Tanaman jarak yang dibutuhkan jepang saat pendudukan di Indonesia adalah untuk

Lihat Foto

WIKIMEDIA COMMONS

Tentara Jepang saat mendarat di Pulau Kalimantan.

KOMPAS.com - Tanam paksa tidak hanya pernah diberlakukan di masa kolonial Belanda, tetapi juga terulang saat pendudukan Jepang di Indonesia.

Akibat kebijakan tanam paksa, rakyat Indonesia sengsara dan Kerajaan Belanda dikritik.

Kritikan tersebut akhirnya membuat periode tanam paksa di Indonesia dihentikan oleh Belanda.

Baca juga: Mengapa Tentara Jepang Sangat Kejam?

Namun, kekejaman tanam paksa kembali dirasakan rakyat Indonesia saat penjajahan Jepang.

Kala itu, rakyat Indonesia dipaksa memenuhi kebutuhan Jepang dalam Perang Dunia II.

Salah satunya dengan menyediakan beberapa tanaman yang dibutuhkan untuk perang, seperti padi, karet, kina, dan jarak.

Tanaman wajib pada masa penjajahan Jepang

Dalam mengatur penanaman tanaman wajib, Jepang mengeluarkan Undang-undang No 322/1942 yang berisi Gunseikan [kepala militer] mengawasi langsung perkebunan.

Pengawasan diserahkan kepada Saibai Kigyo Kanrikodan [SKK], badan pengawas yang dibentuk Gunseikan.

SKK juga bertindak sebagai pelaksana pembelian dan penentuan harga jual hasil perkebunan.

Saat itu, terdapat beberapa tanaman yang wajib ditanam rakya Indonsia, seperti padi, karet, kina, dan jarak.

Di zaman penjajahan Jepang, orang dipaksa menanam jarak pagar untuk diambil minyaknya sebagai bahan bakar kapal dan pelumas senjata. 

Secara tradisional, masyarakat Jawa sebetulnya biasa memanfaatkan daun serta minyak buah jarak untuk mengatasi berbagai gangguan kesehatan, yakni diare, penurun panas, gatal, dan borok kronis.

Kasmin [32 tahun] dan Wandi [29], ingat betul, semasa kecil di Jepara, ibunya selalu memborehkan remasan daun jarak pagar di sekitar pusar mereka saat tubuhnya panas tinggi. Menurut kedua juru masak sebuah rumah makan di bilangan Menteng, Jakarta Pusat ini, malam hari diobati dengan daun jarak, paginya suhu tubuh mereka sudah kembali normal.

David [33], sinse yang berpraktik di bilangan Daan Mongot, Jakarat Barat, mengaku semasa kanak-kanak, ibunya sering meletakkan daun jarak pagar yang telah diolesi minyak kelapa dan dipanaskan di atas api ke perutnya. Resep itu terbukti ampuh untuk menanggulangi diare yang menyerangnya.

Bahan Bakar
Jatropha curcas alias jarak pagar sudah dikenal luas oleh masyarakat pedesaan. Tumbuhan bernama Cina, Ma feng shu ini, biasa ditanam sebagai pagar rumah, di kebun, atau di makam. Di Sumatera, tanaman ini bernama Nawaih nawas, jarak kosta di Sulawesi, Lulu nau [Nusa Tenggara], dan Muun mav [Maluku].

Menurut cerita banyak orang, pada zaman penjajahan Jepang, rakyat dipaksa menanam pohon jarak. Minyaknya diambil untuk digunakan sebagai bahan bakar kapal dan pelumas senjata.

Oleh banyak petani tanaman hias di Jakarta, tanaman berfamili Euphorbiaceae ini dijadikan bahan kawinan dengan pohon lain. Contohnya dengan pohon batavia dan beringin putih.

Masyarakat Tangerang yang diwawancarai SENIOR mengaku memanfaatkan tanaman ini sebagai obat tradisional sakit perut. Kadin UKM melaporkan, jarak pagar terbukti meningkatkan produktivitas ayam petelur serta mengindikasikan adanya manfaat yang lebih hebat daripada Viagra, yang harus diimpor dengan harga mahal.

