4 bulan, disertai dengan masa menyusui selama enam sampai delapan minggu. Codot jantan menjadi dewasa dalam satu tahun, sedangkan kebanyakan betina mulai mengandung pada usia enam sampai delapan bulan.

Di Semenanjung Malaya, codot ini kawin di sepanjang tahun, dan induk betina menggendong anaknya yang berjumlah seekor di saat-saat bayinya[5]. Demikian pula, tak benar musim kawin yang khusus untuk codot krawar di Thailand[6]

Lama hidup codot krawar kurang semakin selang 20 sampai 30 tahun.[3]

Pustaka

  1. ^ Suyanto, A.. 2001. Kelelawar di Indonesia. Puslitbang Biologi – LIPI. Hal.40
  2. ^ a b c d e Payne, J., C.M. Francis, K. Phillipps, S.N. Kartikasari. 2000. Panduan Lapangan Mamalia di Kalimantan, Sabah, Sarawak & Brunei Darussalam. The Sabah Society, Wildlife Conservation Society dan World Wildlife Fund Malaysia. Hal. 181-182
  3. ^ a b Crichton, E., P. Krutzsch. [2000]. Reproductive Biology of Bats. San Diego, CA: Academic Press.
  4. ^ Nowak, R. 1997. "Cynopterus" [On-line]. Walker's Mammals of the World Online. Diakses Januari 09, 2009.
  5. ^ Medway, L. 1978. The wild mammals of Malaya [Peninsular Malaysia] and Singapore. Oxford University Press, Kuala Lumpur.
  6. ^ Lekagul, B, & J.A. McNeely. 1977. Mammals of Thailand. Sahankarnbhat, Bangkok.


edunitas.com

Page 3

Codot krawar [Cynopterus brachyotis] yaitu sejenis kelelawar proses suku codot [Pteropodidae]. Kelelawar pemakan buah ini hidup tersebar luas mulai dari Nepal, India, Sri Lanka, Asia Tenggara, Filipina, dan Indonesia [Sumatra, Kalimantan, Jawa, Bali, dan Keliruku][1]. Codot ini adalah codot yang paling umum ditemukan di sebagian agung habitat di Kalimantan: di hutan-hutan pegunungan bawah, hutan dipterokarpa, kebun-kebun, hutan mangrove, serta vegetasi tepi pantai.[2] Dalam bahasa Inggris kelelawar ini dikena sebagai Lesser Short-nosed Fruit Bat.

Pengenalan

Kelelawar berukuran sedang; dengan panjang lengan bawah selang 55–65 mm, ekor 8–10 mm, dan telinga 14–16 mm. Berat tubuhnya selang 21–32 gram.[2]

Umumnya berukuran coklat sampai coklat kekuningan dengan kerah berwarna jingga tua semakin terang pada jantan dewasa, dan kekuningan pada binatang betina. Anakan berwarna semakin abu-abu dengan kerah tidak jelas. Tulang-tulang pada telinga dan sayap kebanyakan bertepi putih. Gigi seri bawah dua pasang.[2]

Biologi

Codot krawar bergantungan di tali jemuran, sesaat sesudah dilepaskan dalam suatu kajian populasi.

Codot krawar adalah kelelawar frugivora, yakni pemakan buah. Codot ini menyukai buah-buahan aromatis, khususnya mangga[3]. Makanan utama codot krawar yaitu buah-buahan kecil, menghisap sari buah dan daging buah-buahan yang lunak, namun juga memakan nektar dan serbuk sari[2].

Sering didapati terbang berkeliaran di kebun dan pekarangan di masa gelap. Di siang hari codot ini bertengger dalam kumpulan kecil di pepohonan, di bawah dedaunan, atau di gua-gua di proses yang tidak terlalu gelap[2].

Codot krawar bersifat poligini, yakni seekor jantan mengawini beberapa betina[4]. Di Filipina, kebanyakan populasi codot krawar melahirkan anak dua kali setahun, dan betina hamil terdeteksi di nyaris semua bulan sepanjang tahun. Masa mengandung dianggarkan selang 3½–4 bulan, disertai dengan masa menyusui selama enam sampai delapan minggu. Codot jantan menjadi dewasa dalam satu tahun, sedangkan kebanyakan betina mulai mengandung pada usia enam sampai delapan bulan.

Di Semenanjung Malaya, codot ini kawin di sepanjang tahun, dan induk betina menggendong anaknya yang berjumlah seekor di saat-saat bayinya[5]. Demikian pula, tak benar musim kawin yang khusus untuk codot krawar di Thailand[6]

Lama hidup codot krawar kurang semakin selang 20 sampai 30 tahun.[3]

Pustaka

  1. ^ Suyanto, A.. 2001. Kelelawar di Indonesia. Puslitbang Biologi – LIPI. Hal.40
  2. ^ a b c d e Payne, J., C.M. Francis, K. Phillipps, S.N. Kartikasari. 2000. Panduan Lapangan Mamalia di Kalimantan, Sabah, Sarawak & Brunei Darussalam. The Sabah Society, Wildlife Conservation Society dan World Wildlife Fund Malaysia. Hal. 181-182
  3. ^ a b Crichton, E., P. Krutzsch. [2000]. Reproductive Biology of Bats. San Diego, CA: Academic Press.
  4. ^ Nowak, R. 1997. "Cynopterus" [On-line]. Walker's Mammals of the World Online. Diakses Januari 09, 2009.
  5. ^ Medway, L. 1978. The wild mammals of Malaya [Peninsular Malaysia] and Singapore. Oxford University Press, Kuala Lumpur.
  6. ^ Lekagul, B, & J.A. McNeely. 1977. Mammals of Thailand. Sahankarnbhat, Bangkok.


edunitas.com

Page 4

Codot krawar [Cynopterus brachyotis] yaitu sejenis kelelawar proses suku codot [Pteropodidae]. Kelelawar pemakan buah ini hidup tersebar lapang mulai dari Nepal, India, Sri Lanka, Asia Tenggara, Filipina, dan Indonesia [Sumatra, Kalimantan, Jawa, Bali, dan Keliruku][1]. Codot ini adalah codot yang paling umum ditemukan di sebagian agung habitat di Kalimantan: di hutan-hutan pegunungan bawah, hutan dipterokarpa, kebun-kebun, hutan mangrove, serta vegetasi tepi pantai.[2] Dalam bahasa Inggris kelelawar ini dikena sebagai Lesser Short-nosed Fruit Bat.

Pengenalan

Kelelawar benar ukuran sedang; dengan panjang lengan bawah selang 55–65 mm, ekor 8–10 mm, dan telinga 14–16 mm. Berat tubuhnya selang 21–32 gram.[2]

Umumnya benar ukuran coklat sampai coklat kekuningan dengan kerah berwarna jingga tua semakin terang pada jantan dewasa, dan kekuningan pada binatang betina. Anakan berwarna semakin abu-abu dengan kerah tidak jelas. Tulang-tulang pada telinga dan sayap kebanyakan bertepi putih. Gigi seri bawah dua pasang.[2]

Biologi

Codot krawar bergantungan di tali jemuran, sesaat sesudah dilepaskan dalam suatu kajian populasi.

Codot krawar adalah kelelawar frugivora, yakni pemakan buah. Codot ini menyukai buah-buahan aromatis, khususnya mangga[3]. Makanan utama codot krawar yaitu buah-buahan kecil, menghisap sari buah dan daging buah-buahan yang lunak, namun juga memakan nektar dan serbuk sari[2].

Sering didapati terbang berkeliaran di kebun dan pekarangan di masa gelap. Di siang hari codot ini bertengger dalam kumpulan kecil di pepohonan, di bawah dedaunan, atau di gua-gua di proses yang tidak terlalu gelap[2].

Codot krawar bersifat poligini, yakni seekor jantan mengawini beberapa betina[4]. Di Filipina, kebanyakan populasi codot krawar melahirkan anak dua kali setahun, dan betina hamil terdeteksi di nyaris semua bulan sepanjang tahun. Masa mengandung dianggarkan selang 3½–4 bulan, diikuti dengan masa menyusui selama enam sampai delapan minggu. Codot jantan didewasakan dalam satu tahun, sedangkan kebanyakan betina mulai mengandung pada usia enam sampai delapan bulan.

Di Semenanjung Malaya, codot ini kawin di sepanjang tahun, dan induk betina menggendong anaknya yang berjumlah seekor di saat-saat bayinya[5]. Demikian pula, tak benar musim kawin yang khusus untuk codot krawar di Thailand[6]

Lama hidup codot krawar kurang semakin selang 20 sampai 30 tahun.[3]

Pustaka

  1. ^ Suyanto, A.. 2001. Kelelawar di Indonesia. Puslitbang Biologi – LIPI. Hal.40
  2. ^ a b c d e Payne, J., C.M. Francis, K. Phillipps, S.N. Kartikasari. 2000. Panduan Lapangan Mamalia di Kalimantan, Sabah, Sarawak & Brunei Darussalam. The Sabah Society, Wildlife Conservation Society dan World Wildlife Fund Malaysia. Hal. 181-182
  3. ^ a b Crichton, E., P. Krutzsch. [2000]. Reproductive Biology of Bats. San Diego, CA: Academic Press.
  4. ^ Nowak, R. 1997. "Cynopterus" [On-line]. Walker's Mammals of the World Online. Diakses Januari 09, 2009.
  5. ^ Medway, L. 1978. The wild mammals of Malaya [Peninsular Malaysia] and Singapore. Oxford University Press, Kuala Lumpur.
  6. ^ Lekagul, B, & J.A. McNeely. 1977. Mammals of Thailand. Sahankarnbhat, Bangkok.


edunitas.com

Page 5

Codot akbar [Cynopterus titthaecheilus] adalah sejenis kelelawar pemakan buah dari suku Pteropodidae [kalong-kalongan]. Kelelawar ini ditemukan terbatas [endemik] di Indonesia.

Pengenalan

Sebagaimana namanya, codot ini memiliki ukuran tubuh yang sangat akbar di selang marga Cynopterus di Indonesia. Di selangnya, memiliki panjang total tengkorak selang 35-39 mm [spesies lainnya < 33,7 mm]; panjang lengan bawah 74-83 mm [lainnya < 76 mm]; panjang betis 29-33 mm [lainnya < 27,6 mm]; dan panjang kaki balik 19-22 mm [lainnya < 18,5 mm].[1]

Memiliki garis putih di tepi cuping telinga; panjang cuping telinga 18-21 mm[1]. Tubuh berwarna coklat gelap.

Pemanfaatan dan konservasi

Di beberapa tempat, codot ini kadang-kadang diburu kepada dimakan. Akan tetapi sejauh ini populasinya masih dianggap terjamin, sehingga IUCN menetapkannya pada status Least Concern [LC][2].

Anak jenis

Jenis ini memiliki 3 subspesies, yakni:[3][4]

  • Cynopterus titthaecheilus titthaecheilus, menyebar di Sumatra, Jawa, Bali, Lombok, dan pulau-pulau di sekitarnya [termasuk pulau-pulau Panjang, Sertung, Sebesi, dan Rakata]
  • Cynopterus titthaecheilus major, terbatas di Nias.
  • Cynopterus titthaecheilus terminus, terbatas di Timor.

