Siapakah sebenarnya yang banyak merusak alam menurut Alquran?

وَإِذَا قِيلَ لَهُمْ لَا تُفْسِدُوا فِي الْأَرْضِ قَالُوا إِنَّمَا نَحْنُ مُصْلِحُونَ

Dan bila dikatakan kepada mereka: "Janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi". Mereka menjawab: "Sesungguhnya kami orang-orang yang mengadakan perbaikan". [QS. Al-Baqarah : 11]


Bagikan ke WhatsApp
10 | 11 | 12

TAFSIR RUMAH FIQIH INDONESIA

Makna la tusfidu secara harfiyah adalah : jangan merusak, atau jangan berbuat kerusakan. Begitu yang banyak orang tuliskan dalam terjemahan atau penafsiran yang sifatnya ijmali. 

Namun kalau kita perdalam, perbuatan merusak apakah yang dilakukan oleh orang-orang munafik? Khususnya kalau kita kaitkan dengan konteks pada saat turunnya ayat ini, dimana mukhatabnya memang kalangan munafikin Madinah. Pertanyaannya mungkin perlu diperjelas : kerusakan macam apa yang dilakukan oleh kalangan munafikin di Madinah pada saat itu? 

Apakah mereka telah melakukan pembakaran hutan, atau mengotori alam dengan berbagai macam pencemaran di air dan udara? Apakah mereka melakukan peperangan dan membunuh jutaan nyawa manusia dengan meledakkan bom, roket dan nuklir? 

Pertanyaan ini muncul karena seringkali kita mendengar para penceramah bercerita kemana-mana terkait dengan istilah 'berbuat kerusakan' yang banyak terdapat dalam ayat Al-Quran, dan salah satunya di ayat ini. 

Mungkin kalau cerita tentang bagaimana kerusakan ditimbulkan oleh ulah manusia di bumi, atau pun ulah orang-orang yahudi, kita masih bisa merasakan keterkaitannya. Tapi kalau orang munafik disebut berperilaku merusak di bumi, tentu kita akan berpikir apa yang yang dimaksud dengna kerusakan disini? 

Apakah keberadaan orang-orang munafik di Madinah itu menimbulkan bencana alam seperti banjir, erosi, tanah longsor, gunung meletus, tsunami atau pun gejala-gejala alam yang lain? Sejarah dan sirah nabawiyah nyaris tidak pernah mencatat hal-hal semacam itu. Memang Madinah pernah banjir selama seminggu lamanya setelah sebelumnya diserang dengan musim kekeringan yang panjang.

Namun banjir itu sendiri bukan ulah orang-orang munafik, setidaknya dalam riwayat disebutkan justru karena Nabi SAW didatangi beberapa orang yang mengadukan kekeringan lalu meminta agar Nabi SAW berdoa kepada Allah agar diturunkan hujan. Dan hujan pun turun tanpa henti hingga seminggu lamanya. Sehingga berubah jadi bencana banjir. Kemudian Nabi SAW meminta kepada Allah agar hujan diturunkan di luar kota Madinah, di gunung-gunung dan lembah, asalkan di luar Madinah. Terkenal sekali doa itu dengan lafaz :

اللهم حوالينا لا علينا

Ya Allah turunkan hujan di luar kami dan jangan di tengah kami.

Namun sekali lagi yang jadi pertanyaan, apakah bencana kemarau diteruskan dengan banjir seminggu itu akibat ulah orang-orang munafik kala itu? 

Jawabannya jelas bukan. Lalu kalau bukan, perbuatan 'merusak' macam apa yang dilakukan oleh kalangan munafikin di Madinah kala itu?

Jawabannya bisa kita temukan dalam berbagai kitab tafsir bil ma'tsur. Sebutlah misalnya apa yang diriwayatkan oleh Ibnu Jarir Ath-Thabari. Ketika menjelaskan siapakah yang dilarang untuk berbuat kerusakan di muka bumi, beliau tegaskan mereka adalah orang-orang munafik. Lalu apa yang dimaksud dengan 'melakukan kerusakan di muka bumi', beliau jelaskan :

أما"لا تفسدوا في الأرض"، فإن الفساد، هو الكفر والعملُ بالمعصية.

Sesungguhnya al-fasad [kerusakan] itu adalah kekufuran [al-kufru] dan mengerjakan maksiat [al-'amal bil ma'shiyah]. 

