Apa saja ciri-ciri ulil albab orang yang berpikir itu?

Apa yang Dimaksud Dengan Ulul Albab? Berikut Ciri-ciri Orang yang Termaksuk Ulul Albab. /mucahityildiz/Pixabay

TRENGGALEKPEDIA.COM - Ulul Albab adalah mereka yang menggunakan akal pikirannya. Terlebih kepada orang yang menggunakan akal pikir sempurna dan logika yang sehat.

Pengertian Ulul Albab atau Ulil Albab adalah orang yang menggunakan akal pikirannya untuk mengenal siapa Allah, bagaimana keagungan-Nya, kesempurnaan Hikmak-Nya, dan pujian-Nya, keadilan dan rahmat-Nya yang begitu luas.

Sementara itu, kata Ulul Albab sendiri disebutkan didalam Al-Qur’an sebanyak 16  kali. Kata Ulul adalah bentuk jamak yang tidak memiliki mufrad [kata tunggal] – artinya ashab [pemilik].

Sedangkan kata Albab adalah bentuk jamak, dan memiliki 2 kata mufrad [kata tunggal]. Pertama mufrad nya adalah kata al-Labab yang artinya bagian dada binatang yang diikat tali agar pelana tidak lepas.

Kedua mufradnya adalah kata al-Lubb yang artinya inti dari segala sesuatu. Didalam Al-Qur’an Ulul Albab diterjemahkan orang yang berakal.

>

Orang yang berakal sebagaimana yang dimaksud didalam Al-Qur’an ini bukan merupakan orang yang menggunakan akal pikiranya untuk berpikir tenyang syariat.

Baca Juga: Doa Berbuka Puasa Senin dan Kamis Bahasa Arab dan Latin Lengkap dengan Artinya

Pada dasarnya Ulul Albab merupakan orang-orang yang menggunakan akal pikirannya menuju syariat agama.

Termasuk kearah kebaikan sesuai dengan aturan-aturan yang ada di agama Islam semata-mata hanya untuk beribadah kepada Allah ta’ala.

Jakarta -

Ulil Albab merupakan suatu konsep tentang akal berpikir manusia. Konsep ini juga dijelaskan dalam Al Quran sebanyak 16 kali.

Memahami makna Ulil Albab dapat dimulai dengan memperhatikan firman Allah SWT dalam Q.S Ali Imran ayat 190-191 sebagai berikut,

إِنَّ فِى خَلْقِ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضِ وَٱخْتِلَٰفِ ٱلَّيْلِ وَٱلنَّهَارِ لَءَايَٰتٍ لِّأُو۟لِى ٱلْأَلْبَٰبِ [190]ٱلَّذِينَ يَذْكُرُونَ ٱللَّهَ قِيَٰمًا وَقُعُودًا [191] وَعَلَىٰ جُنُوبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُونَ فِى خَلْقِ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضِ رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هَٰذَا بَٰطِلًا سُبْحَٰنَكَ فَقِنَا عَذَابَ ٱلنَّارِ

Artinya: "Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, [yaitu] orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi [seraya berkata]: "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka." [Q.S Ali Imran: 190-191].

Menurut tafsir Kemenag, turunnya ayat tersebut merupakan sebuah perintah untuk senantiasa memikirkan segala kekuasaan Allah SWT termasuk penciptaan langit dan bumi beserta seluruh isinya. Ayat tersebut ditujukan kepada orang-orang yang berakal [Ulil Albab].

Lebih lanjut, dalam tafsir tersebut dikatakan bahwa memikirkan penciptaan langit dan bumi, pergantian siang dan malam menjadi tantangan tersendiri bagi kaum intelektual yang beriman. Tuhan tidak menciptakan alam semesta dengan sia-sia melainkan ada hikmah di balik penciptaan-Nya.

Diceritakan dalam hadits yang diriwayatkan Aisyah ra, pada waktu subuh saat Bilal bin Rabah sudah mengumandangkan adzan, namun Rasulullah SAW tak kunjung datang ke masjid. Bilal pun bergegas menuju rumah Rasulullah SAW dan mendapati Rasulullah SAW sedang menangis tersedu-sedu seraya berdoa.

Bertanyalah Bilal kepada Rasulullah SAW, "Wahai Rasulullah! Mengapakah Rasulullah menangis, padahal Allah telah mengampuni dosa Rasulullah baik yang terdahulu maupun yang akan datang?"

Nabi menjawab, "Apakah aku ini bukan seorang hamba yang pantas dan layak bersyukur kepada Allah? Dan bagaimana aku tidak menangis? Pada malam ini Allah telah menurunkan ayat kepadaku."

Selanjutnya beliau berkata, "Alangkah rugi dan celakanya orang-orang yang membaca ini dan tidak memikirkan dan merenungkan kandungan artinya."

Perenungan akan kebesaran dan kekuasaan Allah SWT merupakan berkat hikmah yang dikaruniakan Allah SWT kepada hamba-Nya. Sebagaimana diterangkan dalam Q.S Al Baqarah ayat 269 sebagai berikut:

يُؤْتِى ٱلْحِكْمَةَ مَن يَشَآءُ ۚ وَمَن يُؤْتَ ٱلْحِكْمَةَ فَقَدْ أُوتِىَ خَيْرًا كَثِيرًا ۗ وَمَا يَذَّكَّرُ إِلَّآ أُو۟لُوا۟ ٱلْأَلْبَٰبِ

Artinya: "Allah menganugerahkan al hikmah [kefahaman yang dalam tentang Al Quran dan As Sunnah] kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barangsiapa yang dianugerahi hikmah, ia benar-benar telah dianugerahi karunia yang banyak. Dan hanya orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran [dari firman Allah]."