Galeri

Referensi

  1. ^ a b Suyanto, A. 2001. Kelelawar di Indonesia. Puslitbang Biologi LIPI, Bogor. Hal. 40
  2. ^ Ruedas, L., I. Maryanto & U. Sinaga. 2008. Cynopterus titthaecheilus. In: IUCN 2012. IUCN Red List of Threatened Species. Version 2012.2. Diakses pada 14 September 2012.
  3. ^ Corbet, G.B. & J.E. Hill. 1992. The Mammals of the Indomalayan Region: a systematic review. Nat. Hist. Mus. Pub. – Oxford Univ. Press. Pp. 80
  4. ^ Wilson, D.E. & D.M. Reeder. 2005. Cynopterus titthaecheilus, pada laman Mammal Species of the World: A Taxonomic and Geographic Reference. Third Edition. [online]. Diakses pada 14-09-12.

Pranala luar


edunitas.com

Page 6

Codot krawar [Cynopterus brachyotis] adalah sejenis kelelawar babak suku codot [Pteropodidae]. Kelelawar pemakan buah ini hidup tersebar lapang mulai dari Nepal, India, Sri Lanka, Asia Tenggara, Filipina, dan Indonesia [Sumatra, Kalimantan, Jawa, Bali, dan Aibku][1]. Codot ini merupakan codot yang paling umum ditemukan di beberapa agung habitat di Kalimantan: di hutan-hutan pegunungan bawah, hutan dipterokarpa, kebun-kebun, hutan mangrove, serta vegetasi tepi pantai.[2] Dalam bahasa Inggris kelelawar ini dikena sbg Lesser Short-nosed Fruit Bat.

Pengenalan

Kelelawar berukuran sedang; dengan panjang lengan bawah sela 55–65 mm, ekor 8–10 mm, dan telinga 14–16 mm. Berat tubuhnya sela 21–32 gram.[2]

Umumnya berukuran coklat sampai coklat kekuningan dengan kerah berwarna jingga tua semakin terang pada jantan dewasa, dan kekuningan pada hewan betina. Anakan berwarna semakin abu-abu dengan kerah tidak jelas. Tulang-tulang pada telinga dan sayap biasanya bertepi putih. Gigi seri bawah dua pasang.[2]

Biologi

Codot krawar bergantungan di tali jemuran, sesaat setelah dilepaskan dalam suatu kajian populasi.

Codot krawar merupakan kelelawar frugivora, yakni pemakan buah. Codot ini menyukai buah-buahan aromatis, khususnya mangga[3]. Makanan utama codot krawar adalah buah-buahan kecil, menghisap sari buah dan daging buah-buahan yang lunak, namun juga memakan nektar dan serbuk sari[2].

Sering didapati terbang berkeliaran di kebun dan pekarangan di saat gelap. Di siang hari codot ini bertengger dalam kumpulan kecil di pepohonan, di bawah dedaunan, atau di gua-gua di babak yang tidak terlalu gelap[2].

Codot krawar bersifat poligini, yakni seekor jantan mengawini beberapa betina[4]. Di Filipina, kebanyakan populasi codot krawar melahirkan anak dua kali setahun, dan betina hamil terdeteksi di nyaris seluruh bulan sepanjang tahun. Masa mengandung dianggarkan sela 3½–4 bulan, didampingi dengan masa menyusui selama enam sampai delapan ahad. Codot jantan menjadi dewasa dalam satu tahun, sedangkan kebanyakan betina mulai mengandung pada usia enam sampai delapan bulan.

Di Semenanjung Malaya, codot ini kawin di sepanjang tahun, dan induk betina menggendong anaknya yang berjumlah seekor di saat-saat bayinya[5]. Demikian pula, tak telah tersedia musim kawin yang khusus bagi codot krawar di Thailand[6]

Lama hidup codot krawar kurang semakin sela 20 sampai 30 tahun.[3]

Referensi

  1. ^ Suyanto, A.. 2001. Kelelawar di Indonesia. Puslitbang Biologi – LIPI. Hal.40
  2. ^ a b c d e Payne, J., C.M. Francis, K. Phillipps, S.N. Kartikasari. 2000. Panduan Lapangan Mamalia di Kalimantan, Sabah, Sarawak & Brunei Darussalam. The Sabah Society, Wildlife Conservation Society dan World Wildlife Fund Malaysia. Hal. 181-182
  3. ^ a b Crichton, E., P. Krutzsch. [2000]. Reproductive Biology of Bats. San Diego, CA: Academic Press.
  4. ^ Nowak, R. 1997. "Cynopterus" [On-line]. Walker's Mammals of the World Online. Diakses Januari 09, 2009.
  5. ^ Medway, L. 1978. The wild mammals of Malaya [Peninsular Malaysia] and Singapore. Oxford University Press, Kuala Lumpur.
  6. ^ Lekagul, B, & J.A. McNeely. 1977. Mammals of Thailand. Sahankarnbhat, Bangkok.


edunitas.com

Page 7

Codot krawar [Cynopterus brachyotis] adalah sejenis kelelawar babak suku codot [Pteropodidae]. Kelelawar pemakan buah ini hidup tersebar lapang mulai dari Nepal, India, Sri Lanka, Asia Tenggara, Filipina, dan Indonesia [Sumatra, Kalimantan, Jawa, Bali, dan Aibku][1]. Codot ini merupakan codot yang paling umum ditemukan di beberapa agung habitat di Kalimantan: di hutan-hutan pegunungan bawah, hutan dipterokarpa, kebun-kebun, hutan mangrove, serta vegetasi tepi pantai.[2] Dalam bahasa Inggris kelelawar ini dikena sbg Lesser Short-nosed Fruit Bat.

Pengenalan

Kelelawar berukuran sedang; dengan panjang lengan bawah sela 55–65 mm, ekor 8–10 mm, dan telinga 14–16 mm. Berat tubuhnya sela 21–32 gram.[2]

Umumnya berukuran coklat sampai coklat kekuningan dengan kerah berwarna jingga tua semakin terang pada jantan dewasa, dan kekuningan pada hewan betina. Anakan berwarna semakin abu-abu dengan kerah tidak jelas. Tulang-tulang pada telinga dan sayap biasanya bertepi putih. Gigi seri bawah dua pasang.[2]

Biologi

Codot krawar bergantungan di tali jemuran, sesaat setelah dilepaskan dalam suatu kajian populasi.

Codot krawar merupakan kelelawar frugivora, yakni pemakan buah. Codot ini menyukai buah-buahan aromatis, khususnya mangga[3]. Makanan utama codot krawar adalah buah-buahan kecil, menghisap sari buah dan daging buah-buahan yang lunak, namun juga memakan nektar dan serbuk sari[2].

Sering didapati terbang berkeliaran di kebun dan pekarangan di waktu gelap. Di siang hari codot ini bertengger dalam kumpulan kecil di pepohonan, di bawah dedaunan, atau di gua-gua di babak yang tidak terlalu gelap[2].

Codot krawar bersifat poligini, yakni seekor jantan mengawini beberapa betina[4]. Di Filipina, kebanyakan populasi codot krawar melahirkan anak dua kali setahun, dan betina hamil terdeteksi di nyaris seluruh bulan sepanjang tahun. Masa mengandung dianggarkan sela 3½–4 bulan, didampingi dengan masa menyusui selama enam sampai delapan ahad. Codot jantan menjadi dewasa dalam satu tahun, sedangkan kebanyakan betina mulai mengandung pada usia enam sampai delapan bulan.

Di Semenanjung Malaya, codot ini kawin di sepanjang tahun, dan induk betina menggendong anaknya yang berjumlah seekor di saat-saat bayinya[5]. Demikian pula, tak telah tersedia musim kawin yang khusus bagi codot krawar di Thailand[6]

Lama hidup codot krawar kurang semakin sela 20 sampai 30 tahun.[3]

Referensi

  1. ^ Suyanto, A.. 2001. Kelelawar di Indonesia. Puslitbang Biologi – LIPI. Hal.40
  2. ^ a b c d e Payne, J., C.M. Francis, K. Phillipps, S.N. Kartikasari. 2000. Panduan Lapangan Mamalia di Kalimantan, Sabah, Sarawak & Brunei Darussalam. The Sabah Society, Wildlife Conservation Society dan World Wildlife Fund Malaysia. Hal. 181-182
  3. ^ a b Crichton, E., P. Krutzsch. [2000]. Reproductive Biology of Bats. San Diego, CA: Academic Press.
  4. ^ Nowak, R. 1997. "Cynopterus" [On-line]. Walker's Mammals of the World Online. Diakses Januari 09, 2009.
  5. ^ Medway, L. 1978. The wild mammals of Malaya [Peninsular Malaysia] and Singapore. Oxford University Press, Kuala Lumpur.
  6. ^ Lekagul, B, & J.A. McNeely. 1977. Mammals of Thailand. Sahankarnbhat, Bangkok.


edunitas.com

Page 8

Codot krawar [Cynopterus brachyotis] adalah sejenis kelelawar babak suku codot [Pteropodidae]. Kelelawar pemakan buah ini hidup tersebar lapang mulai dari Nepal, India, Sri Lanka, Asia Tenggara, Filipina, dan Indonesia [Sumatra, Kalimantan, Jawa, Bali, dan Aibku][1]. Codot ini merupakan codot yang paling umum ditemukan di beberapa agung habitat di Kalimantan: di hutan-hutan pegunungan bawah, hutan dipterokarpa, kebun-kebun, hutan mangrove, serta vegetasi tepi pantai.[2] Dalam bahasa Inggris kelelawar ini dikena sbg Lesser Short-nosed Fruit Bat.

Pengenalan

Kelelawar berukuran sedang; dengan panjang lengan bawah sela 55–65 mm, ekor 8–10 mm, dan telinga 14–16 mm. Berat tubuhnya sela 21–32 gram.[2]

Umumnya berukuran coklat sampai coklat kekuningan dengan kerah berwarna jingga tua semakin terang pada jantan dewasa, dan kekuningan pada hewan betina. Anakan berwarna semakin abu-abu dengan kerah tidak jelas. Tulang-tulang pada telinga dan sayap biasanya bertepi putih. Gigi seri bawah dua pasang.[2]

Biologi

Codot krawar bergantungan di tali jemuran, sesaat setelah dilepaskan dalam suatu kajian populasi.

Codot krawar merupakan kelelawar frugivora, yakni pemakan buah. Codot ini menyukai buah-buahan aromatis, khususnya mangga[3]. Makanan utama codot krawar adalah buah-buahan kecil, menghisap sari buah dan daging buah-buahan yang lunak, namun juga memakan nektar dan serbuk sari[2].

Sering didapati terbang berkeliaran di kebun dan pekarangan di waktu gelap. Di siang hari codot ini bertengger dalam kumpulan kecil di pepohonan, di bawah dedaunan, atau di gua-gua di babak yang tidak terlalu gelap[2].

Codot krawar bersifat poligini, yakni seekor jantan mengawini beberapa betina[4]. Di Filipina, kebanyakan populasi codot krawar melahirkan anak dua kali setahun, dan betina hamil terdeteksi di nyaris seluruh bulan sepanjang tahun. Masa mengandung dianggarkan sela 3½–4 bulan, didampingi dengan masa menyusui selama enam sampai delapan ahad. Codot jantan menjadi dewasa dalam satu tahun, sedangkan kebanyakan betina mulai mengandung pada usia enam sampai delapan bulan.

