Tari saman merupakan tari tradisional yang berasal dari

Ragam budaya Indonesia tidak lepas dari latar belakang suku bangsa, ras, agama, bahasa, dan adat istiadat yang berkembang di setiap daerah. Keragaman tersebut menjadi ciri khas bangsa yang patut diketahui dan dilestarikan.

Kesenian tradisional merupakan keragaman budaya Indonesia. Bentuk kesenian tradisional sangat banyak, termasuk tari tradisional. Soedarsono dalam Pengantar Pengetahuan Tari menjelaskan elemen dasar dari tari adalah gerak dan ritmis. Seni tari adalah seni yang mengekspresikan nilai batin melalui gerak yang indah dari tubuh/fisik dan mimik.

Setiap suku bangsa di Indonesia memiliki tari daerah tersendiri. Tari Saman merupakan tari daerah yang terkenal. Tari Saman berasal dari daerah Gayo, Aceh. Tari Saman adalah tari dengan para penarinya begitu kompak bergerak sama antara satu dengan yang lain dan berimbang tanpa iringan musik.

Pada 24 November 2011, Tari Saman ditetapkan UNESCO [Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa] sebagai Daftar Representatif Budaya Takbenda Warisan Manusia dalam sidang ke-6 Komite Antar-Pemerintah untuk Perlindungan Warisan Budaya Tak Benda UNESCO di Bali.

Sejarah Tari Saman

Dalam buku Saman, Kesenian Tanah Gayo oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Kebudayaan [Puslitbangbud], saman merupakan tari tradisional masyarakat Gayo atau suku Gayo yang mendiami Kabupaten Gayo Lues, Kabupaten Aceh Tenggara, dan masyarakat Gayo yang berada di Kabupaten Aceh Timur [daerah Lukup atau Serbejadi].

Diperkirakan bahwa Saman adalah tarian daerah Gayo yang sudah dikenal jauh sebelum Indonesia menyatakan proklamasi. Dari buku Puslitbangbud, sebelum Belanda tiba di daerah Gayo, Tari Saman telah lebih dulu ada dan menjadi tarian yang biasa dilakukan oleh orang-orang Gayo khususnya laki-laki tua dan muda menurut penuturan orang-orang tua dahulu.

Advertising

Advertising

Menurut penuturan masyarakat, tari Saman berasal dari kesenian masyarakat Gayo pada masa itu yang bernama Pok Ane. Kesenian ini mengandalkan tepukan kedua tangan dan tepukan tangan ke paha sambil bernyanyi riang.

Tari Saman mulai populer di Aceh [di luar suku Gayo] pada tahun 1972, ketika Pekan Kebudayaan Aceh [PKA] ke-2 diadakan. Kepopuleran Tari Saman meningkat saat sekelompok penari Saman tampil dalam peresmian Taman Mini Indonesia Indah di Jakarta tahun 1974.

Baca Juga

Pada tahun 1975, Tari Saman kembali ditampilkan di Jakarta dalam rangka peringatan hari ulang tahun ke-30 RI. Tahun-tahun setelahnya, Tari Saman sering ditampilkan sebagai wakil Aceh beragam Festival Tari Rakyat.

Sejak diakui oleh UNESCO, kepopuleran tari saman terus meningkat. Sebuah acara bertajuk “10.001 Penari Saman” pada 13 Agustus 2017 mempertemukan hingga 12.262 penari Saman di Stadion Seribu Bukit di kota Blangkejeren, Gayo Lues, Aceh. Acara tersebut masuk dalam Museum Rekor Indonesia [MURI] untuk peserta Tari Saman terbanyak menurut situs resmi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Aceh.

Tari Saman biasanya ditampilkan pada acara-acara tertentu, seperti peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW. Tari Saman juga ditampilkan pada setiap acara rakyat, seperti pesta ulang tahun, pernikahan, atau perayaan lainnya. Tempat untuk Tari Saman biasanya dilakukan di rumah, lapangan, dan ada juga yang menggunakan panggung.

Jenis Tari Saman

TARI SAMAN MENUJU FESTIVAL INDONESIA CULTURE DI AUSTRALIA [ANTARA FOTO/Rahmad]

Dalam buku Upaya Pelindungan Warisan Budaya yang Telah Terdaftar dalam ICH UNESCO: Pengungkapan Arti Dan Makna Syair Tari Saman oleh Pusat Penelitian Kebijakan Pendidikan dan Kebudayaan, Tari Saman dibedakan dari cara dan tempat memainkannya.