Penjelasan ini diriwayatkan oleh Ath-Thabari dari dua shahabat yaitu Abdullah bin Abbas dan juga Abdullah bin Mas'ud radhiyallahuanhuma. [1]

Ath-Thabari juga menceritakan dari Ar-Rabi' ketika menafsirkan larangan untuk tidak berbuat kerusakan di muka bumi : 

لا تَعْصُوا فِي الأرْضِ. قالَ: فَكانَ فَسادُهُمْ عَلى أنْفُسِهِمْ ذَلِكَ مَعْصِيَةَ اللَّهِ جَلَّ ثَناؤُهُ، لِأنَّ مَن عَصى اللَّهَ فِي الأرْضِ أوْ أمَرَ بِمَعْصِيَتِهِ فَقَدْ أفْسَدَ فِي الأرْضِ، لِأنَّ إصْلاحَ الأرْضِ والسَّماءِ بِالطّاعَةِ

Janganlah melakukan maksiat di muka bumi. Sebab ketika mereka merusak diri sendiri akan menjadi maksiat kepada Allah SWT. Karena siapa yang menentang Allah  di muka bumi dengan perbuatan maksiat atau memerintahkan perbuatan maksiat, dia telah melakukan kerusakan di muka bumi. Dan lawannya yaitu ishlah atau memperbaiki langit dan bumi dengan cara taat.

Jadi jelaslah disini bagaimana salah satu cabang ilmu Al-Qurn yaitu ilmu al-wujuh wa an-nazhair harus digunakan. Lafadz al-fasadu secara harfiyah memang berarti kerusakan, namun tidak selamanya bermakna kerusakan secara fisik, seperti pencemaran [polusi] atau berbagai kerusakan fisik lainnya. Ternyata dalam konteks ini, kerusakan di muka bumi justru bermakna : kekafiran atau perbuatan maksiat. 

Lalu kemaksiatan model apa yang orang-orang munafik lakukan di masa kenabian? 

Apakah mereka melakukan pencurian, penjarahan, atau pun juga perzinaan dan lainnya? Jawabnya tidak. Jenis kekufuran dan kemaksiatan yang mereka lakukan bukan dari jenis tersebut. 

[1] At-Thabari, Jamiul Bayan, 2/197

TAFSIR WAJIZ

Dan apabila dikatakan dan dinasihatkan kepada mereka, Janganlah berbuat kerusakan di bumi, dengan melanggar nilai-nilai yang ditetapkan agama, menghalangi orang dari jalan Allah, menyebar fitnah, dan memicu konflik, mereka justru mengklaim bahwa diri mereka bersih dari perusakan dan tidak bermaksud melakukan kerusakan. 

Mereka menjawab, Sesungguhnya kami justru orang-orang yang melakukan perbaikan.

Itu semua akibat rasa bangga diri mereka yang berlebihan. Begitulah perilaku setiap perusak yang tertipu oleh dirinya: selalu merasa kerusakan yang dilakukannya sebagai kebaikan. .

TAFSIR TAHLILI

Bila mereka dinasihati agar meninggalkan perbuatan yang menimbulkan kerusakan di bumi, mereka selalu membuat dalih dan alasan dengan mengatakan bahwa mereka sebenarnya berusaha mengadakan perbaikan.

Mereka bahkan menganggap apa yang mereka kerjakan sebagai usaha untuk kebaikan orang-orang Islam dan untuk menciptakan perdamaian antara kaum Muslimin dengan golongan lainnya.

Mereka mengatakan bahwa tindakan-tindakan mereka yang merusak itu sebagai suatu usaha perbaikan untuk menipu kaum Muslimin.

Lingkungan merupakan satu kesatuan segala mahluk ciptaan Allah yang juga bukti kebesaran-Nya. Sesungguhnya salah satu tujuan hidup manusia adalah mensyukuri segala nikmat yang diberikan Allah SWT, dan salah satu caranya adalah dengan menjaga lingkungan. Sebagai khalifah di bumi, kita dituntut untuk menjaga lingkungan sebagai salah satu tujuan hidup menurut Islam,  sebagaimana firman Allah SWT:

وَإِذَا قِيلَ لَهُمْ لَا تُفْسِدُوا۟ فِى ٱلْأَرْضِ قَالُوٓا۟ إِنَّمَا نَحْنُ مُصْلِحُونَ

Artinya: ” Dan bila dikatakan kepada mereka: “Janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi”. Mereka menjawab: “Sesungguhnya kami orang-orang yang mengadakan perbaikan” [Q.S. Al Baqarah :11]

وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلَٰٓئِكَةِ إِنِّى جَاعِلٌ فِى ٱلْأَرْضِ خَلِيفَةً ۖ قَالُوٓا۟ أَتَجْعَلُ فِيهَا مَن يُفْسِدُ فِيهَا وَيَسْفِكُ ٱلدِّمَآءَ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ ۖ قَالَ إِنِّىٓ أَعْلَمُ مَا لَا تَعْلَمُونَ

Artinya: ” Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi”. Mereka berkata: “Mengapa Engkau hendak menjadikan [khalifah] di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman: “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui” [Q.S. Al Baqarah:30]

Baca juga:

Allah telah mempercayakan kita untuk menjaga lingkungan dimana saat itu para malaikat justru meragukan kita. Maka hendaknya kita betul-betul menjalankan perintah Allah untuk menjaga segala apa yang telah ia ciptakan utnuk kita.

