Yang termasuk ciri ciri tanaman patah tulang adalah

Tanaman Patah Tulang. /Instagram.com/@kebuneyangmama

PORTAL JEMBER - Tanaman Patah Tulang memiliki nama latin Euphorbia tirucalli. Tanaman ini berasal dari Angola hingga Zanzibar, namun tanaman ini dapat ditanam di seluruh daerah tropis dan subtropis.

Di Indonesia tanaman Patah Tulang ditanam sebagai tanaman hias di pot, tanaman obat, atau dibiarkan tumbuh liar di halaman. Tanaman Patah Tulang menyukai tempat terbuka dengan intensitas cahaya matahari yang banyak.

Tanaman Patah tulang masuk ke dalam jenis tumbuhan perdu yang tumbuh tegak. Tinggi tanaman Patah Tulang berkisar antara 2-6 meter.

Baca Juga: Menhub Putuskan Tes GeNose Jadi Syarat Naik Pesawat Mulai 1 April 2021 Mendatang

Dilansir PORTAL JEMBER dari berbagai sumber, tanaman Patah Tulang memiliki ranting yang berbentuk bulat silindris menyerupai pensil dan berwarna hijau. Setelah rantingnya tumbuh sejengkal, tanaman ini akan bercabang secara terus menerus, sehingga tampak seperti cabang yang patah-patah.

>

Selain itu tanaman Patah Tulang juga memiliki daun yang jarang serta jarak antar daunnya berselang-seling.

Selama ini Tanaman Patah Tulang dikenal mempunyai manfaat untuk menghilangkan cedera terkilir, bahkan bisa membantu menyembuhkan patah tulang.

Baca Juga: Tanggapi Kerumunan pada Kunjungan Jokowi, Benny K Harman: Luar Biasa, Rela Kena Covid Demi Melihat Jokowi

Selain itu tanaman Patah Tulang juga memiliki banyak manfaat pada getah, akar dan rantingnya. Manfaat dari Tanaman Patah Tulang antara lain:

Tanaman Patah Tulang [Putri Puspita]

Ini dia tanaman patah tulang, bukan tanaman yang sedang mengalami patah tulang ya, tetapi memang namanya tanaman patah tulang. Unik ya!

Yuk, simak ulasannya!

Namanya Tanaman Patah Tulang

Tanaman patah tulang atau yang bernama ilmiah Euphorbia tirucalli sebenarnya tumbuhan yang tidak asing lagi di Indonesia. Tumbuhan ini sering digunakan sebagai bahan obat-obatan tradisional.

Baca juga: Marshmallow, Camilan Manis yang Dulunya Dibuat dari Tanaman Obat

Tanaman ini tergolong tanaman perdu dengan tinggi sekitar 2 – 6 meter. Ciri khasnya adalah punya cabang yang banyak sekali dengan daun yang jarang-jarang. Tumbuhan ini kadang tampak tidak berdaun karena memang sifat daunnya yang sangat mudah rontok. Namun, tumbuhan ini tetap punya daun dan bunga, lo.

Suka Tempat Bercahaya

Tanaman patah tulang awalnya tersebar di wilayah tropis benua Afrika, dari Angola hingga Zanzibar. Lalu, menyebar ke banyak negara lainnya, termasuk Indonesia.

Baca juga: Bawang Putih, Tanaman Ajaib

Tanaman patah tulang dapat tumbuh dengan baik di dataran rendah sampai dataran dengan ketinggian 600 mdpl. Tanaman ini suka tempat terbuka yang terkena cahaya matahari langsung. Jika tempatnya sesuai, tanaman ini akan bisa tumbuh subur.

Page 2

Tanaman Patah Tulang [Putri Puspita]

Getahnya Beracun

Tanaman patah tulang punya keunikan lainnya, yaitu bisa mengeluarkan getah yang beracun. Nah, karena racun inilah, tidak banyak hama atau penyakit yang bisa mengganggu tumbuhan ini.

Jangan sampai kena mata, ya! Karena bisa menyebabkan kebutaan sementara. Lalu, jika tertelan bisa membuat mual-mual.

Baca juga: Daun Kelor Tumbuhan Asli Indonesia yang Kaya Manfaat 

Kaya Manfaat

Menurut penelitian tahun 2007 yang diterbitkan dalam buku Atlas Tanaman Obat, disebutkan berbagai kegunaan dari tanaman patah tulang. Salah satunya adalah untuk mengobati fraktur atau patah tulang, sesuai dengan namanya. Nah, untuk mengobati patah tulang sendiri, kita bisa menggosokkan getah tumbuhan ini pada kulit di atas tulang yang patah. Cara lainnya adalah dengan menggiling halus ranting patah tulang dan menempelkannya pada tulang yang patah kemudian dibalut. 