Di Semenanjung Malaya, codot ini kawin di sepanjang tahun, dan induk betina menggendong anaknya yang berjumlah seekor di saat-saat bayinya[5]. Demikian pula, tak telah tersedia musim kawin yang khusus bagi codot krawar di Thailand[6]

Lama hidup codot krawar kurang semakin sela 20 sampai 30 tahun.[3]

Referensi

  1. ^ Suyanto, A.. 2001. Kelelawar di Indonesia. Puslitbang Biologi – LIPI. Hal.40
  2. ^ a b c d e Payne, J., C.M. Francis, K. Phillipps, S.N. Kartikasari. 2000. Panduan Lapangan Mamalia di Kalimantan, Sabah, Sarawak & Brunei Darussalam. The Sabah Society, Wildlife Conservation Society dan World Wildlife Fund Malaysia. Hal. 181-182
  3. ^ a b Crichton, E., P. Krutzsch. [2000]. Reproductive Biology of Bats. San Diego, CA: Academic Press.
  4. ^ Nowak, R. 1997. "Cynopterus" [On-line]. Walker's Mammals of the World Online. Diakses Januari 09, 2009.
  5. ^ Medway, L. 1978. The wild mammals of Malaya [Peninsular Malaysia] and Singapore. Oxford University Press, Kuala Lumpur.
  6. ^ Lekagul, B, & J.A. McNeely. 1977. Mammals of Thailand. Sahankarnbhat, Bangkok.


edunitas.com

Page 9

Codot krawar [Cynopterus brachyotis] adalah sejenis kelelawar babak suku codot [Pteropodidae]. Kelelawar pemakan buah ini hidup tersebar lapang mulai dari Nepal, India, Sri Lanka, Asia Tenggara, Filipina, dan Indonesia [Sumatra, Kalimantan, Jawa, Bali, dan Aibku][1]. Codot ini merupakan codot yang paling umum ditemukan di beberapa agung habitat di Kalimantan: di hutan-hutan pegunungan bawah, hutan dipterokarpa, kebun-kebun, hutan mangrove, serta vegetasi tepi pantai.[2] Dalam bahasa Inggris kelelawar ini dikena sbg Lesser Short-nosed Fruit Bat.

Pengenalan

Kelelawar berukuran sedang; dengan panjang lengan bawah sela 55–65 mm, ekor 8–10 mm, dan telinga 14–16 mm. Berat tubuhnya sela 21–32 gram.[2]

Umumnya berukuran coklat sampai coklat kekuningan dengan kerah berwarna jingga tua semakin terang pada jantan dewasa, dan kekuningan pada hewan betina. Anakan berwarna semakin abu-abu dengan kerah tidak jelas. Tulang-tulang pada telinga dan sayap biasanya bertepi putih. Gigi seri bawah dua pasang.[2]

Biologi

Codot krawar bergantungan di tali jemuran, sesaat setelah dilepaskan dalam suatu kajian populasi.

Codot krawar merupakan kelelawar frugivora, yakni pemakan buah. Codot ini menyukai buah-buahan aromatis, khususnya mangga[3]. Makanan utama codot krawar adalah buah-buahan kecil, menghisap sari buah dan daging buah-buahan yang lunak, namun juga memakan nektar dan serbuk sari[2].

Sering didapati terbang berkeliaran di kebun dan pekarangan di saat gelap. Di siang hari codot ini bertengger dalam kumpulan kecil di pepohonan, di bawah dedaunan, atau di gua-gua di babak yang tidak terlalu gelap[2].

Codot krawar bersifat poligini, yakni seekor jantan mengawini beberapa betina[4]. Di Filipina, kebanyakan populasi codot krawar melahirkan anak dua kali setahun, dan betina hamil terdeteksi di nyaris seluruh bulan sepanjang tahun. Masa mengandung dianggarkan sela 3½–4 bulan, didampingi dengan masa menyusui selama enam sampai delapan ahad. Codot jantan menjadi dewasa dalam satu tahun, sedangkan kebanyakan betina mulai mengandung pada usia enam sampai delapan bulan.

Di Semenanjung Malaya, codot ini kawin di sepanjang tahun, dan induk betina menggendong anaknya yang berjumlah seekor di saat-saat bayinya[5]. Demikian pula, tak telah tersedia musim kawin yang khusus bagi codot krawar di Thailand[6]

Lama hidup codot krawar kurang semakin sela 20 sampai 30 tahun.[3]

Referensi

  1. ^ Suyanto, A.. 2001. Kelelawar di Indonesia. Puslitbang Biologi – LIPI. Hal.40
  2. ^ a b c d e Payne, J., C.M. Francis, K. Phillipps, S.N. Kartikasari. 2000. Panduan Lapangan Mamalia di Kalimantan, Sabah, Sarawak & Brunei Darussalam. The Sabah Society, Wildlife Conservation Society dan World Wildlife Fund Malaysia. Hal. 181-182
  3. ^ a b Crichton, E., P. Krutzsch. [2000]. Reproductive Biology of Bats. San Diego, CA: Academic Press.
  4. ^ Nowak, R. 1997. "Cynopterus" [On-line]. Walker's Mammals of the World Online. Diakses Januari 09, 2009.
  5. ^ Medway, L. 1978. The wild mammals of Malaya [Peninsular Malaysia] and Singapore. Oxford University Press, Kuala Lumpur.
  6. ^ Lekagul, B, & J.A. McNeely. 1977. Mammals of Thailand. Sahankarnbhat, Bangkok.


edunitas.com

Page 10

Codot akbar [Cynopterus titthaecheilus] adalah sejenis kelelawar pemakan buah dari suku Pteropodidae [kalong-kalongan]. Kelelawar ini ditemukan terbatas [endemik] di Indonesia.

Pengenalan

Sebagaimana namanya, codot ini memiliki ukuran tubuh yang sangat akbar di selang marga Cynopterus di Indonesia. Di selangnya, memiliki panjang total tengkorak selang 35-39 mm [spesies lainnya < 33,7 mm]; panjang lengan bawah 74-83 mm [lainnya < 76 mm]; panjang betis 29-33 mm [lainnya < 27,6 mm]; dan panjang kaki balik 19-22 mm [lainnya < 18,5 mm].[1]

Memiliki garis putih di tepi cuping telinga; panjang cuping telinga 18-21 mm[1]. Tubuh berwarna coklat gelap.

Pemanfaatan dan konservasi

Di beberapa tempat, codot ini kadang-kadang diburu kepada dimakan. Akan tetapi sejauh ini populasinya masih dianggap terjamin, sehingga IUCN menetapkannya pada status Least Concern [LC][2].

Anak jenis

Jenis ini memiliki 3 subspesies, yakni:[3][4]

  • Cynopterus titthaecheilus titthaecheilus, menyebar di Sumatra, Jawa, Bali, Lombok, dan pulau-pulau di sekitarnya [termasuk pulau-pulau Panjang, Sertung, Sebesi, dan Rakata]
  • Cynopterus titthaecheilus major, terbatas di Nias.
  • Cynopterus titthaecheilus terminus, terbatas di Timor.

Galeri

Referensi

  1. ^ a b Suyanto, A. 2001. Kelelawar di Indonesia. Puslitbang Biologi LIPI, Bogor. Hal. 40
  2. ^ Ruedas, L., I. Maryanto & U. Sinaga. 2008. Cynopterus titthaecheilus. In: IUCN 2012. IUCN Red List of Threatened Species. Version 2012.2. Diakses pada 14 September 2012.
  3. ^ Corbet, G.B. & J.E. Hill. 1992. The Mammals of the Indomalayan Region: a systematic review. Nat. Hist. Mus. Pub. – Oxford Univ. Press. Pp. 80
  4. ^ Wilson, D.E. & D.M. Reeder. 2005. Cynopterus titthaecheilus, pada laman Mammal Species of the World: A Taxonomic and Geographic Reference. Third Edition. [online]. Diakses pada 14-09-12.

Pranala luar


edunitas.com

Page 11

Codot akbar [Cynopterus titthaecheilus] adalah sejenis kelelawar pemakan buah dari suku Pteropodidae [kalong-kalongan]. Kelelawar ini ditemukan terbatas [endemik] di Indonesia.

Pengenalan

Sebagaimana namanya, codot ini memiliki ukuran tubuh yang sangat akbar di selang marga Cynopterus di Indonesia. Di selangnya, memiliki panjang total tengkorak selang 35-39 mm [spesies lainnya < 33,7 mm]; panjang lengan bawah 74-83 mm [lainnya < 76 mm]; panjang betis 29-33 mm [lainnya < 27,6 mm]; dan panjang kaki balik 19-22 mm [lainnya < 18,5 mm].[1]

Memiliki garis putih di tepi cuping telinga; panjang cuping telinga 18-21 mm[1]. Tubuh berwarna coklat gelap.

Pemanfaatan dan konservasi

Di beberapa tempat, codot ini kadang-kadang diburu kepada dimakan. Akan tetapi sejauh ini populasinya masih dianggap terjamin, sehingga IUCN menetapkannya pada status Least Concern [LC][2].

Anak jenis

Jenis ini memiliki 3 subspesies, yakni:[3][4]

  • Cynopterus titthaecheilus titthaecheilus, menyebar di Sumatra, Jawa, Bali, Lombok, dan pulau-pulau di sekitarnya [termasuk pulau-pulau Panjang, Sertung, Sebesi, dan Rakata]
  • Cynopterus titthaecheilus major, terbatas di Nias.
  • Cynopterus titthaecheilus terminus, terbatas di Timor.

Galeri

Referensi

  1. ^ a b Suyanto, A. 2001. Kelelawar di Indonesia. Puslitbang Biologi LIPI, Bogor. Hal. 40
  2. ^ Ruedas, L., I. Maryanto & U. Sinaga. 2008. Cynopterus titthaecheilus. In: IUCN 2012. IUCN Red List of Threatened Species. Version 2012.2. Diakses pada 14 September 2012.
  3. ^ Corbet, G.B. & J.E. Hill. 1992. The Mammals of the Indomalayan Region: a systematic review. Nat. Hist. Mus. Pub. – Oxford Univ. Press. Pp. 80
  4. ^ Wilson, D.E. & D.M. Reeder. 2005. Cynopterus titthaecheilus, pada laman Mammal Species of the World: A Taxonomic and Geographic Reference. Third Edition. [online]. Diakses pada 14-09-12.

Pranala luar


edunitas.com

Page 12

Codot akbar [Cynopterus titthaecheilus] adalah sejenis kelelawar pemakan buah dari suku Pteropodidae [kalong-kalongan]. Kelelawar ini ditemukan terbatas [endemik] di Indonesia.

Pengenalan

Sebagaimana namanya, codot ini memiliki ukuran tubuh yang sangat akbar di selang marga Cynopterus di Indonesia. Di selangnya, memiliki panjang total tengkorak selang 35-39 mm [spesies lainnya < 33,7 mm]; panjang lengan bawah 74-83 mm [lainnya < 76 mm]; panjang betis 29-33 mm [lainnya < 27,6 mm]; dan panjang kaki balik 19-22 mm [lainnya < 18,5 mm].[1]

Memiliki garis putih di tepi cuping telinga; panjang cuping telinga 18-21 mm[1]. Tubuh berwarna coklat gelap.

Pemanfaatan dan konservasi

Di beberapa tempat, codot ini kadang-kadang diburu kepada dimakan. Akan tetapi sejauh ini populasinya masih dianggap terjamin, sehingga IUCN menetapkannya pada status Least Concern [LC][2].

Anak jenis

Jenis ini memiliki 3 subspesies, yakni:[3][4]

  • Cynopterus titthaecheilus titthaecheilus, menyebar di Sumatra, Jawa, Bali, Lombok, dan pulau-pulau di sekitarnya [termasuk pulau-pulau Panjang, Sertung, Sebesi, dan Rakata]
  • Cynopterus titthaecheilus major, terbatas di Nias.
  • Cynopterus titthaecheilus terminus, terbatas di Timor.