Namun sayang, semakin hari justru semakin banyak manusia yang merusak lingkungan. Berbagai kehancuran dan kerusakan terjadi dimana-mana hingga menimbuolkan banyak bencana. Allah juga telah menceritakan hal ini pada kita dalam Al Quran:

ظَهَرَ ٱلْفَسَادُ فِى ٱلْبَرِّ وَٱلْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِى ٱلنَّاسِ لِيُذِيقَهُم بَعْضَ ٱلَّذِى عَمِلُوا۟ لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ

Artinya: ” Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari [akibat] perbuatan mereka, agar mereka kembali [ke jalan yang benar]” [Q.S. Ar Rum:41]

Berbagai kerusakan di darat dan di laut merupakan salah satu akibat dari kejahatan orang-orang yang berdosa. Kekeringan, banjir, gunung meletus, badai, semua itu bukan hanya faktor bencana alam, tapi juga akibat dari kejahilan tangan-tangan manusia, juga banyaknya kemaksiatan yang dibuat. Rasulullah SAW pernah bersabda:

“Ketika ada orang yang sering berbuat dosa itu mati, maka hamba-hamba Allah SWT, seperti manusia, bumi, pohon dan hewan-hewan merasa lega”. [HR.Bukhori dan Muslim].

 Hadist ini menunjukkan betapa tenangnya dunia jika orang yang jahat itu mati karena tidak ada bencana dan kerusakan yang dibuat olehnya.

Ada banyak perintah dari Al Quran dan hadist mengenai larangan merusak lingkungan dan menjaga lingkungan, diantaranya adalah:

وَٱبْتَغِ فِيمَآ ءَاتَىٰكَ ٱللَّهُ ٱلدَّارَ ٱلْءَاخِرَةَ ۖ وَلَا تَنسَ نَصِيبَكَ مِنَ ٱلدُّنْيَا ۖ وَأَحْسِن كَمَآ أَحْسَنَ ٱللَّهُ إِلَيْكَ ۖ وَلَا تَبْغِ ٱلْفَسَادَ فِى ٱلْأَرْضِ ۖ إِنَّ ٱللَّهَ لَا يُحِبُّ ٱلْمُفْسِدِينَ

Artinya: ” Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu [kebahagiaan] negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari [kenikmatan] duniawi dan berbuat baiklah [kepada orang lain] sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di [muka] bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.” [Q.S. Al Qashash:77]

Baca juga:

Rasulullah saw bersabda : “Tidaklah seorang muslim menanam tanaman, kemudian tanaman itu dimakan oleh burung, manusia, ataupun hewan, kecuali baginya dengan tanaman itu adalah sadaqah”. [HR. al-Bukhari dan Muslim dari Anas].

Dari riwayat Abu Daud, Rasulullah SAW bersabda :

“Barang siapa yang menebang pepohonan, maka Allah akan mencelupkannya ke dalam neraka”. 

Abu Daud menafsirkan bahwa Rasul melarang penebangan pohon tanpa memikirkan dampaknya terhadap lingkungan. Penebangan pohon hanya boleh dilakukan jika telah diketahui dan diminimalisir dampaknya.

Allah berfirman:

 “Dan janganlah kamu berbuat kerusakan di muka bumi sesudah [Allah] memperbaikinya dan berdo’alah kepadanya dengan rasa takut [tidak akan diterima] dan harapan [akan dikabulkan]. Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik. Dan Dia-lah yang meniupkan angin sebagai pembawa berita gembira sebelum kedatangan rahma-Nya [hujan] hingga apabila angin itu telah membawa awan mendung, kami halau ke suatu daerah yang tandus, lalu kami turunkan hujan di daerah itu.

