Apa yang dimaksud dengan cogs

Mungkin Anda tidak asing mendengar istilah HPP atau harga pokok penjualan. Dalam bahasa Inggris, istilah HPP mengacu pada cost of goods sold atau COGS. Pada dasarnya, HPP adalah salah satu unsur penting dalam pencatatan laporan keuangan perusahaan. Sebagai contoh, HPP atau COGS adalah komponen penting di dalam laporan laba rugi untuk memperoleh jumlah laba kotor perusahaan, yaitu dengan mengurangi net sales dengan COGS.

HPP atau COGS banyak bercerita tentang biaya-biaya yang terlibat di dalam proses produksi, ini mencakup untuk perusahaan manufaktur, perusahaan dagang, dan perusahaan jasa. Hanya saja, perlu ada penyesuaian dalam konteks “produksi” untuk masing-masing jenis perusahaan. Bagi Anda pemilik bisnis makanan dan minuman atau bisnis apapun, memahami harga pokok penjualan [cost of goods sold] sangat berguna untuk mengukur biaya-biaya yang terlibat dalam produksi dan tingkat keuntungan yang ingin dicapai. Untuk lebih jelas, berikut penyajian makalah atau materi HPP.

Pengertian HPP atau COGS

Apa itu HPP atau COGS? HPP adalah singkatan dari harga pokok penjualan, sedangkan arti atau kepanjangan COGS adalah cost of goods sold. Baik HPP maupun COGS merupakan dua hal yang sama. Pengertian HPP menurut para ahli dapat didefinisikan sebagai biaya produk [inventoriable cost] yang menjadi beban periode hanya pada saat produk tersebut dijual; sama dengan persediaan awal ditambah harga pokok pembelian [cost of goods purchased] atau produksi dikurangi persediaan akhir [Horne & Wachowicz, 2009]. Secara sederhana, definisi harga pokok penjualan adalah semua biaya langsung [direct cost] yang digunakan untuk memproduksi produk yang akan dijual.

Komponen HPP atau COGS

Harga pokok penjualan [HPP] atau cost of goods sold [COGS] menunjukkan biaya produksi yang sebenarnya dari produk yang dijual perusahaan selama periode tersebut. Dengan kata lain, komponen HPP atau COGS terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja [labor costs] yang berkaitan dengan produksi, dan biaya overhead pabrik yang berkaitan dengan produk yang dijual. Sedangkan beban penjualan, umum, dan administrasi serta beban bunga akan ditampilkan secara terpisah dari harga pokok penjualan karena dianggap sebagai beban periode daripada biaya produk.

Baca juga: Konsep dan Jenis-jenis Biaya

Bagi perusahaan manufaktur, beban penyusutan [depreciation expense] umumnya dianggap sebagai salah satu komponen dari harga pokok produksi atau cost of goods manufactured yang kemudian menjadi bagian dari harga pokok penjualan atau cost of goods sold. Bagi perusahaan dagang, seperti grosir [wholesaler] dan pengecer [retailer], beban penyusutan secara umum dicatat secara terpisah sebagai beban periode lain [seperti beban bunga] di bawah angka laba kotor [gross profit]. Ingatlah bahwa beban penyusutan atau depresiasi didasarkan pada biaya historis [historical costs], yang di dalam suatu periode inflasi mungkin tidak sesuai dengan biaya ekonomi [economic costs].

Seandainya Informasi Pembelian Tidak Tersedia

Bagaimana jika informasi pembelian perusahaan tidak tersedia? Suatu pihak dapat menggunakan “harga pokok penjualan [HPP] ditambah [atau dikurangi] setiap kenaikan [atau penurunan] persediaan [inventories]”. Ini hanya memungkinkan digunakan oleh perusahaan dagang, seperti department store yang menjual barang eceran. Sebagai contoh, bagi perusahaan dagang, jika informasi pembelian tidak tersedia, perusahaan dapat menggunakan proksi cost of goods sold [COGS] + perubahan persediaan.