Galeri

Referensi

  1. ^ a b Suyanto, A. 2001. Kelelawar di Indonesia. Puslitbang Biologi LIPI, Bogor. Hal. 40
  2. ^ Ruedas, L., I. Maryanto & U. Sinaga. 2008. Cynopterus titthaecheilus. In: IUCN 2012. IUCN Red List of Threatened Species. Version 2012.2. Diakses pada 14 September 2012.
  3. ^ Corbet, G.B. & J.E. Hill. 1992. The Mammals of the Indomalayan Region: a systematic review. Nat. Hist. Mus. Pub. – Oxford Univ. Press. Pp. 80
  4. ^ Wilson, D.E. & D.M. Reeder. 2005. Cynopterus titthaecheilus, pada laman Mammal Species of the World: A Taxonomic and Geographic Reference. Third Edition. [online]. Diakses pada 14-09-12.

Pranala luar


edunitas.com

Page 13

Codot barong [Cynopterus sphinx] adalah sejenis kelelawar babak suku codot [Pteropodidae]. Kelelawar pemakan buah ini hidup tersebar lapang mulai dari Pakistan, India, Sri Lanka, Burma, Thailand, Indocina, Cina tenggara, Malaysia, dan Indonesia [Sumatra, Kalimantan, Jawa, dan Sulawesi].[1][2]. Dalam bahasa Inggris, codot ini dikenal sebagai Greater Short-nosed Fruit Bat atau Short-nosed Indian Fruit Bat.

Pengenalan

Codot yang berukuran agung, dengan panjang lengan bawah sela 65–76 mm dan ekor 18–22 mm[3]. Di anak benua India, kisaran panjang lengan bawah codot ini sela 64–79 mm, dengan rentang sayap sekitar 48 cm[4].

Tubuh babak atas [sisi punggung] coklat sampai coklat abu-abu, babak bawah [sisi perut] semakin pucat. Kerah berwarna coklat merah terang pada binatang jantan, dan kuning pada betina. Tepi telinga dan tepi tulang-tulang pada sayap berwarna putih. Gigi-gigi geraham bawah membundar tanpa tonjolan.[3]

Ekologi dan habitat

Di Thailand, codot barong ditemukan bertengger di pepohonan, di bawah daun-daun palma, atau kadang di bawah atap-atap rumah[3]. Codot barong umum ditemukan di hutan tropika dan kebun buah-buahan; juga dikenal menghuni padang rumput dan hutan mangrove. Codot ini merangkai lembar-lembar daun di sekitarnya untuk membangun semacam atap tenda sederhana tempatnya berlindung.

Kelelawar ini dikenal memakan nektar dan buah-buahan[3].

Perilaku kawin

Codot barong umumnya hidup mengelompok, 8–9 ekor dari kelamin yang sama bersama-sama menjadi satu himpunan di satu tenggeran. Codot-codot dengan kelamin yang tidak sama ini tetap tinggal terpisah sampai musim kawin tiba. Codot barong bersifat poligini. Di musim kawin, biasa ditemukan 6–10 jantan bersama-sama menjadi satu himpunan dengan 10–15 betina di bawah lindungan satu daun palma. [5]

Kelelawar ini adalah salah satu mamalia non-primata yang memperlihatkan perilaku fellatio dalam proses perkawinannya. Pada saat kopulasi, betina menjilati pangkal penis binatang jantan. Dan berdasarkan hasil riset, perilaku ini diyakini mempunyai korelasi yang positif sela lama waktu penjilatan dengan lamanya saat kopulasi.[6] Codot jantan tinggal bersama betinanya beberapa lama setelah kawin, namun kemudian berpisah dan masing-masing kembali ke himpunan kelaminnya semula.

Catatan kaki dan rujukan

  1. ^ Corbet, G.B. & J.E. Hill. 1992. The Mammals of The Indomalayan Region: a systematic review. Nat. Hist. Mus. Publ. – Oxford Univ. Press. p. 71
  2. ^ Suyanto, A.. 2001. Kelelawar di Indonesia. Puslitbang Biologi – LIPI. Hal.40
  3. ^ a b c d Payne, J., C.M. Francis, K. Phillipps, S.N. Kartikasari. 2000. Panduan Lapangan Mamalia di Kalimantan, Sabah, Sarawak & Brunei Darussalam. The Sabah Society, Wildlife Conservation Society dan World Wildlife Fund Malaysia. Hal. 182-183
  4. ^ Bates, P.J.J; D.A. Harrison [1997]. Bats of the Indian Subcontinent. Harrison Zoological Museum. hlm. 258. 
  5. ^ Balasingh, J; J. Suthakar-Isaac, S., and R. Subbaraj [1993]. "Tent roosting by the frugivorous bat Cynopterus sphinx in southern India". Current Science 65 [5]: 418. 
  6. ^ Tan, Min; Gareth Jones, Guangjian Zhu, Jianping Ye, Tiyu Hong, Shanyi Zhou, Shuyi Zhang, Libiao Zhang [October 28, 2009]. "Fellatio by Fruit Bats Prolongs Copulation Time". PLoS ONE 4 [10]. Diakses October 28, 2009. 

  • Nowak, R. 1991. Walker's Mammals of the World, Fifth edition. John Hopkins University Press, Baltimore and London.


edunitas.com

Page 14

Codot barong [Cynopterus sphinx] adalah sejenis kelelawar babak suku codot [Pteropodidae]. Kelelawar pemakan buah ini hidup tersebar lapang mulai dari Pakistan, India, Sri Lanka, Burma, Thailand, Indocina, Cina tenggara, Malaysia, dan Indonesia [Sumatra, Kalimantan, Jawa, dan Sulawesi].[1][2]. Dalam bahasa Inggris, codot ini dikenal sebagai Greater Short-nosed Fruit Bat atau Short-nosed Indian Fruit Bat.

Pengenalan

Codot yang berukuran agung, dengan panjang lengan bawah sela 65–76 mm dan ekor 18–22 mm[3]. Di anak benua India, kisaran panjang lengan bawah codot ini sela 64–79 mm, dengan rentang sayap sekitar 48 cm[4].

Tubuh babak atas [sisi punggung] coklat sampai coklat abu-abu, babak bawah [sisi perut] semakin pucat. Kerah berwarna coklat merah terang pada binatang jantan, dan kuning pada betina. Tepi telinga dan tepi tulang-tulang pada sayap berwarna putih. Gigi-gigi geraham bawah membundar tanpa tonjolan.[3]

Ekologi dan habitat

Di Thailand, codot barong ditemukan bertengger di pepohonan, di bawah daun-daun palma, atau kadang di bawah atap-atap rumah[3]. Codot barong umum ditemukan di hutan tropika dan kebun buah-buahan; juga dikenal menghuni padang rumput dan hutan mangrove. Codot ini merangkai lembar-lembar daun di sekitarnya sebagai membangun semacam atap tenda sederhana tempatnya berlindung.

Kelelawar ini dikenal memakan nektar dan buah-buahan[3].

Perilaku kawin

Codot barong umumnya hidup mengelompok, 8–9 ekor dari kelamin yang sama bersama-sama menjadi satu himpunan di satu tenggeran. Codot-codot dengan kelamin yang tidak sama ini tetap tinggal terpisah sampai musim kawin tiba. Codot barong bersifat poligini. Di musim kawin, biasa ditemukan 6–10 jantan bersama-sama menjadi satu himpunan dengan 10–15 betina di bawah lindungan satu daun palma. [5]

Kelelawar ini adalah salah satu mamalia non-primata yang memperlihatkan perilaku fellatio dalam proses perkawinannya. Pada masa kopulasi, betina menjilati pangkal penis binatang jantan. Dan berdasarkan hasil riset, perilaku ini diyakini mempunyai korelasi yang positif sela lama waktu penjilatan dengan lamanya masa kopulasi.[6] Codot jantan tinggal bersama betinanya beberapa lama setelah kawin, namun kemudian berpisah dan masing-masing kembali ke himpunan kelaminnya semula.

Catatan kaki dan referensi

  1. ^ Corbet, G.B. & J.E. Hill. 1992. The Mammals of The Indomalayan Region: a systematic review. Nat. Hist. Mus. Publ. – Oxford Univ. Press. p. 71
  2. ^ Suyanto, A.. 2001. Kelelawar di Indonesia. Puslitbang Biologi – LIPI. Hal.40
  3. ^ a b c d Payne, J., C.M. Francis, K. Phillipps, S.N. Kartikasari. 2000. Panduan Lapangan Mamalia di Kalimantan, Sabah, Sarawak & Brunei Darussalam. The Sabah Society, Wildlife Conservation Society dan World Wildlife Fund Malaysia. Hal. 182-183
  4. ^ Bates, P.J.J; D.A. Harrison [1997]. Bats of the Indian Subcontinent. Harrison Zoological Museum. hlm. 258. 
  5. ^ Balasingh, J; J. Suthakar-Isaac, S., and R. Subbaraj [1993]. "Tent roosting by the frugivorous bat Cynopterus sphinx in southern India". Current Science 65 [5]: 418. 
  6. ^ Tan, Min; Gareth Jones, Guangjian Zhu, Jianping Ye, Tiyu Hong, Shanyi Zhou, Shuyi Zhang, Libiao Zhang [October 28, 2009]. "Fellatio by Fruit Bats Prolongs Copulation Time". PLoS ONE 4 [10]. Diakses October 28, 2009. 

  • Nowak, R. 1991. Walker's Mammals of the World, Fifth edition. John Hopkins University Press, Baltimore and London.


edunitas.com

Page 15

Codot barong [Cynopterus sphinx] adalah sejenis kelelawar babak suku codot [Pteropodidae]. Kelelawar pemakan buah ini hidup tersebar lapang mulai dari Pakistan, India, Sri Lanka, Burma, Thailand, Indocina, Cina tenggara, Malaysia, dan Indonesia [Sumatra, Kalimantan, Jawa, dan Sulawesi].[1][2]. Dalam bahasa Inggris, codot ini dikenal sebagai Greater Short-nosed Fruit Bat atau Short-nosed Indian Fruit Bat.

Pengenalan

Codot yang berukuran agung, dengan panjang lengan bawah sela 65–76 mm dan ekor 18–22 mm[3]. Di anak benua India, kisaran panjang lengan bawah codot ini sela 64–79 mm, dengan rentang sayap sekitar 48 cm[4].

Tubuh babak atas [sisi punggung] coklat sampai coklat abu-abu, babak bawah [sisi perut] semakin pucat. Kerah berwarna coklat merah terang pada binatang jantan, dan kuning pada betina. Tepi telinga dan tepi tulang-tulang pada sayap berwarna putih. Gigi-gigi geraham bawah membundar tanpa tonjolan.[3]

Ekologi dan habitat

Di Thailand, codot barong ditemukan bertengger di pepohonan, di bawah daun-daun palma, atau kadang di bawah atap-atap rumah[3]. Codot barong umum ditemukan di hutan tropika dan kebun buah-buahan; juga dikenal menghuni padang rumput dan hutan mangrove. Codot ini merangkai lembar-lembar daun di sekitarnya sebagai membangun semacam atap tenda sederhana tempatnya berlindung.

Kelelawar ini dikenal memakan nektar dan buah-buahan[3].