Manfaat untuk Bayi
Akibat buang air, berat badan bayi akan mudah menyusut. Dokter biasanya akan mengobservasi mengapa bayi jatuh sakit, apakah mungkin akibat makanan atau minuman yang dikonsumsi sang ibu, cuaca dingin, atau sebab lain. Secara empiris, balita yang sakit mencret dapat disembuhkan dengan daun jarak pagar.

Caranya, petiklah tiga lembar daun jarak, terutama yang masih hijau dan segar. Olesi daun jarak itu dengan minyak kelapa secara merata di bagian atasnya. Setelah itu, panggang di atas kompor selama beberapa detik hingga tampak layu.

Page 2

Tempelkan daun jarak tersebut di perut bayi, tentunya setelah daun terasa hangat. Tiga lembar daun itu sebaiknya ditaruh melebar, sehingga bisa menutupi seluruh bagian perut bayi.

Sinse David mengingatkan, jangan lupa untuk membedong atau membalut perut bayi memakai kain. Setelah beberapa menit, lebih baik lagi jika bayi sudah terbangun dari tidur pulas, bukalah bedong tersebut. Biasanya daun jarak tadi sudah mengering, dan bisa dibuang.

Antipiretik
Jarak pagar merupakan tumbuhan yang berasal dari kawasan tropis dan subtropis, dan tumbuh subur di kawasan Amerika Selatan, Amerika Utara, Afrika, dan di Asia. Tinggi pohon ini berkisar 4-5 meter dengan ranting yang mengandung banyak cairan getah.

Lebar daunnya kira-kira 15 cm. Bunganya kecil berwarna kuning kehijauan dan tumbuh berkelompok. Buahnya berbentuk bujur telur, licin, dan akan berganti warna, dari hijau ke kuning. Bila kering menjadi berwarna hitam. Bila telah masak, akan merekah dan mengeluarkan biji berwarna hitam.

Dijelaskan Dr. A. Setiawan Wirian, salah seorang pendiri Himpunan Pengobat Tradisional dan Akupuntur se-Indonesia [HIPTRI], jarak pagar berkhasiat sebagai pencahar dan toksik lektin. Tanaman yang dikembangbiakkan dengan biji dan stek batang ini mempunyai rasa pahit, astrigent, sejuk, beracun.

Masih kata Dr. Wirian, jarak pagar juga mampu melancarkan darah [stagnant blood dispelling], menghilangkan bengkak [antiswelling], menghentikan perdarahan [hemostatik], serta menghilangkan gatal [antipruritik].

Tanaman ini mengandung n-l-triakontanol, alpha-amirin, kampesterol, stigmast-5-ene-3 beta, 7 alpha-diol, stigmasterol, beta-sitosterol, iso-viteksin, viteksin, 7-keto-beta sitosterol, dan HCN.

Di India, menurut pakar pohon jarak pagar dari Institut Teknologi Bandung, Dr. Ir. Robert Manurung, minyak jarak telah diadopsi sebagai minyak bakar mesin kereta api. Saat ini India menanam pohon jarak pagar di sepanjang bantaran rel kereta api sepanjang 24.000 km!

Selama ini, petani Indonesia hanya memanfaatkan pohon jarak pagar sebagai tumbuhan pagar atau pembatas sawah karena dianggap tidak ekonomis. Daun dan buahnya pun cuma digunakan untuk pakan ternak.

Untunglah, setelah ditemukan cara mengekstrak buah jarak menjadi minyak, tanaman memiliki nilai ekonomi tinggi. Bahkan, jika dibandingkan dengan komoditas lain, potensi tanaman ini sangat tinggi. Dari satu hektar bisa dihasilkan 40 ton biji dengan harga jual Rp 2.000 per kilogram.

Seperti diuraikan Rektor ITB, Prof. Dr. Djoko Santoso, dan Rektor Institut Pertanian Bogor, Prof. Dr. Ansori Mattjik, seusai melihat peralatan pengolah biji jarak menjadi BBM dan unjuk kerja generator pembangkit listrik berbahan bakar minyak jarak di Kampus ITB, Bandung, pertengahan tahun lalu, pohon jarak bisa menjadi primadona di dunia pertanian.