Bukan hanya patah tulang, tanaman ini juga bisa dimanfaatkan untuk meredakan masalah kesehatan lainnya. Hampir seluruh bagian tanaman patah tulang bisa dimanfaatkan untuk kesehatan. Mulai dari akar dan ranting, bisa untuk mengatasi gangguan lambung, nyeri saraf, dan sakit tulang. Lalu, batangnya bisa digunakan untuk menyembuhkan sakit kulit dan mati rasa pada area tangan dan kaki.

Penelitian terus dilakukan terhadap tanaman patah tulang ini. Beberapa hasil penelitian membuktikan bahwa tanaman ini bisa menjadi anti bakterial, antikarsinogen, antimikroba, mengatasi asma, batuk, rematik, hingga kanker. Waaah, banyak, ya, manfaatnya!

Teks dan Foto: Putri Puspita | Bobo.ID

Tanaman patah tulang [Euphorbia tirucalli L.]. Foto: wikimedia commons

Kalau Anda mengalami patah tulang, maka Anda dapat memanfaatkan tanaman ‘patah tulang’ sebagai solusi pengobatan tradisional. Contohnya saja di Kabupaten Yapen, Jayapura. Masyarakat setempat menggunakan tanaman patah tulang untuk mempercepat penyembuhan patah tulang. Mereka memanfaatkan seluruh bagian tanaman yang sudah ditumbuk dan dicampur minyak kelapa murni kemudian menempelkannya pada tulang yang patah.

Tanaman patah tulang [Euphorbia tirucalli L.] juga dikenal dengan nama kayu urip, susuru [Sunda], pacing tawa, tikel balung [Jawa], kayu jaliso, kayu leso, kayu langtolangan, kayu tabar [Madura], patah tulang [Sumatera]. Tanaman ini berasal dari wilayah Afrika tropis.

Tanaman ini menyenangi tempat terbuka, dimana banyak terkena cahaya matahari langsung. Mereka dapat ditemukan dari dataran rendah sampai ketinggian 600 m.

Di Indonesia, selain menjadi tanaman obat, patah tulang sering ditanam sebagai tanaman pagar, tanaman hias di pot atau dibiarkan tumbuh liar. Perdu yang tumbuh tegak ini mempunyai tinggi 2-6 m dengan pangkal berkayu, bercabang banyak, dan bergetah dengan warna getah seperti susu.

Bunga tanaman patah tulang merupakan bunga majemuk dan tersusun seperti mangkok. Foto: wikimedia commons

Ciri khas tanaman ini adalah tidak memiliki daun dan hanya tersusun atas batang-batang yang mirip tulang belulang. Patah tulang mempunyai ranting yang bulat silindris berbentuk pensil, beralur, dan berwarna hijau. Rantingnya setelah tumbuh sekitar satu jengkal akan segera bercabang dua yang letaknya melintang, demikian seterusnya sehingga tampak seperti percabangan yang terpatah-patah.

Daunnya jarang, berukuran kecil dan terdapat pada ujung ranting yang masih muda, bentuknya lanset dengan panjang 7-25 mm, dan mudah rontok. Bagian bunganya bertipe majemuk, tersusun seperti mangkuk, berwarna kuning kehijauan seperti ranting. Jika masak, buahnya akan pecah dan mengeluarkan biji-biji. Di Jawa tanaman ini jarang sekali berbunga, perbanyakan dilakukan dengan cara stek batang.

Secara empiris getah dari tanaman patah tulang memiliki manfaat mengobati luka akut, penyakit menular, tumor, serta memiliki aktifitas antibakteri yang dapat mencegah infeksi pada luka [Yi Q et al, 2017]. Tanaman ini mengandung getah asam [latex acid] dengan kandungan senyawa kimia seperti euphol, taraksasterol, lakterol, kutschuk [zat karet], alkaloid, tanin, flavonoid, steroid, triterpenoid, dan hidroquinon [Toana dan Nasir, 2010].

Bagian tanaman ini yang paling sering dimanfaatkan untuk obat adalah kulit batang, ranting dan akarnya. Uniknya, tanaman ini dianggap bisa mencegah tahi lalat tumbuh membesar. Caranya adalah dengan menggosok tahi lalat dengan air jeruk nipis, lalu olesi dengan getah patah tulang. Lakukan beberapa kali sehari dan jangan sampai terkena mata.

Getah tanaman ini berbahaya jika mengenai mata karena dapat menyebabkan kebutaan. Jika getahnya terkena mata sesegera mungkin mata dicuci dengan air kelapa atau santan [Arief, 2007]. Diimbau untuk melakukan konsultasi terlebih dahulu dengan pakar kesehatan atau ahli tanaman obat sebelum menjalani pengobatan tradisional dengan menggunakan tanaman ini.

Penulis: Sarah R. Megumi

Video yang berhubungan

Bài mới nhất

Chủ Đề