Perilaku kawin

Codot barong umumnya hidup mengelompok, 8–9 ekor dari kelamin yang sama bersama-sama menjadi satu himpunan di satu tenggeran. Codot-codot dengan kelamin yang tidak sama ini tetap tinggal terpisah sampai musim kawin tiba. Codot barong bersifat poligini. Di musim kawin, biasa ditemukan 6–10 jantan bersama-sama menjadi satu himpunan dengan 10–15 betina di bawah lindungan satu daun palma. [5]

Kelelawar ini adalah salah satu mamalia non-primata yang memperlihatkan perilaku fellatio dalam proses perkawinannya. Pada masa kopulasi, betina menjilati pangkal penis binatang jantan. Dan berdasarkan hasil riset, perilaku ini diyakini mempunyai korelasi yang positif sela lama waktu penjilatan dengan lamanya masa kopulasi.[6] Codot jantan tinggal bersama betinanya beberapa lama setelah kawin, namun kemudian berpisah dan masing-masing kembali ke himpunan kelaminnya semula.

Catatan kaki dan referensi

  1. ^ Corbet, G.B. & J.E. Hill. 1992. The Mammals of The Indomalayan Region: a systematic review. Nat. Hist. Mus. Publ. – Oxford Univ. Press. p. 71
  2. ^ Suyanto, A.. 2001. Kelelawar di Indonesia. Puslitbang Biologi – LIPI. Hal.40
  3. ^ a b c d Payne, J., C.M. Francis, K. Phillipps, S.N. Kartikasari. 2000. Panduan Lapangan Mamalia di Kalimantan, Sabah, Sarawak & Brunei Darussalam. The Sabah Society, Wildlife Conservation Society dan World Wildlife Fund Malaysia. Hal. 182-183
  4. ^ Bates, P.J.J; D.A. Harrison [1997]. Bats of the Indian Subcontinent. Harrison Zoological Museum. hlm. 258. 
  5. ^ Balasingh, J; J. Suthakar-Isaac, S., and R. Subbaraj [1993]. "Tent roosting by the frugivorous bat Cynopterus sphinx in southern India". Current Science 65 [5]: 418. 
  6. ^ Tan, Min; Gareth Jones, Guangjian Zhu, Jianping Ye, Tiyu Hong, Shanyi Zhou, Shuyi Zhang, Libiao Zhang [October 28, 2009]. "Fellatio by Fruit Bats Prolongs Copulation Time". PLoS ONE 4 [10]. Diakses October 28, 2009. 

  • Nowak, R. 1991. Walker's Mammals of the World, Fifth edition. John Hopkins University Press, Baltimore and London.


edunitas.com

Page 16

Codot barong [Cynopterus sphinx] adalah sejenis kelelawar babak suku codot [Pteropodidae]. Kelelawar pemakan buah ini hidup tersebar lapang mulai dari Pakistan, India, Sri Lanka, Burma, Thailand, Indocina, Cina tenggara, Malaysia, dan Indonesia [Sumatra, Kalimantan, Jawa, dan Sulawesi].[1][2]. Dalam bahasa Inggris, codot ini dikenal sebagai Greater Short-nosed Fruit Bat atau Short-nosed Indian Fruit Bat.

Pengenalan

Codot yang berukuran agung, dengan panjang lengan bawah sela 65–76 mm dan ekor 18–22 mm[3]. Di anak benua India, kisaran panjang lengan bawah codot ini sela 64–79 mm, dengan rentang sayap sekitar 48 cm[4].

Tubuh babak atas [sisi punggung] coklat sampai coklat abu-abu, babak bawah [sisi perut] semakin pucat. Kerah berwarna coklat merah terang pada binatang jantan, dan kuning pada betina. Tepi telinga dan tepi tulang-tulang pada sayap berwarna putih. Gigi-gigi geraham bawah membundar tanpa tonjolan.[3]

Ekologi dan habitat

Di Thailand, codot barong ditemukan bertengger di pepohonan, di bawah daun-daun palma, atau kadang di bawah atap-atap rumah[3]. Codot barong umum ditemukan di hutan tropika dan kebun buah-buahan; juga dikenal menghuni padang rumput dan hutan mangrove. Codot ini merangkai lembar-lembar daun di sekitarnya untuk membangun semacam atap tenda sederhana tempatnya berlindung.

Kelelawar ini dikenal memakan nektar dan buah-buahan[3].

Perilaku kawin

Codot barong umumnya hidup mengelompok, 8–9 ekor dari kelamin yang sama bersama-sama menjadi satu himpunan di satu tenggeran. Codot-codot dengan kelamin yang tidak sama ini tetap tinggal terpisah sampai musim kawin tiba. Codot barong bersifat poligini. Di musim kawin, biasa ditemukan 6–10 jantan bersama-sama menjadi satu himpunan dengan 10–15 betina di bawah lindungan satu daun palma. [5]

Kelelawar ini adalah salah satu mamalia non-primata yang memperlihatkan perilaku fellatio dalam proses perkawinannya. Pada saat kopulasi, betina menjilati pangkal penis binatang jantan. Dan berdasarkan hasil riset, perilaku ini diyakini mempunyai korelasi yang positif sela lama waktu penjilatan dengan lamanya saat kopulasi.[6] Codot jantan tinggal bersama betinanya beberapa lama setelah kawin, namun kemudian berpisah dan masing-masing kembali ke himpunan kelaminnya semula.

Catatan kaki dan rujukan

  1. ^ Corbet, G.B. & J.E. Hill. 1992. The Mammals of The Indomalayan Region: a systematic review. Nat. Hist. Mus. Publ. – Oxford Univ. Press. p. 71
  2. ^ Suyanto, A.. 2001. Kelelawar di Indonesia. Puslitbang Biologi – LIPI. Hal.40
  3. ^ a b c d Payne, J., C.M. Francis, K. Phillipps, S.N. Kartikasari. 2000. Panduan Lapangan Mamalia di Kalimantan, Sabah, Sarawak & Brunei Darussalam. The Sabah Society, Wildlife Conservation Society dan World Wildlife Fund Malaysia. Hal. 182-183
  4. ^ Bates, P.J.J; D.A. Harrison [1997]. Bats of the Indian Subcontinent. Harrison Zoological Museum. hlm. 258. 
  5. ^ Balasingh, J; J. Suthakar-Isaac, S., and R. Subbaraj [1993]. "Tent roosting by the frugivorous bat Cynopterus sphinx in southern India". Current Science 65 [5]: 418. 
  6. ^ Tan, Min; Gareth Jones, Guangjian Zhu, Jianping Ye, Tiyu Hong, Shanyi Zhou, Shuyi Zhang, Libiao Zhang [October 28, 2009]. "Fellatio by Fruit Bats Prolongs Copulation Time". PLoS ONE 4 [10]. Diakses October 28, 2009. 

  • Nowak, R. 1991. Walker's Mammals of the World, Fifth edition. John Hopkins University Press, Baltimore and London.


edunitas.com

Page 17


Celurut rumah, cencurut rumah, atau munggis rumah adalah sejenis mamalia pemakan serangga [insektivora] bertubuh kecil. Susunan tubuhnya serupa tikus, meski kekerabatannya jauh selisih dari hewan pengerat itu; dan apabila merasa terganggu celurut akan mengeluarkan semacam bau busuk dari kelenjar di tengah tubuhnya. Sehingga kadang-kadang beliau juga dinamakan tikus busuk.

Dalam bahasa Inggris hewan ini dikenal untuk house shrew, Asian house shrew, atau brown musk shrew. Nama ilmiahnya adalah Suncus murinus.

Pengenalan

Celurut rumah di tepi halaman. Darmaga, Bogor

Hewan kecil yang gesit dan ribut. Panjang kepala dan tubuh 92–146 mm, ekor 46–86 mm.[2]

Tubuh berwarna seragam, abu-abu kebiruan dan kecoklatan. Ekornya gemuk, terutama di pangkalnya, dan mengecil ke anggota ujung; coklat abu-abu kehitaman, dengan rambut-rambut yang jarang dan kasar.

Seperti namanya, hewan ini adalah salah satu jenis mamalia kecil yang sangat sering ditemui di lebih kurang rumah terutama di pedesaan.[3] Namun beliau sering pula didapati di hutan, khususnya hutan-hutan sekunder dan yang terganggu.

Di Negros, Filipina, celurut rumah ditemukan mulai dari dekat laut hingga ketinggian 1.650 m dpl. [4]

Anak jenis dan penyebaran

Bayi celurut rumah di tangan

Celurut rumah memiliki variasi yang cukup tinggi dalam ukuran dan warna, sehingga banyak yang diusulkan untuk subspesies atau bahkan spesies yang lain. Sejauh ini belum berada revisi yang komprehensif untuk merisalah kembali spesies ini.[3]

Untuk sementara sebagian subspesies yang jelas terbedakan, di selangnya adalah:[3]

  • S. m. murinus, berukuran akbar, keabu-abuan, dengan ekor gemuk. Menyebar luas mulai dari India di sebelah barat hingga Shanghai dan Jepang selatan di timurlaut, melintasi Asia Tenggara di selatan hingga Filipina dan Nodaku [Indonesia] di tenggara.
  • S. m. nemorivagus, berukuran lebih kecil. Menyebar di Assam dan kaki Pegunungan Himalaya.
  • S. m. sindensis, abu-abu sangat pucat. Menyebar di kawasan kering di Pakistan dan Rajasthan.
  • S. m. viridescens, berukuran lebih kecil, dari India selatan.

Ekologi dan hubungan dengan manusia

Lukisan kartun keluarga celurut yang berpindah tempat dari Edward Hamilton Aitken, kartunis abad-19

Mamalia ini bersifat komensal, dengan menumpang hidup pada keaktifan dan lingkungan peradaban manusia untuk berbiak dan menyebar luas. Celurut rumah sering terlihat di lebih kurang dapur atau tempat sampah, memakan remah-remah makanan yang tercecer atau memburu serangga semacam kecoak dan sebangsanya.

Celurut menggunakan sudut-sudut gudang yang diabaikan atau sela-sela tumpukan barang yang jarang dibongkar untuk tempatnya bersarang. Hewan ini rata-rata beranak dua kali setahun tanpa memandang saat, setiap kalinya melahirkan hingga 5 ekor anak [rata-rata 3 ekor].[5] Ketika berpindah sarang, anak-anak celurut biasa berbaris berleret mengikuti induknya. Anak celurut yang balik menggigit [berpegang] pada tunggir celurut di mukanya, demikian seterusnya hingga induknya yang sangat muka.[5]

Meskipun celurut rumah biasanya tidak disukai orang, akan tetapi kehadiran hewan ini sesungguhnya sedikit banyak menguntungkan karena memangsa aneka serangga yang merugikan atau mengancam kesehatan dan mengusir kehadiran tikus.[5] Pada segi yang lain, sebagaimana tikus, celurut juga dicurigai untuk vektor penyakit leptospirosis.[3]

Celurut rumah juga dapat dipakai untuk hewan percobaan di laboratorium.[6]

Rujukan

  1. ^ Insectivore Specialist Group [1996]. Suncus murinus. 2006 IUCN Red List of Threatened Species. IUCN 2006. Diakses 2006-05-12. Dalam database ini dikemukakan secara ringkas mengapa spesies ini tergolong beresiko rendah [least concern]
  2. ^ Payne, J., C.M. Francis, K. Phillipps dan S.N. Kartikasari. 2000. Mamalia di Kalimantan, Sabah, Sarawak & Brunei Darussalam. WCS - Indonesia Program. Bogor. p.163–164. ISBN 979-95964-0-8
  3. ^ a b c d Corbet, G.B. and J.E. Hill. 1992. The Mammals of the Indomalayan Region: a systematic review. Nat. Hist. Mus. Publ. and Oxford Univ. Press. London. p.35–37.
  4. ^ Suncus murinus pada website Mammalian Fauna of the Philippine Islands
  5. ^ a b c Lekagul, B. and J.A. McNeely. 1988. Mammals of Thailand. The Assoc. For the Conservation of Wildlife. Bangkok. p.35–36.
  6. ^ Temple, J. L. [2004]. "The Musk Shrew [Suncus murinus]: A Model Species for Studies of Nutritional Regulation of Reproduction". ILAR Journal 45 [1]: 25–34. 