Sebab, berdasarkan hasil penelitian di ITB bekerja sama dengan Mitsubishi Research Institute, minyak jarak memiliki kemampuan setara solar, sehingga bisa dijadikan BBM alternatif untuk masyarakat.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link //t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Baca berikutnya

Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Pendudukan Jepang atas Indonesia memiliki nilai yang sangat bermakna dan strategis dalam menghadapi sekutu. Dimana strategi Jepang mendasarkan seluruh kebijakannya pada kepentingan untuk memenangkan perang Asia Timur Raya. 

Tak hanya mengeksploitasi sumber daya manusia saja, melainkan juga sumber daya alamnya. Hal terpenting dari ekploitasi ini adalah untuk memenuhi kebutuhan perang. Seperti adanya kebijakan penyerahan wajib untuk menanam tanaman yang bisa menghasilkan bahan untuk mendukung perang. 

Apa saja tanaman yang wajib ditanam oleh rakyat Indonesia dan harus diserahkan ke Jepang, serta mengapa disebut istimewa tanaman tersebut? Pada artikel kali ini, kita akan membahas tanaman istimewa saat masa penjajahan Jepang, yaitu tanaman Jarak dan Kapas. Kita akan bahas satu persatu terkait kedua tanaman tersebut saat masa pendudukan Jepang.

1. Tanaman Jarak

Jarak memiliki berbagai jenis, sedangkan yang digunakan Jepang saat itu yaitu Jarak Pagar [ Jatropha curcas L.]. Jarak pagar adalah tanaman yang sudah lama dikenal masyarakat Indonesia sebagai pagar/pembatas jalan, tanaman obat [sakit gigi], dan penghasil minyak untuk lampu. Tanaman jarak pagar dapat tumbuh di daerah tropis dan sub tropis dengan kisaran curah hujan bervariasi antara 200-2000 mm/tahun. Tanaman jarak pagar dapat tumbuh pada semua jenis tanah, tetapi pertumbuhan yang lebih baik dijumpai pada tanah-tanah ringan atau lahan-lahan dengan drainase dan aerasi yang baik [terbaik mengandung pasir 60-90%]. Tanaman ini dapat pula dijumpai pada daerah-daerah berbatu, berlereng pada perbukitan atau sepanjang saluran air. 

Setelah kedatangan Jepang tanaman ini sangat istimewa dan diprioritaskan. Biji dari tanaman ini mengandung minyak yang dapat dijadikan bahan bakar pesawat terbang. Jumlah biji jarak yang mencapai 7.500 bisa digunakan untuk menerbangkan pesawat selama satu jam. Semakin meningkatnya kebutuhan akan tanaman jarak, maka dibentuklah badan yang bernama Senda Shokai yang bertanggung jawab mengenai tanaman jarak. Pada saat itu badan ini bertugas mengeluarkan selebaran dan famlet-famlet yang berisi anjuran kepada rakyat Indonesia untuk menanam Jarak. 

Lalu bawahan dari badan ini yaitu Jarak Shiidoin, bertugas memberikan penyuluhan dan bimbingan langsung mengenai penanaman jarak. Karena pada waktu itu terdapat keterbatasan lahan, dimana sebagian besar sudah ditanami tanaman pokok seperti padi. Maka solusinya adalah para rakyat dianjurkan menanam jarak diberbagai tempat yang memungkinkan bisa ditanami, seperti pinggir jalan ataupun halaman sekolah. Anjuran penanaman jarak disertai ancaman agar mencapai target. Dimana jika tidak mencapai target, para Kucho ataupun pejabat yang mengurusinya akan mendapatkan tekanan bahkan hukuman dari Jepang. 