Berikut ini 6 jenis Tari Saman:

1. Saman Jejunten

Saman jejunten adalah Tari Saman yang dilakukan oleh pemuda dengan cara berjuntai pada pohon kelapa yang sengaja ditebang. Jenis ini dilakukan pada malam hari sebelum tidur karena dahulu, kebiasaan pemuda Gayo tidak tidur di rumah melainkan di manah [lumbung padi].

Fungsi saman jejunten adalah sebagai hiburan para pemuda. Biasanya, para pemuda belajar dan menciptakan gerak dan syair baru atau mengingat gerak dan syair yang tidak dikuasai oleh teman-teman mereka.

Ciri-ciri saman jejunten ini adalah dimainkan oleh pemuda, tidak formal, komposisinya tidak ditentukan lebih dahulu, tidak memiliki tata tertib, dilakukan dengan berjuntai, dan dimainkan oleh kelompok kecil sesuai dengan kondisi tempat.

2. Saman Njik

Saman njik dimainkan sesuai dengan nama kegiatan yang dilakukan, yaitu menggirik padi dengan kaki. Para pemuda biasanya menari saman njik pada waktu istirahat dengan menggunakan gerakan yang sederhana dan nyanyian yang riang.

Tujuannya adalah sebagai pengisi waktu luang dan mengalihkan kejenuhan atau bisa juga sebagai latihan untuk menguasai gerakan-gerakan.Oleh sebab itu, dalam saman njik tidak ditentukan siapa ketua [penangkat] dan juga posisi-posisi lain.

Adapun ciri-cirinya adalah dimainkan oleh pemuda, dimainkan di pematang sawah [berjuntai] atau diatas tumpukan jerami, tidak memiliki tata tertib, posisi penari tidak ditentukan/diatur, biasanya lagu [gerakan] yang digunakan mudah dan rapi, dan tidak formal.

3. Saman Ngerje

Saman ngerje atau saman umah sara adalah Tari Saman yang tidak formal karena pelaksanaannya atas inisiatif pemuda-pemuda yang mengisi waktu luang dalam acara perkawinan dan dilaksanakan setelah man endet [makan bersama antara sukut sepangkalan dan tamu].

Biasanya pemuda yang sudah berkumpul tidak mau diam sehingga mereka mulai menari dan melantunkan syair-syair bernada gembira. Gerakan yang ditampilkan adalah gerakan sederhana dan mudah diikuti.

Ciri-ciri saman ngerje, antara lain: dimainkan oleh pemuda, komposisinya tidak ditentukan lebih dahulu, tidak formal, tidak memiliki tata tertib, gerakannya sederhana, dimainkan dengan duduk bersila, dan syair-syairnya bernada gembira.

Baca Juga

Bejamu saman adalah sebuah acara kesenian masyarakat Gayo. Acara ini dilakukan dengan mengundang masyarakat kampung lain agar datang untuk menampilkan Tari Saman secara bergantian.

Dalam pelaksanaannya, kedua kampung akan adu kehebatan tarian secara bergantian. Kampung yang pertama kali menari adalah kampung yang mengundang [sukut sepangkalan]. Sedangkan kampung yang diundang [jamu] akan meniru gerakan yang dimainkan oleh sukut sepangkalan.

Jenis ini bermula pada zaman dahulu di daerah Gayo tidak banyak hiburan sehingga bejamu saman merupakan sarana hiburan rakyat. Acara ini dapat menjalin tali silaturahmi antara masyarakat kedua kampung dan media komunikasi antara pemuda dan pemudi.

Dalam acara bejamu saman, gerakan dibuat sulit agar lawan tidak mudah mengikuti karena semakin sulit diikuti, semakin hebat. Para penari sebelumnya mempersiapkan gerakan dan latihan.

Kelompok pertama awalnya menampilkan gerakan yang sederhana dan rapi untuk menjajaki kemampuan lawan untuk mengikutinya. Seiring waktu, gerakan berubah cepat dan lebih sulit. Ciri-ciri bejamu saman memiliki tata tertib, gerakan [lagu], kunci gerak, syair, iramanya singkat, ada yang memerintah, penarinya harus ganjil, dan memiliki lawan.