Pranala luar

  • Foto-foto celurut rumah di The Shrew Photo Gallery

edunitas.com

Page 18


Celurut rumah, cencurut rumah, atau munggis rumah adalah sejenis mamalia pemakan serangga [insektivora] bertubuh kecil. Susunan tubuhnya serupa tikus, meski kekerabatannya jauh selisih dari hewan pengerat itu; dan apabila merasa terganggu celurut akan mengeluarkan semacam bau busuk dari kelenjar di tengah tubuhnya. Sehingga kadang-kadang beliau juga dikata tikus busuk.

Dalam bahasa Inggris hewan ini dikenal untuk house shrew, Asian house shrew, atau brown musk shrew. Nama ilmiahnya adalah Suncus murinus.

Pengenalan

Celurut rumah di tepi halaman. Darmaga, Bogor

Hewan kecil yang gesit dan ribut. Panjang kepala dan tubuh 92–146 mm, ekor 46–86 mm.[2]

Tubuh berwarna seragam, abu-abu kebiruan dan kecoklatan. Ekornya gemuk, terutama di pangkalnya, dan mengecil ke bagian ujung; coklat abu-abu kehitaman, dengan rambut-rambut yang jarang dan kasar.

Seperti namanya, hewan ini adalah salah satu jenis mamalia kecil yang sangat sering ditemui di lebih kurang rumah terutama di pedesaan.[3] Namun beliau sering pula didapati di hutan, khususnya hutan-hutan sekunder dan yang terganggu.

Di Negros, Filipina, celurut rumah ditemukan mulai dari dekat laut hingga ketinggian 1.650 m dpl. [4]

Anak jenis dan penyebaran

Bayi celurut rumah di tangan

Celurut rumah memiliki variasi yang cukup tinggi dalam ukuran dan warna, sehingga banyak yang diusulkan untuk subspesies atau bahkan spesies yang lain. Sejauh ini belum berada revisi yang komprehensif untuk merisalah kembali spesies ini.[3]

Untuk sementara sebagian subspesies yang jelas terbedakan, di selangnya adalah:[3]

  • S. m. murinus, berukuran akbar, keabu-abuan, dengan ekor gemuk. Menyebar luas mulai dari India di sebelah barat hingga Shanghai dan Jepang selatan di timurlaut, melintasi Asia Tenggara di selatan hingga Filipina dan Nodaku [Indonesia] di tenggara.
  • S. m. nemorivagus, berukuran lebih kecil. Menyebar di Assam dan kaki Pegunungan Himalaya.
  • S. m. sindensis, abu-abu sangat pucat. Menyebar di kawasan kering di Pakistan dan Rajasthan.
  • S. m. viridescens, berukuran lebih kecil, dari India selatan.

Ekologi dan hubungan dengan manusia

Lukisan kartun keluarga celurut yang berpindah tempat dari Edward Hamilton Aitken, kartunis abad-19

Mamalia ini bersifat komensal, dengan menumpang hidup pada keaktifan dan lingkungan peradaban manusia untuk berbiak dan menyebar luas. Celurut rumah sering tampak di lebih kurang dapur atau tempat sampah, memakan remah-remah makanan yang tercecer atau memburu serangga semacam kecoak dan sebangsanya.

Celurut menggunakan sudut-sudut gudang yang diabaikan atau sela-sela tumpukan barang yang jarang dibongkar untuk tempatnya bersarang. Hewan ini rata-rata beranak dua kali setahun tanpa memandang saat, setiap kalinya melahirkan hingga 5 ekor anak [rata-rata 3 ekor].[5] Ketika berpindah sarang, anak-anak celurut biasa berbaris berleret mengikuti induknya. Anak celurut yang balik menggigit [berpegang] pada tunggir celurut di mukanya, demikian seterusnya hingga induknya yang sangat muka.[5]

Meskipun celurut rumah biasanya tidak disukai orang, akan tetapi kehadiran hewan ini sesungguhnya sedikit banyak menguntungkan karena memangsa aneka serangga yang merugikan atau mengancam kesehatan dan mengusir kehadiran tikus.[5] Pada segi yang lain, sebagaimana tikus, celurut juga dicurigai untuk vektor penyakit leptospirosis.[3]

Celurut rumah juga dapat dipakai untuk hewan percobaan di laboratorium.[6]

Rujukan

  1. ^ Insectivore Specialist Group [1996]. Suncus murinus. 2006 IUCN Red List of Threatened Species. IUCN 2006. Diakses 2006-05-12. Dalam database ini dikemukakan secara ringkas mengapa spesies ini tergolong beresiko rendah [least concern]
  2. ^ Payne, J., C.M. Francis, K. Phillipps dan S.N. Kartikasari. 2000. Mamalia di Kalimantan, Sabah, Sarawak & Brunei Darussalam. WCS - Indonesia Program. Bogor. p.163–164. ISBN 979-95964-0-8
  3. ^ a b c d Corbet, G.B. and J.E. Hill. 1992. The Mammals of the Indomalayan Region: a systematic review. Nat. Hist. Mus. Publ. and Oxford Univ. Press. London. p.35–37.
  4. ^ Suncus murinus pada website Mammalian Fauna of the Philippine Islands
  5. ^ a b c Lekagul, B. and J.A. McNeely. 1988. Mammals of Thailand. The Assoc. For the Conservation of Wildlife. Bangkok. p.35–36.
  6. ^ Temple, J. L. [2004]. "The Musk Shrew [Suncus murinus]: A Model Species for Studies of Nutritional Regulation of Reproduction". ILAR Journal 45 [1]: 25–34. 

Pranala luar

  • Foto-foto celurut rumah di The Shrew Photo Gallery

edunitas.com

Page 19


Celurut rumah, cencurut rumah, atau munggis rumah adalah sejenis mamalia pemakan serangga [insektivora] bertubuh kecil. Susunan tubuhnya serupa tikus, meski kekerabatannya jauh selisih dari hewan pengerat itu; dan apabila merasa terganggu celurut akan mengeluarkan semacam bau busuk dari kelenjar di tengah tubuhnya. Sehingga kadang-kadang beliau juga dikata tikus busuk.

Dalam bahasa Inggris hewan ini dikenal untuk house shrew, Asian house shrew, atau brown musk shrew. Nama ilmiahnya adalah Suncus murinus.

Pengenalan

Celurut rumah di tepi halaman. Darmaga, Bogor

Hewan kecil yang gesit dan ribut. Panjang kepala dan tubuh 92–146 mm, ekor 46–86 mm.[2]

Tubuh berwarna seragam, abu-abu kebiruan dan kecoklatan. Ekornya gemuk, terutama di pangkalnya, dan mengecil ke bagian ujung; coklat abu-abu kehitaman, dengan rambut-rambut yang jarang dan kasar.

Seperti namanya, hewan ini adalah salah satu jenis mamalia kecil yang sangat sering ditemui di lebih kurang rumah terutama di pedesaan.[3] Namun beliau sering pula didapati di hutan, khususnya hutan-hutan sekunder dan yang terganggu.

Di Negros, Filipina, celurut rumah ditemukan mulai dari dekat laut hingga ketinggian 1.650 m dpl. [4]

Anak jenis dan penyebaran

Bayi celurut rumah di tangan

Celurut rumah memiliki variasi yang cukup tinggi dalam ukuran dan warna, sehingga banyak yang diusulkan untuk subspesies atau bahkan spesies yang lain. Sejauh ini belum berada revisi yang komprehensif untuk merisalah kembali spesies ini.[3]

Untuk sementara sebagian subspesies yang jelas terbedakan, di selangnya adalah:[3]

  • S. m. murinus, berukuran akbar, keabu-abuan, dengan ekor gemuk. Menyebar luas mulai dari India di sebelah barat hingga Shanghai dan Jepang selatan di timurlaut, melintasi Asia Tenggara di selatan hingga Filipina dan Nodaku [Indonesia] di tenggara.
  • S. m. nemorivagus, berukuran lebih kecil. Menyebar di Assam dan kaki Pegunungan Himalaya.
  • S. m. sindensis, abu-abu sangat pucat. Menyebar di kawasan kering di Pakistan dan Rajasthan.
  • S. m. viridescens, berukuran lebih kecil, dari India selatan.

Ekologi dan hubungan dengan manusia

Lukisan kartun keluarga celurut yang berpindah tempat dari Edward Hamilton Aitken, kartunis abad-19

Mamalia ini bersifat komensal, dengan menumpang hidup pada keaktifan dan lingkungan peradaban manusia untuk berbiak dan menyebar luas. Celurut rumah sering tampak di lebih kurang dapur atau tempat sampah, memakan remah-remah makanan yang tercecer atau memburu serangga semacam kecoak dan sebangsanya.

Celurut menggunakan sudut-sudut gudang yang diabaikan atau sela-sela tumpukan barang yang jarang dibongkar untuk tempatnya bersarang. Hewan ini rata-rata beranak dua kali setahun tanpa memandang saat, setiap kalinya melahirkan hingga 5 ekor anak [rata-rata 3 ekor].[5] Ketika berpindah sarang, anak-anak celurut biasa berbaris berleret mengikuti induknya. Anak celurut yang balik menggigit [berpegang] pada tunggir celurut di mukanya, demikian seterusnya hingga induknya yang sangat muka.[5]

Meskipun celurut rumah biasanya tidak disukai orang, akan tetapi kehadiran hewan ini sesungguhnya sedikit banyak menguntungkan karena memangsa aneka serangga yang merugikan atau mengancam kesehatan dan mengusir kehadiran tikus.[5] Pada segi yang lain, sebagaimana tikus, celurut juga dicurigai untuk vektor penyakit leptospirosis.[3]

Celurut rumah juga dapat dipakai untuk hewan percobaan di laboratorium.[6]

Rujukan

  1. ^ Insectivore Specialist Group [1996]. Suncus murinus. 2006 IUCN Red List of Threatened Species. IUCN 2006. Diakses 2006-05-12. Dalam database ini dikemukakan secara ringkas mengapa spesies ini tergolong beresiko rendah [least concern]
  2. ^ Payne, J., C.M. Francis, K. Phillipps dan S.N. Kartikasari. 2000. Mamalia di Kalimantan, Sabah, Sarawak & Brunei Darussalam. WCS - Indonesia Program. Bogor. p.163–164. ISBN 979-95964-0-8
  3. ^ a b c d Corbet, G.B. and J.E. Hill. 1992. The Mammals of the Indomalayan Region: a systematic review. Nat. Hist. Mus. Publ. and Oxford Univ. Press. London. p.35–37.
  4. ^ Suncus murinus pada website Mammalian Fauna of the Philippine Islands
  5. ^ a b c Lekagul, B. and J.A. McNeely. 1988. Mammals of Thailand. The Assoc. For the Conservation of Wildlife. Bangkok. p.35–36.
  6. ^ Temple, J. L. [2004]. "The Musk Shrew [Suncus murinus]: A Model Species for Studies of Nutritional Regulation of Reproduction". ILAR Journal 45 [1]: 25–34. 