Jika warga yang sudah bersedia menanam dan menyerahkan tanaman jarak maka akan dibayar dengan beberapa liter minyak tanah, bukan uang. Setiap 1 kg biji jarak akan mendapat 0.3 liter minyak tanah. Maksud dari penukaran biji jarak dengan minyak tanah yaitu agar rakyat Indonesia tidak menggunakan biji jarak sebagai alat penerangan rumah, dan untuk menggantikannya menggunakan minyak tanah. 

Menurut salah seorang narasumber yang saya wawancarai bernama Harso [81 th]. "Sudah lama dan terbiasa rakyat Indonesia menggunakan biji jarak sebagai alat penerangan rumah. Dengan cara pecahkan dahulu biji jarak agar terpisah dari kulit yang melapisinya, lalu isi bagian dalam dari biji jarak tersebut digerus dan dinyalakan. Maka jadilah lampu teng/lampu pelita yang menyala dengan bahan baku biji jarak," Ujarnya kepada saya, Rabu [26/05/2021].

Seiring dengan menipisnya ketersediaan minyak tanah dari Jepang, maka timbullah kecurangan dari pihak Jepang. Dimana rakyat Indonesia tetap wajib menyerahkan biji jarak, tetapi tidak mendapat imbalan minyak tanah. Maka dari sini dapat kita lihat bukti Jepang dalam mengeksploitasi sumber daya alam Indonesia salah satunya tanaman jarak, dan rakyat yang sudah bekerja keras menanamnya tidak mendapat imbalan.

2. Tanaman Kapas

Page 2

Pendudukan Jepang atas Indonesia memiliki nilai yang sangat bermakna dan strategis dalam menghadapi sekutu. Dimana strategi Jepang mendasarkan seluruh kebijakannya pada kepentingan untuk memenangkan perang Asia Timur Raya. 

Tak hanya mengeksploitasi sumber daya manusia saja, melainkan juga sumber daya alamnya. Hal terpenting dari ekploitasi ini adalah untuk memenuhi kebutuhan perang. Seperti adanya kebijakan penyerahan wajib untuk menanam tanaman yang bisa menghasilkan bahan untuk mendukung perang. 

Apa saja tanaman yang wajib ditanam oleh rakyat Indonesia dan harus diserahkan ke Jepang, serta mengapa disebut istimewa tanaman tersebut? Pada artikel kali ini, kita akan membahas tanaman istimewa saat masa penjajahan Jepang, yaitu tanaman Jarak dan Kapas. Kita akan bahas satu persatu terkait kedua tanaman tersebut saat masa pendudukan Jepang.

1. Tanaman Jarak

Jarak memiliki berbagai jenis, sedangkan yang digunakan Jepang saat itu yaitu Jarak Pagar [ Jatropha curcas L.]. Jarak pagar adalah tanaman yang sudah lama dikenal masyarakat Indonesia sebagai pagar/pembatas jalan, tanaman obat [sakit gigi], dan penghasil minyak untuk lampu. Tanaman jarak pagar dapat tumbuh di daerah tropis dan sub tropis dengan kisaran curah hujan bervariasi antara 200-2000 mm/tahun. Tanaman jarak pagar dapat tumbuh pada semua jenis tanah, tetapi pertumbuhan yang lebih baik dijumpai pada tanah-tanah ringan atau lahan-lahan dengan drainase dan aerasi yang baik [terbaik mengandung pasir 60-90%]. Tanaman ini dapat pula dijumpai pada daerah-daerah berbatu, berlereng pada perbukitan atau sepanjang saluran air. 

Setelah kedatangan Jepang tanaman ini sangat istimewa dan diprioritaskan. Biji dari tanaman ini mengandung minyak yang dapat dijadikan bahan bakar pesawat terbang. Jumlah biji jarak yang mencapai 7.500 bisa digunakan untuk menerbangkan pesawat selama satu jam. Semakin meningkatnya kebutuhan akan tanaman jarak, maka dibentuklah badan yang bernama Senda Shokai yang bertanggung jawab mengenai tanaman jarak. Pada saat itu badan ini bertugas mengeluarkan selebaran dan famlet-famlet yang berisi anjuran kepada rakyat Indonesia untuk menanam Jarak. 