Toto Tasmara dalam bukunya yang berjudul Menuju Muslim Kaffah memaknai Ulil Albab sebagai refleksi yang didalamnya mengandung potensi pikir dan zikir. Menurutnya, Ulil Albab adalah sosok manusia yang bijak [the man of wisdom]. Mereka adalah orang yang sadar tentang ruang dan waktu serta konsisten terhadap Allah SWT.

Dikutip dari Jurnal Sigma-Mu, Waway Qodratulloh menjelaskan, kata Ulul Albab terdiri dari dua suku kata, uluu atau ulii yang artinya memiliki dan al-albab sebagai bentuk jamak dari lubb yang artinya bagian penting dari sesuatu.

Dalam konsep sederhana, Ulil Albab diartikan sebagai orang yang berakal atau berfikir. Sementara itu, dalam konsep luas, Ulil Albab merupakan orang yang senantiasa menggunakan akal dan pikirannya untuk senantiasa mengingat segala ciptaan Allah SWT dalam rangka meningkatkan keimanan kepada-Nya.

Ulil Albab juga bisa diartikan sebagai orang-orang yang hatinya tergugah dengan sendirinya. Dalam konteks kehidupan sosial, orang-orang ini adalah mereka yang tanpa instruksi namun sudah tergugah hatinya untuk membimbing masyarakat menuju kehidupan yang lebih baik.

Terdapat berbagai macam definisi dan ciri-ciri tentang Ulil Albab yang dijelaskan dalam ayat Al Quran. Salah satunya seperti yang terdapat dalam Q.S Ali Imran ayat 7, Ulil Albab dimaksani sebagai seseorang yang memiliki pengetahuan luas, klarifikatif, dan verifikatif.

Selain itu, orang yang termasuk dalam golongan ini mampu meninggalkan sikap tercela dan menjadikan kedekatan dengan Tuhannya sebagai sumber kekuatan yang utama.

Itulah arti Ulil Albab. Memaknai Ulil Albab merupakan salah satu bentuk keimanan kepada Allah SWT.

[nwy/nwy]

Anas Ma’ruf. Sos saat memberikan materi Ke-Islaman pada DAD ke-VIII PK IMM Abu Hanifah Umla [Agus Eswandi/PWMU.CO]

Inilah Ciri-Ciri Ulul Albab, Liputan Abu Jauhar kontributor PWMU.CO Lamongan

PWMU.CO – Golongan Ulul Albab yang tidak akan tersesat, karena akal manusia memiliki keterbatasan disampaikan Ketua Pimpinan Cabang Pemuda Muhammadiyah [PCPM] Paciran Anas Ma’ruf SSos.

Dalam acara Darul Arqam Dasar [DAD] ke-VIII yang digelar Pimpinan Komisariat Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah Universitas Muhammadiyah Lamongan [Umla] bertempat di Aula Panti Asuhan Ponpes Karangasem Paciran, Senin-Rabu [14-16/3/22] ini Kepala MAM 11 Lamongan ini memberikan materi dengan tema KeIslaman.

Dia mengatakan akal adalah kemampuan dasar yang dimiliki manusia untuk memperoleh pengetahuan yang berfungsi sebagai pembeda antara manusia dengan makhluk lainnya untuk memahami syariat Allah SWT. Sedangkan wahyu atau hidayah adalah pemberitahuan Allah SWT kepada orang yang dipilih dari beberapa hamba-Nya yang berfungsi sebagai petunjuk bagi akal manusia agar tidak tesesat.

“Semoga kita tergolong hamba yang Ulul albab yaitu orang memiki akal dan senantiasa mendapat hidayah dari Allah SWT,” ujarnya.

Konsep Ulul Albab

Anas, sapaan akrabnya, mengajak kepada kader IMM dan peserta DAD ke-VIII ini untuk senantiasa mentadabburi surat Ali Imran ayat 190-191 agar memahami tentang pengertian dan ciri-ciri ulul albab. Dalam kandungan surat tersebut menjelaskan, pertama penciptaan langit dan bumi serta pergantian malam dan siang merupakan tanda kekuasaan Allah SWT.

“Kedua, tanda kekuasaan Allah SWT di alam semesta ini hanya diketahui oleh ulul albab. Ketiga, Ulul albab adalah orang yang berdzikir dan berpikir. Dia selalu ingat kepada Allah SWT dalam segala kondisi dan ia juga mempergunakan akalnya untuk memikirkan penciptaan alam semesta,” jelasnya.

Keempat, tafakkur atau berpikir yang benar akan mengantarkan pada kesimpulan Allah SWT menciptakan sesuatu tidak ada yang sia-sia. Semuanya benar, semuanya bermanfaat. Kelima, tafakkur atau berpikir yang benar juga melahirkan kedekatan kepada Allah SWT dan memperbanyak doa kepada-Nya.

Ciri-ciri Ulul Albab

Anas mengungkapkan ciri Ulul Albab, pertama orang yang memiliki pemikiran dan pemahaman yang benar. Menerima ayat-ayat Allah SWT dengan tanpa adanya keraguan. Kedua, Senantiasa menggunakan akalnya untuk mentadabburi, mengobservasi, memikirkan, menghayati dan mengintropeksi adanya sesuatu yang telah diciptakan Allah SWT.

Selain itu, sambungnya, juga menyinggung sesungguhnya tugas dan tujuan penciptaan manusia adalah untuk beribadah kepada Allah SWT.

“Oleh sebab itu dengan diberikan akal dan hidayah kepada manusia, maka konsekuensinya adalah ilmu pengetahuan dan iman seseorang harus semakin kokoh,” tandasnya. [*]

Co-Editor Ichwan Arif Editor Muhammad Nurfatoni.

Olimpiade Akuntansi Umla, Inilah Juaranya

Video yang berhubungan

Bài mới nhất

Chủ Đề