Pranala luar

  • Foto-foto celurut rumah di The Shrew Photo Gallery

edunitas.com

Page 20

Codot barong [Cynopterus sphinx] adalah sejenis kelelawar anggota suku codot [Pteropodidae]. Kelelawar pemakan buah ini hidup tersebar luas mulai dari Pakistan, India, Sri Lanka, Burma, Thailand, Indocina, Cina tenggara, Malaysia, dan Indonesia [Sumatra, Kalimantan, Jawa, dan Sulawesi].[1][2]. Dalam bahasa Inggris, codot ini dikenal sbg Greater Short-nosed Fruit Bat atau Short-nosed Indian Fruit Bat.

Pengenalan

Codot yang mempunyai ukuran akbar, dengan panjang lengan bawah selang 65–76 mm dan ekor 18–22 mm[3]. Di anak benua India, kisaran panjang lengan bawah codot ini selang 64–79 mm, dengan rentang sayap sekitar 48 cm[4].

Tubuh anggota atas [sisi punggung] coklat mencapai coklat abu-abu, anggota bawah [sisi perut] lebih pucat. Kerah berwarna coklat merah terang pada hewan jantan, dan kuning pada betina. Tepi telinga dan tepi tulang-tulang pada sayap berwarna putih. Gigi-gigi geraham bawah membundar tanpa tonjolan.[3]

Ekologi dan habitat

Di Thailand, codot barong ditemukan bertengger di pepohonan, di bawah daun-daun palma, atau kadang di bawah atap-atap rumah[3]. Codot barong umum ditemukan di hutan tropika dan kebun buah-buahan; juga dikenal menghuni padang rumput dan hutan mangrove. Codot ini merangkai lembar-lembar daun di sekitarnya untuk mendirikan semacam atap tenda sederhana tempatnya berlindung.

Kelelawar ini dikenal memakan nektar dan buah-buahan[3].

Perilaku kawin

Codot barong umumnya hidup mengelompok, 8–9 ekor dari kelamin yang sama berkumpul di satu tenggeran. Codot-codot dengan kelamin yang berbeda ini tetap tinggal terpisah hingga musim kawin tiba. Codot barong bersifat poligini. Di musim kawin, biasa ditemukan 6–10 jantan berkumpul dengan 10–15 betina di bawah lindungan satu daun palma. [5]

Kelelawar ini adalah salah satu mamalia non-primata yang memperlihatkan perilaku fellatio dalam ronde perkawinannya. Pada saat kopulasi, betina menjilati pangkal penis hewan jantan. Dan sesuai hasil riset, perilaku ini diyakini memiliki korelasi yang positif selang lama saat penjilatan dengan lamanya saat kopulasi.[6] Codot jantan tinggal bersama betinanya beberapa lama setelah kawin, namun kesudahan berpisah dan masing-masing kembali ke kelompok kelaminnya semula.

Catatan kaki dan rujukan

  1. ^ Corbet, G.B. & J.E. Hill. 1992. The Mammals of The Indomalayan Region: a systematic review. Nat. Hist. Mus. Publ. – Oxford Univ. Press. p. 71
  2. ^ Suyanto, A.. 2001. Kelelawar di Indonesia. Puslitbang Biologi – LIPI. Hal.40
  3. ^ a b c d Payne, J., C.M. Francis, K. Phillipps, S.N. Kartikasari. 2000. Panduan Lapangan Mamalia di Kalimantan, Sabah, Sarawak & Brunei Darussalam. The Sabah Society, Wildlife Conservation Society dan World Wildlife Fund Malaysia. Hal. 182-183
  4. ^ Bates, P.J.J; D.A. Harrison [1997]. Bats of the Indian Subcontinent. Harrison Zoological Museum. hlm. 258. 
  5. ^ Balasingh, J; J. Suthakar-Isaac, S., and R. Subbaraj [1993]. "Tent roosting by the frugivorous bat Cynopterus sphinx in southern India". Current Science 65 [5]: 418. 
  6. ^ Tan, Min; Gareth Jones, Guangjian Zhu, Jianping Ye, Tiyu Hong, Shanyi Zhou, Shuyi Zhang, Libiao Zhang [October 28, 2009]. "Fellatio by Fruit Bats Prolongs Copulation Time". PLoS ONE 4 [10]. Diakses October 28, 2009. 

  • Nowak, R. 1991. Walker's Mammals of the World, Fifth edition. John Hopkins University Press, Baltimore and London.


edunitas.com

Page 21

Codot agung [Cynopterus titthaecheilus] adalah sejenis kelelawar pemakan buah dari suku Pteropodidae [kalong-kalongan]. Kelelawar ini ditemukan terbatas [endemik] di Indonesia.

Pengenalan

Sebagaimana namanya, codot ini ada ukuran tubuh yang paling agung di antara marga Cynopterus di Indonesia. Di antaranya, ada panjang total tengkorak antara 35-39 mm [spesies lainnya < 33,7 mm]; panjang lengan bawah 74-83 mm [lainnya < 76 mm]; panjang betis 29-33 mm [lainnya < 27,6 mm]; dan panjang kaki belakangan 19-22 mm [lainnya < 18,5 mm].[1]

Ada garis putih di tepi cuping telinga; panjang cuping telinga 18-21 mm[1]. Tubuh berwarna coklat gelap.

Pemanfaatan dan konservasi

Di beberapa lokasi, codot ini kadang-kadang diburu untuk dimakan. Akan tetapi sejauh ini populasinya sedang dianggap lepas dari bahaya, sehingga IUCN menetapkannya pada status Least Concern [LC][2].

Anak jenis

Jenis ini ada 3 subspesies, yakni:[3][4]

  • Cynopterus titthaecheilus titthaecheilus, menyebar di Sumatra, Jawa, Bali, Lombok, dan pulau-pulau di sekitarnya [termasuk pulau-pulau Panjang, Sertung, Sebesi, dan Rakata]
  • Cynopterus titthaecheilus major, terbatas di Nias.
  • Cynopterus titthaecheilus terminus, terbatas di Timor.

Galeri

Referensi

  1. ^ a b Suyanto, A. 2001. Kelelawar di Indonesia. Puslitbang Biologi LIPI, Bogor. Hal. 40
  2. ^ Ruedas, L., I. Maryanto & U. Sinaga. 2008. Cynopterus titthaecheilus. In: IUCN 2012. IUCN Red List of Threatened Species. Version 2012.2. Diakses pada 14 September 2012.
  3. ^ Corbet, G.B. & J.E. Hill. 1992. The Mammals of the Indomalayan Region: a systematic review. Nat. Hist. Mus. Pub. – Oxford Univ. Press. Pp. 80
  4. ^ Wilson, D.E. & D.M. Reeder. 2005. Cynopterus titthaecheilus, pada laman Mammal Species of the World: A Taxonomic and Geographic Reference. Third Edition. [online]. Diakses pada 14-09-12.

Pranala luar


edunitas.com

Page 22

Codot agung [Cynopterus titthaecheilus] adalah sejenis kelelawar pemakan buah dari suku Pteropodidae [kalong-kalongan]. Kelelawar ini ditemukan terbatas [endemik] di Indonesia.

Pengenalan

Sebagaimana namanya, codot ini ada ukuran tubuh yang paling agung di antara marga Cynopterus di Indonesia. Di antaranya, ada panjang total tengkorak antara 35-39 mm [spesies lainnya < 33,7 mm]; panjang lengan bawah 74-83 mm [lainnya < 76 mm]; panjang betis 29-33 mm [lainnya < 27,6 mm]; dan panjang kaki belakangan 19-22 mm [lainnya < 18,5 mm].[1]

Ada garis putih di tepi cuping telinga; panjang cuping telinga 18-21 mm[1]. Tubuh berwarna coklat gelap.

Pemanfaatan dan konservasi

Di beberapa lokasi, codot ini kadang-kadang diburu untuk dimakan. Akan tetapi sejauh ini populasinya sedang dianggap lepas dari bahaya, sehingga IUCN menetapkannya pada status Least Concern [LC][2].

Anak jenis

Jenis ini ada 3 subspesies, yakni:[3][4]

  • Cynopterus titthaecheilus titthaecheilus, menyebar di Sumatra, Jawa, Bali, Lombok, dan pulau-pulau di sekitarnya [termasuk pulau-pulau Panjang, Sertung, Sebesi, dan Rakata]
  • Cynopterus titthaecheilus major, terbatas di Nias.
  • Cynopterus titthaecheilus terminus, terbatas di Timor.

Galeri

Referensi

  1. ^ a b Suyanto, A. 2001. Kelelawar di Indonesia. Puslitbang Biologi LIPI, Bogor. Hal. 40
  2. ^ Ruedas, L., I. Maryanto & U. Sinaga. 2008. Cynopterus titthaecheilus. In: IUCN 2012. IUCN Red List of Threatened Species. Version 2012.2. Diakses pada 14 September 2012.
  3. ^ Corbet, G.B. & J.E. Hill. 1992. The Mammals of the Indomalayan Region: a systematic review. Nat. Hist. Mus. Pub. – Oxford Univ. Press. Pp. 80
  4. ^ Wilson, D.E. & D.M. Reeder. 2005. Cynopterus titthaecheilus, pada laman Mammal Species of the World: A Taxonomic and Geographic Reference. Third Edition. [online]. Diakses pada 14-09-12.

Tautan luar


edunitas.com

Page 23

Codot agung [Cynopterus titthaecheilus] adalah sejenis kelelawar pemakan buah dari suku Pteropodidae [kalong-kalongan]. Kelelawar ini ditemukan terbatas [endemik] di Indonesia.

Pengenalan

Sebagaimana namanya, codot ini ada ukuran tubuh yang paling agung di antara marga Cynopterus di Indonesia. Di antaranya, ada panjang total tengkorak antara 35-39 mm [spesies lainnya < 33,7 mm]; panjang lengan bawah 74-83 mm [lainnya < 76 mm]; panjang betis 29-33 mm [lainnya < 27,6 mm]; dan panjang kaki belakangan 19-22 mm [lainnya < 18,5 mm].[1]

Ada garis putih di tepi cuping telinga; panjang cuping telinga 18-21 mm[1]. Tubuh berwarna coklat gelap.

Pemanfaatan dan konservasi

Di beberapa lokasi, codot ini kadang-kadang diburu untuk dimakan. Akan tetapi sejauh ini populasinya sedang dianggap lepas dari bahaya, sehingga IUCN menetapkannya pada status Least Concern [LC][2].

Anak jenis

Jenis ini ada 3 subspesies, yakni:[3][4]

  • Cynopterus titthaecheilus titthaecheilus, menyebar di Sumatra, Jawa, Bali, Lombok, dan pulau-pulau di sekitarnya [termasuk pulau-pulau Panjang, Sertung, Sebesi, dan Rakata]
  • Cynopterus titthaecheilus major, terbatas di Nias.
  • Cynopterus titthaecheilus terminus, terbatas di Timor.

Galeri

Referensi

  1. ^ a b Suyanto, A. 2001. Kelelawar di Indonesia. Puslitbang Biologi LIPI, Bogor. Hal. 40
  2. ^ Ruedas, L., I. Maryanto & U. Sinaga. 2008. Cynopterus titthaecheilus. In: IUCN 2012. IUCN Red List of Threatened Species. Version 2012.2. Diakses pada 14 September 2012.
  3. ^ Corbet, G.B. & J.E. Hill. 1992. The Mammals of the Indomalayan Region: a systematic review. Nat. Hist. Mus. Pub. – Oxford Univ. Press. Pp. 80
  4. ^ Wilson, D.E. & D.M. Reeder. 2005. Cynopterus titthaecheilus, pada laman Mammal Species of the World: A Taxonomic and Geographic Reference. Third Edition. [online]. Diakses pada 14-09-12.