Lalu bawahan dari badan ini yaitu Jarak Shiidoin, bertugas memberikan penyuluhan dan bimbingan langsung mengenai penanaman jarak. Karena pada waktu itu terdapat keterbatasan lahan, dimana sebagian besar sudah ditanami tanaman pokok seperti padi. Maka solusinya adalah para rakyat dianjurkan menanam jarak diberbagai tempat yang memungkinkan bisa ditanami, seperti pinggir jalan ataupun halaman sekolah. Anjuran penanaman jarak disertai ancaman agar mencapai target. Dimana jika tidak mencapai target, para Kucho ataupun pejabat yang mengurusinya akan mendapatkan tekanan bahkan hukuman dari Jepang. 

Jika warga yang sudah bersedia menanam dan menyerahkan tanaman jarak maka akan dibayar dengan beberapa liter minyak tanah, bukan uang. Setiap 1 kg biji jarak akan mendapat 0.3 liter minyak tanah. Maksud dari penukaran biji jarak dengan minyak tanah yaitu agar rakyat Indonesia tidak menggunakan biji jarak sebagai alat penerangan rumah, dan untuk menggantikannya menggunakan minyak tanah. 

Menurut salah seorang narasumber yang saya wawancarai bernama Harso [81 th]. "Sudah lama dan terbiasa rakyat Indonesia menggunakan biji jarak sebagai alat penerangan rumah. Dengan cara pecahkan dahulu biji jarak agar terpisah dari kulit yang melapisinya, lalu isi bagian dalam dari biji jarak tersebut digerus dan dinyalakan. Maka jadilah lampu teng/lampu pelita yang menyala dengan bahan baku biji jarak," Ujarnya kepada saya, Rabu [26/05/2021].

Seiring dengan menipisnya ketersediaan minyak tanah dari Jepang, maka timbullah kecurangan dari pihak Jepang. Dimana rakyat Indonesia tetap wajib menyerahkan biji jarak, tetapi tidak mendapat imbalan minyak tanah. Maka dari sini dapat kita lihat bukti Jepang dalam mengeksploitasi sumber daya alam Indonesia salah satunya tanaman jarak, dan rakyat yang sudah bekerja keras menanamnya tidak mendapat imbalan.

2. Tanaman Kapas


Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya

Page 3

Pendudukan Jepang atas Indonesia memiliki nilai yang sangat bermakna dan strategis dalam menghadapi sekutu. Dimana strategi Jepang mendasarkan seluruh kebijakannya pada kepentingan untuk memenangkan perang Asia Timur Raya. 

Tak hanya mengeksploitasi sumber daya manusia saja, melainkan juga sumber daya alamnya. Hal terpenting dari ekploitasi ini adalah untuk memenuhi kebutuhan perang. Seperti adanya kebijakan penyerahan wajib untuk menanam tanaman yang bisa menghasilkan bahan untuk mendukung perang. 

Apa saja tanaman yang wajib ditanam oleh rakyat Indonesia dan harus diserahkan ke Jepang, serta mengapa disebut istimewa tanaman tersebut? Pada artikel kali ini, kita akan membahas tanaman istimewa saat masa penjajahan Jepang, yaitu tanaman Jarak dan Kapas. Kita akan bahas satu persatu terkait kedua tanaman tersebut saat masa pendudukan Jepang.

1. Tanaman Jarak

Jarak memiliki berbagai jenis, sedangkan yang digunakan Jepang saat itu yaitu Jarak Pagar [ Jatropha curcas L.]. Jarak pagar adalah tanaman yang sudah lama dikenal masyarakat Indonesia sebagai pagar/pembatas jalan, tanaman obat [sakit gigi], dan penghasil minyak untuk lampu. Tanaman jarak pagar dapat tumbuh di daerah tropis dan sub tropis dengan kisaran curah hujan bervariasi antara 200-2000 mm/tahun. Tanaman jarak pagar dapat tumbuh pada semua jenis tanah, tetapi pertumbuhan yang lebih baik dijumpai pada tanah-tanah ringan atau lahan-lahan dengan drainase dan aerasi yang baik [terbaik mengandung pasir 60-90%]. Tanaman ini dapat pula dijumpai pada daerah-daerah berbatu, berlereng pada perbukitan atau sepanjang saluran air. 