Maka kami keluarkan dengan sebab hujan itu berbagai macam buah-buahan. Seperti itulah kami membangkitkan orang-orang yang telah mati, mudah-mudahan kamu mengambil pelajaran. Dan tanah yang baik, tanam-tanamannya tumbuh dengan seizin Allah, dan tanah yang tidak subur, tanaman-tanamannya hanya tumbuh merana. Demikianlah kami mengulangi tanda-tanda kebesaran [Kami] bagi orang-orang yang bersyukur.” [QS Al A’raf : 56-58]

Allah telah memberikan begitu banyak kenikmatan pada kita,  baik itu dari langit maupun dari bumi.  Hujan yang turun membuat tanah yang tandus kembali ditumbuhi tanam-tanaman.  Semua itu semua adalah tanda kebesaran Allah.  Apakah pantas kita merusak apa yang diberikan Allah kepada kita?  Sesungguhnya perbuatan merusak lingkungan adalah perbuatan tercela dan sangat dilarang dalam Islam.

Baca juga:

Rasulullah saw bersabda : Janganlah kalian mencela angin, karena sesungguhnya ia berasal dari ruh Allah Ta’ala yang datang membawa rahmat dan azab, akan tetapi mohonlah kepada Allah dari kebaikan angin tersebut dan berlindunglah kepada Allah dari kejahatannya. [HR. Ahmad dari Abu Hurairah]

Angin juga merupakan Rahmat dari Allah SWT,  namun angin juga bisa menjadi bentuk kemarahan Allah terhadap mereka yang selalu berbuat dosa.

أَلَمْ يَرَوْا۟ كَمْ أَهْلَكْنَا مِن قَبْلِهِم مِّن قَرْنٍ مَّكَّنَّٰهُمْ فِى ٱلْأَرْضِ مَا لَمْ نُمَكِّن لَّكُمْ وَأَرْسَلْنَا ٱلسَّمَآءَ عَلَيْهِم مِّدْرَارًا وَجَعَلْنَا ٱلْأَنْهَٰرَ تَجْرِى مِن تَحْتِهِمْ فَأَهْلَكْنَٰهُم بِذُنُوبِهِمْ وَأَنشَأْنَا مِنۢ بَعْدِهِمْ قَرْنًا ءَاخَرِينَ

Artinya: “Apakah mereka tidak memperhatikan berapa banyak generasi yang telah Kami binasakan sebelum mereka, padahal [generasi itu] telah Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi, yaitu keteguhan yang belum pernah Kami berikan kepadamu, dan Kami curahkan hujan yang lebat atas mereka dan Kami jadikan sungai-sungai mengalir di bawah mereka, kemudian Kami binasakan mereka karena dosa mereka sendiri, dan Kami ciptakan sesudah mereka generasi yang lain. [Q.S. al-An’am: 6]

Nabi saw, pernah bepergian bersama Sa’ad bin Abi Waqqas. Ketika Sa’ad berwudhu, Nabi berkata : “Jangan menggunakan air berlebihan”. Sa’ad bertanya : “Apakah menggunakan air juga bisa berlebihan ?”. Nabi menjawab: “Ya, sekalipun kamu melakukannya di sungai yang mengalir”.

Ayat dan hadist di atas menunjukkan bahwa menjaga lingkungan bukan hanya dengan menanam pohon,  tapi juga dengan tidak berlebih-lebihan dalam pemakaian sumber daya alam. Bukan hanya jumlahnya berkurang tapi juga dapat merusak keseimbangan alam yang selama ini terjaga. Gunakanlah segala sesuatunya dengan takaran yang sesuai dan tidak berlebihan.

Cara Menjaga Lingkungan Menurut Islam

Menjaga lingkungan juga merupakan salah satu bentuk tingkatan iman dalam Islam. Berikut adalah beberapa cara yang dapat kita lakukan untuk menjaga lingkungan:

  1. Membuang sampah di tempatnya.
  2. Tidak menggunakan sumber daya alam dengan berlebihan.
  3. Menanam pohon.
  4. Menggunakan peralatan elektronik dengan baik dan tidak berlebihan.
  5. Menghindari penggunaan plastik.
  6. Mendaur ulang benda yang masih dapat digunakan.
  7. Berjalan kaki atau bersepeda jika bepergian dalam jarak dekat.

Itulah beberapa cara yang dapat kita lakukan dalam keseharian kita untuk menjaga lingkungan. Dengan menjaga kebersihan dan kelestarian lingkungan, kita juga menjaga warisan untuk anak cucu kita dan mengikuti gaya hidup sehat Rasulullah. Selain itu, kebersihan adalah sebagian dari iman, yang mana banyak sekali keutamaan kebersihan dalam Islam. Semoga kita semua menjadi hambaNya yang selalu bersyukur dan menjaga setiap pemberianNya. Aamiin.

Video yang berhubungan

Bài Viết Liên Quan

Bài mới nhất

Chủ Đề