Tautan luar


edunitas.com

Page 24

Codot agung [Cynopterus titthaecheilus] adalah sejenis kelelawar pemakan buah dari suku Pteropodidae [kalong-kalongan]. Kelelawar ini ditemukan terbatas [endemik] di Indonesia.

Pengenalan

Sebagaimana namanya, codot ini ada ukuran tubuh yang paling agung di antara marga Cynopterus di Indonesia. Di antaranya, ada panjang total tengkorak antara 35-39 mm [spesies lainnya < 33,7 mm]; panjang lengan bawah 74-83 mm [lainnya < 76 mm]; panjang betis 29-33 mm [lainnya < 27,6 mm]; dan panjang kaki belakangan 19-22 mm [lainnya < 18,5 mm].[1]

Ada garis putih di tepi cuping telinga; panjang cuping telinga 18-21 mm[1]. Tubuh berwarna coklat gelap.

Pemanfaatan dan konservasi

Di beberapa lokasi, codot ini kadang-kadang diburu untuk dimakan. Akan tetapi sejauh ini populasinya sedang dianggap lepas dari bahaya, sehingga IUCN menetapkannya pada status Least Concern [LC][2].

Anak jenis

Jenis ini ada 3 subspesies, yakni:[3][4]

  • Cynopterus titthaecheilus titthaecheilus, menyebar di Sumatra, Jawa, Bali, Lombok, dan pulau-pulau di sekitarnya [termasuk pulau-pulau Panjang, Sertung, Sebesi, dan Rakata]
  • Cynopterus titthaecheilus major, terbatas di Nias.
  • Cynopterus titthaecheilus terminus, terbatas di Timor.

Galeri

Referensi

  1. ^ a b Suyanto, A. 2001. Kelelawar di Indonesia. Puslitbang Biologi LIPI, Bogor. Hal. 40
  2. ^ Ruedas, L., I. Maryanto & U. Sinaga. 2008. Cynopterus titthaecheilus. In: IUCN 2012. IUCN Red List of Threatened Species. Version 2012.2. Diakses pada 14 September 2012.
  3. ^ Corbet, G.B. & J.E. Hill. 1992. The Mammals of the Indomalayan Region: a systematic review. Nat. Hist. Mus. Pub. – Oxford Univ. Press. Pp. 80
  4. ^ Wilson, D.E. & D.M. Reeder. 2005. Cynopterus titthaecheilus, pada laman Mammal Species of the World: A Taxonomic and Geographic Reference. Third Edition. [online]. Diakses pada 14-09-12.

Pranala luar


edunitas.com

Page 25

Codot barong [Cynopterus sphinx] adalah sejenis kelelawar bagian suku codot [Pteropodidae]. Kelelawar pemakan buah ini hidup tersebar lapang mulai dari Pakistan, India, Sri Lanka, Burma, Thailand, Indocina, Cina tenggara, Malaysia, dan Indonesia [Sumatra, Kalimantan, Jawa, dan Sulawesi].[1][2]. Dalam bahasa Inggris, codot ini dikenal sbg Greater Short-nosed Fruit Bat atau Short-nosed Indian Fruit Bat.

Pengenalan

Codot yang berukuran akbar, dengan panjang lengan bawah selang 65–76 mm dan ekor 18–22 mm[3]. Di anak benua India, kisaran panjang lengan bawah codot ini selang 64–79 mm, dengan rentang sayap sekitar 48 cm[4].

Tubuh bagian atas [sisi punggung] coklat sampai coklat abu-abu, bagian bawah [sisi perut] semakin pucat. Kerah berwarna coklat merah terang pada binatang jantan, dan kuning pada betina. Tepi telinga dan tepi tulang-tulang pada sayap berwarna putih. Gigi-gigi geraham bawah membundar tanpa tonjolan.[3]

Ekologi dan habitat

Di Thailand, codot barong ditemukan bertengger di pepohonan, di bawah daun-daun palma, atau kadang di bawah atap-atap rumah[3]. Codot barong umum ditemukan di hutan tropika dan kebun buah-buahan; juga dikenal menghuni padang rumput dan hutan mangrove. Codot ini merangkai lembar-lembar daun di sekitarnya sebagai membangun semacam atap tenda sederhana tempatnya berlindung.

Kelelawar ini dikenal memakan nektar dan buah-buahan[3].

Perilaku kawin

Codot barong umumnya hidup mengelompok, 8–9 ekor dari kelamin yang sama bersama-sama menjadi satu kumpulan di satu tenggeran. Codot-codot dengan kelamin yang beda ini tetap tinggal terpisah sampai musim kawin tiba. Codot barong bersifat poligini. Di musim kawin, biasa ditemukan 6–10 jantan bersama-sama menjadi satu kumpulan dengan 10–15 betina di bawah lindungan satu daun palma. [5]

Kelelawar ini adalah salah satu mamalia non-primata yang memperlihatkan perilaku fellatio dalam proses perkawinannya. Pada masa kopulasi, betina menjilati pangkal penis binatang jantan. Dan berlandaskan hasil riset, perilaku ini diyakini memiliki korelasi yang positif selang lama saat penjilatan dengan lamanya masa kopulasi.[6] Codot jantan tinggal bersama betinanya beberapa lama setelah kawin, namun kemudian berpisah dan masing-masing kembali ke kumpulan kelaminnya semula.

Catatan kaki dan pustaka

  1. ^ Corbet, G.B. & J.E. Hill. 1992. The Mammals of The Indomalayan Region: a systematic review. Nat. Hist. Mus. Publ. – Oxford Univ. Press. p. 71
  2. ^ Suyanto, A.. 2001. Kelelawar di Indonesia. Puslitbang Biologi – LIPI. Hal.40
  3. ^ a b c d Payne, J., C.M. Francis, K. Phillipps, S.N. Kartikasari. 2000. Panduan Lapangan Mamalia di Kalimantan, Sabah, Sarawak & Brunei Darussalam. The Sabah Society, Wildlife Conservation Society dan World Wildlife Fund Malaysia. Hal. 182-183
  4. ^ Bates, P.J.J; D.A. Harrison [1997]. Bats of the Indian Subcontinent. Harrison Zoological Museum. hlm. 258. 
  5. ^ Balasingh, J; J. Suthakar-Isaac, S., and R. Subbaraj [1993]. "Tent roosting by the frugivorous bat Cynopterus sphinx in southern India". Current Science 65 [5]: 418. 
  6. ^ Tan, Min; Gareth Jones, Guangjian Zhu, Jianping Ye, Tiyu Hong, Shanyi Zhou, Shuyi Zhang, Libiao Zhang [October 28, 2009]. "Fellatio by Fruit Bats Prolongs Copulation Time". PLoS ONE 4 [10]. Diakses October 28, 2009. 

  • Nowak, R. 1991. Walker's Mammals of the World, Fifth edition. John Hopkins University Press, Baltimore and London.


edunitas.com

Page 26

Codot barong [Cynopterus sphinx] adalah sejenis kelelawar bagian suku codot [Pteropodidae]. Kelelawar pemakan buah ini hidup tersebar lapang mulai dari Pakistan, India, Sri Lanka, Burma, Thailand, Indocina, Cina tenggara, Malaysia, dan Indonesia [Sumatra, Kalimantan, Jawa, dan Sulawesi].[1][2]. Dalam bahasa Inggris, codot ini dikenal sbg Greater Short-nosed Fruit Bat atau Short-nosed Indian Fruit Bat.

Pengenalan

Codot yang berukuran akbar, dengan panjang lengan bawah selang 65–76 mm dan ekor 18–22 mm[3]. Di anak benua India, kisaran panjang lengan bawah codot ini selang 64–79 mm, dengan rentang sayap sekitar 48 cm[4].

Tubuh bagian atas [sisi punggung] coklat sampai coklat abu-abu, bagian bawah [sisi perut] semakin pucat. Kerah berwarna coklat merah terang pada binatang jantan, dan kuning pada betina. Tepi telinga dan tepi tulang-tulang pada sayap berwarna putih. Gigi-gigi geraham bawah membundar tanpa tonjolan.[3]

Ekologi dan habitat

Di Thailand, codot barong ditemukan bertengger di pepohonan, di bawah daun-daun palma, atau kadang di bawah atap-atap rumah[3]. Codot barong umum ditemukan di hutan tropika dan kebun buah-buahan; juga dikenal menghuni padang rumput dan hutan mangrove. Codot ini merangkai lembar-lembar daun di sekitarnya sebagai membangun semacam atap tenda sederhana tempatnya berlindung.

Kelelawar ini dikenal memakan nektar dan buah-buahan[3].

Perilaku kawin

Codot barong umumnya hidup mengelompok, 8–9 ekor dari kelamin yang sama bersama-sama menjadi satu kumpulan di satu tenggeran. Codot-codot dengan kelamin yang beda ini tetap tinggal terpisah sampai musim kawin tiba. Codot barong bersifat poligini. Di musim kawin, biasa ditemukan 6–10 jantan bersama-sama menjadi satu kumpulan dengan 10–15 betina di bawah lindungan satu daun palma. [5]

Kelelawar ini adalah salah satu mamalia non-primata yang memperlihatkan perilaku fellatio dalam proses perkawinannya. Pada masa kopulasi, betina menjilati pangkal penis binatang jantan. Dan berlandaskan hasil riset, perilaku ini diyakini memiliki korelasi yang positif selang lama saat penjilatan dengan lamanya masa kopulasi.[6] Codot jantan tinggal bersama betinanya beberapa lama setelah kawin, namun kemudian berpisah dan masing-masing kembali ke kumpulan kelaminnya semula.

Catatan kaki dan referensi

  1. ^ Corbet, G.B. & J.E. Hill. 1992. The Mammals of The Indomalayan Region: a systematic review. Nat. Hist. Mus. Publ. – Oxford Univ. Press. p. 71
  2. ^ Suyanto, A.. 2001. Kelelawar di Indonesia. Puslitbang Biologi – LIPI. Hal.40
  3. ^ a b c d Payne, J., C.M. Francis, K. Phillipps, S.N. Kartikasari. 2000. Panduan Lapangan Mamalia di Kalimantan, Sabah, Sarawak & Brunei Darussalam. The Sabah Society, Wildlife Conservation Society dan World Wildlife Fund Malaysia. Hal. 182-183
  4. ^ Bates, P.J.J; D.A. Harrison [1997]. Bats of the Indian Subcontinent. Harrison Zoological Museum. hlm. 258. 
  5. ^ Balasingh, J; J. Suthakar-Isaac, S., and R. Subbaraj [1993]. "Tent roosting by the frugivorous bat Cynopterus sphinx in southern India". Current Science 65 [5]: 418. 
  6. ^ Tan, Min; Gareth Jones, Guangjian Zhu, Jianping Ye, Tiyu Hong, Shanyi Zhou, Shuyi Zhang, Libiao Zhang [October 28, 2009]. "Fellatio by Fruit Bats Prolongs Copulation Time". PLoS ONE 4 [10]. Diakses October 28, 2009. 

  • Nowak, R. 1991. Walker's Mammals of the World, Fifth edition. John Hopkins University Press, Baltimore and London.


edunitas.com

Video yang berhubungan

Bài mới nhất

Chủ Đề