Setelah kedatangan Jepang tanaman ini sangat istimewa dan diprioritaskan. Biji dari tanaman ini mengandung minyak yang dapat dijadikan bahan bakar pesawat terbang. Jumlah biji jarak yang mencapai 7.500 bisa digunakan untuk menerbangkan pesawat selama satu jam. Semakin meningkatnya kebutuhan akan tanaman jarak, maka dibentuklah badan yang bernama Senda Shokai yang bertanggung jawab mengenai tanaman jarak. Pada saat itu badan ini bertugas mengeluarkan selebaran dan famlet-famlet yang berisi anjuran kepada rakyat Indonesia untuk menanam Jarak. 

Lalu bawahan dari badan ini yaitu Jarak Shiidoin, bertugas memberikan penyuluhan dan bimbingan langsung mengenai penanaman jarak. Karena pada waktu itu terdapat keterbatasan lahan, dimana sebagian besar sudah ditanami tanaman pokok seperti padi. Maka solusinya adalah para rakyat dianjurkan menanam jarak diberbagai tempat yang memungkinkan bisa ditanami, seperti pinggir jalan ataupun halaman sekolah. Anjuran penanaman jarak disertai ancaman agar mencapai target. Dimana jika tidak mencapai target, para Kucho ataupun pejabat yang mengurusinya akan mendapatkan tekanan bahkan hukuman dari Jepang. 

Jika warga yang sudah bersedia menanam dan menyerahkan tanaman jarak maka akan dibayar dengan beberapa liter minyak tanah, bukan uang. Setiap 1 kg biji jarak akan mendapat 0.3 liter minyak tanah. Maksud dari penukaran biji jarak dengan minyak tanah yaitu agar rakyat Indonesia tidak menggunakan biji jarak sebagai alat penerangan rumah, dan untuk menggantikannya menggunakan minyak tanah. 

Menurut salah seorang narasumber yang saya wawancarai bernama Harso [81 th]. "Sudah lama dan terbiasa rakyat Indonesia menggunakan biji jarak sebagai alat penerangan rumah. Dengan cara pecahkan dahulu biji jarak agar terpisah dari kulit yang melapisinya, lalu isi bagian dalam dari biji jarak tersebut digerus dan dinyalakan. Maka jadilah lampu teng/lampu pelita yang menyala dengan bahan baku biji jarak," Ujarnya kepada saya, Rabu [26/05/2021].

Seiring dengan menipisnya ketersediaan minyak tanah dari Jepang, maka timbullah kecurangan dari pihak Jepang. Dimana rakyat Indonesia tetap wajib menyerahkan biji jarak, tetapi tidak mendapat imbalan minyak tanah. Maka dari sini dapat kita lihat bukti Jepang dalam mengeksploitasi sumber daya alam Indonesia salah satunya tanaman jarak, dan rakyat yang sudah bekerja keras menanamnya tidak mendapat imbalan.

2. Tanaman Kapas


Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya

Page 4

Pendudukan Jepang atas Indonesia memiliki nilai yang sangat bermakna dan strategis dalam menghadapi sekutu. Dimana strategi Jepang mendasarkan seluruh kebijakannya pada kepentingan untuk memenangkan perang Asia Timur Raya. 

Tak hanya mengeksploitasi sumber daya manusia saja, melainkan juga sumber daya alamnya. Hal terpenting dari ekploitasi ini adalah untuk memenuhi kebutuhan perang. Seperti adanya kebijakan penyerahan wajib untuk menanam tanaman yang bisa menghasilkan bahan untuk mendukung perang. 

Apa saja tanaman yang wajib ditanam oleh rakyat Indonesia dan harus diserahkan ke Jepang, serta mengapa disebut istimewa tanaman tersebut? Pada artikel kali ini, kita akan membahas tanaman istimewa saat masa penjajahan Jepang, yaitu tanaman Jarak dan Kapas. Kita akan bahas satu persatu terkait kedua tanaman tersebut saat masa pendudukan Jepang.