5. Saman Bale Asam

Saman Bale Asam adalah jenis Tari Saman yang dilakukan saat siang hari saja. Jenis ini diadakan pada acara peringatan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia, Hari Raya Idul Fitri dan Hari Raya Idul Adha.

Dalam pelaksanaanya, panitia mengundang seluruh kampung sekitar untuk menampilkan Tari Saman. Setiap kampung akan memilih lawan untuk bertanding tanpa ditentukan oleh panitia penyelenggara.

6. Saman Pertunjukan

Saman pertunjukan ditampilkan pada acara-acara tertentu, misalnya acara penyambutan tamu-tamu dan acara lain yang dianggap penting. Saman pertunjukan biasanya fokus pada gerakan yang atraktif serta nyanyian yang indah dengan suara yang merdu. Gerakan tangan dalam Saman ini bukan gerakan yang sulit karena tidak dipertandingkan.

Gerakan Tari Saman

Tari Saman [kebudayaan.kemdikbud.go.id]

Tari Saman menggunakan gerak tangan, badan dan kepala. Keserasian dari ketiga unsur tersebut yang menjadikan ragam gerak tari Saman. Kaki para penari tetap bergeming pada tempat duduknya. Oleh sebab itu, Tari Saman hanya memiliki satu pola lantai saja, yaitu pola lantai garis lurus yang sejajar secara horizontal dari pandangan penonton.

Posisi penari duduk bersimpuh dengan berat badan bertumpu pada kedua kaki yang terlipat. Penari sejajar rapat hingga bahu bersentuhan. Gerakan Tari Saman terdiri dari gerak tangan, badan, dan kepala sehingga menghasilkan ragam gerak. Berikut penjelasannya.

1. Gerak Tangan

Ada beberapa kategori gerak tangan, yaitu:

  • Gerak tangan bertepuk dalam berbagai posisi seperti horizontal, bolak-balik seperti baling-baling.
  • Gerak kedua tangan berimpit dan searah.
  • Gerak ujung jari tengah dan jempol [induk jari] seakan mengambil sesuatu benda ringan, seperti memetik atau menjentik.

2. Gerak Badan

Pada unsur gerak badan terlihat antara lain:

  • Singkih, artinya miring [ke kiri dan ke kanan].
  • Lingang, artinya badan dalam posisi duduk melenggang kekanan, kedepan, kekiri, juga ke belakang.
  • Tungkuk, artinya membungkuk.
  • Langak, artinya telentang [badan melengkung ke belakang] lebih kurang 60 derajat.

3. Gerak Kepala

Gerak kepala meliputi:

  • Anguk atau mengangguk dalam tempo lambat dan cepat secara bergantian.
  • Girik artinya kepala berputar seperti baling-baling.

4. Ragam Gerak

Ragam gerak yang terdiri dari:

  • Gerak selalu [gerak seadanya] adalah gerak perpaduan tangan dengan gerak tangan bertepuk sederhana, bolak balik, dengan posisi badan duduk berlutut, yang mengayun lembut [kanan, kiri, depan, belakang], gerak ini terlihat pada awal penampilan.
  • Gerutup, yakni gerak dengan tepukan yang menggebu-gebu, menepuk dada, dan hempasan tangan ke paha, dengan posisi badan duduk berlutut atau berdiri diatas lutut.
  • Guncang atau goncang, yaitu gerak yang bergoncang dengan perpaduan gerak badan dan tepukan tangan pada dada dengan tempo cepat dan menggebu-gebu. Gerakan ini biasa terjadi pada posisi berlutut yang disebut guncang atas dan dalam posisi duduk yang disebut guncang rendah.
  • Surang-saring adalah pola gerak selang-seling atau bergantian baik untuk posisi atas [ke atas ke bawah], maupun selang-seling ke depan dan ke belakang, maupun pada gerak singkeh [miring ke kiri dan miring ke kanan]. Biasanya ada kesepakatan menetapkan nomor-nomor penari, misalnya nomor ganjil ke atas nomor genap ke bawah.

    Baca Juga

Demikian pembahasan tentang Tari Saman. Tari tradisional dari Aceh ini perlu dilestarikan sebagai salah satu ikon budaya Indonesia.

Video yang berhubungan

Bài Viết Liên Quan

Bài mới nhất

Chủ Đề