1. Tanaman Jarak

Jarak memiliki berbagai jenis, sedangkan yang digunakan Jepang saat itu yaitu Jarak Pagar [ Jatropha curcas L.]. Jarak pagar adalah tanaman yang sudah lama dikenal masyarakat Indonesia sebagai pagar/pembatas jalan, tanaman obat [sakit gigi], dan penghasil minyak untuk lampu. Tanaman jarak pagar dapat tumbuh di daerah tropis dan sub tropis dengan kisaran curah hujan bervariasi antara 200-2000 mm/tahun. Tanaman jarak pagar dapat tumbuh pada semua jenis tanah, tetapi pertumbuhan yang lebih baik dijumpai pada tanah-tanah ringan atau lahan-lahan dengan drainase dan aerasi yang baik [terbaik mengandung pasir 60-90%]. Tanaman ini dapat pula dijumpai pada daerah-daerah berbatu, berlereng pada perbukitan atau sepanjang saluran air. 

Setelah kedatangan Jepang tanaman ini sangat istimewa dan diprioritaskan. Biji dari tanaman ini mengandung minyak yang dapat dijadikan bahan bakar pesawat terbang. Jumlah biji jarak yang mencapai 7.500 bisa digunakan untuk menerbangkan pesawat selama satu jam. Semakin meningkatnya kebutuhan akan tanaman jarak, maka dibentuklah badan yang bernama Senda Shokai yang bertanggung jawab mengenai tanaman jarak. Pada saat itu badan ini bertugas mengeluarkan selebaran dan famlet-famlet yang berisi anjuran kepada rakyat Indonesia untuk menanam Jarak. 

Lalu bawahan dari badan ini yaitu Jarak Shiidoin, bertugas memberikan penyuluhan dan bimbingan langsung mengenai penanaman jarak. Karena pada waktu itu terdapat keterbatasan lahan, dimana sebagian besar sudah ditanami tanaman pokok seperti padi. Maka solusinya adalah para rakyat dianjurkan menanam jarak diberbagai tempat yang memungkinkan bisa ditanami, seperti pinggir jalan ataupun halaman sekolah. Anjuran penanaman jarak disertai ancaman agar mencapai target. Dimana jika tidak mencapai target, para Kucho ataupun pejabat yang mengurusinya akan mendapatkan tekanan bahkan hukuman dari Jepang. 

Jika warga yang sudah bersedia menanam dan menyerahkan tanaman jarak maka akan dibayar dengan beberapa liter minyak tanah, bukan uang. Setiap 1 kg biji jarak akan mendapat 0.3 liter minyak tanah. Maksud dari penukaran biji jarak dengan minyak tanah yaitu agar rakyat Indonesia tidak menggunakan biji jarak sebagai alat penerangan rumah, dan untuk menggantikannya menggunakan minyak tanah. 

Menurut salah seorang narasumber yang saya wawancarai bernama Harso [81 th]. "Sudah lama dan terbiasa rakyat Indonesia menggunakan biji jarak sebagai alat penerangan rumah. Dengan cara pecahkan dahulu biji jarak agar terpisah dari kulit yang melapisinya, lalu isi bagian dalam dari biji jarak tersebut digerus dan dinyalakan. Maka jadilah lampu teng/lampu pelita yang menyala dengan bahan baku biji jarak," Ujarnya kepada saya, Rabu [26/05/2021].

Seiring dengan menipisnya ketersediaan minyak tanah dari Jepang, maka timbullah kecurangan dari pihak Jepang. Dimana rakyat Indonesia tetap wajib menyerahkan biji jarak, tetapi tidak mendapat imbalan minyak tanah. Maka dari sini dapat kita lihat bukti Jepang dalam mengeksploitasi sumber daya alam Indonesia salah satunya tanaman jarak, dan rakyat yang sudah bekerja keras menanamnya tidak mendapat imbalan.

2. Tanaman Kapas


Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya

Video yang berhubungan

Bài Viết Liên Quan

Bài mới nhất

Chủ Đề