Sedangkan bagi perusahaan manufaktur, perhitungan HPP [harga pokok penjualan] ditambah dengan “perubahan persediaan” tidak menjadi proksi yang ideal. Pasalnya, perusahaan manufaktur [produsen] memiliki nilai tambah [value added] yang relatif cukup besar terhadap produk sehingga sangat dibutuhkan informasi terkait pembelian secara “real” [Horne dan Wachowicz, 2009].

Rumus dan Perhitungan HPP atau COGS

Bagaimana cara menghitung HPP atau harga pokok penjualan perusahaan?

Rumus HPP = persediaan awal + pembelian bersih – persediaan akhir.

Untuk menghitung HPP secara sederhana, Anda perlu memahami lebih lanjut rincian komponen utama HPP atau COGS tersebut.

  1. Persediaan Awal. Ini merupakan persediaan barang pada awal periode tahun. Untuk melihat jumlah persediaan awal, Anda dapat menemukan di dalam neraca saldo periode berjalan atau juga bisa ditemukan di dalam neraca awal perusahaan periode sebelumnya.
  2. Persediaan Akhir. Ini merupakan persediaan barang pada akhir periode tahun berjalan. Untuk melihat jumlah persediaan akhir, Anda dapat menemukan di dalam penyesuaian perusahaan akhir periode.
  3. Pembelian Bersih. Ini merupakan total pembelian barang [mencakup pembelian barang secara tunai dan kredit] dan ditambah dengan biaya angkut serta dikurangi potongan pembelian dan retur pembelian.

Berikut contoh perhitungan HPP [harga pokok penjualan] atau COGS [cost of goods sold] perusahaan secara sederhana.

Harga Pokok Penjualan

Persediaan awal 10,000,000
Pembelian Bersih:
1. Pembelian barang 15,000,000
2. Beban Angkut Pembelian 500,000
3. Retur Pembelian -1,500,000
4. Potongan Pembelian -1,000,000
Total Pembelian Bersih 13,000,000
Barang Tersedia untuk Dijual 23,000,000
Persediaan Akhir 5,000,000
HPP 18,000,000

Pada dasarnya, elemen atau komponen di dalam perhitungan HPP [harga pokok penjualan] setiap perusahaan bisa berbeda. Mungkin ada beberapa elemen yang tersedia seperti halnya contoh HPP atau COGS di atas, sedangkan beberapa elemen lain mungkin tidak tersedia untuk perusahaan lain, misalnya tidak ada retur pembelian atau potongan pembelian. Dengan kata lain, perhitungan COGS sangat fleksibel untuk berbagai jenis perusahaan, sebagai contoh: HPP perusahaan manufaktur, perusahaan dagang, dan perusahaan jasa. Tinggal menyesuaikan saja.

Selain itu, cara menghitung harga pokok penjualan atau HPP juga penting untuk dikuasai secara komperehensif. Pasalnya, nilai COGS akan berkaitan langsung dengan data di dalam laporan keuangan perusahaan, khususnya laporan laba rugi [income statement]. Dengan perhitungan dan pencatatan HPP yang benar, maka nilai HPP di dalam laporan keuangan menjadi lebih akurat dan dapat dipertanggung jawabkan. Dengan demikian, pihak-pihak berkepentingan dapat mengambil keputusan strategis tertentu.

Rasio Keuangan dan HPP

Apa hubungan rasio keuangan perusahaan dengan harga pokok penjualan [HPP]? Pastinya, HPP atau COGS merupakan salah satu elemen penting di dalam perhitungan rasio keuangan perusahaan. Namun, ini hanya untuk rasio keuangan tertentu saja, yaitu sebagai berikut.

  1. Rasio Aktivitas, digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam mengelola aset untuk menghasilkan keuntungan [profit]. Rasio aktivitas terdiri dari 4 [empat] jenis, salah satunya menggunakan HPP atau COGS sebagai elemen perhitungan, yaitu pada Rasio Perputaran Persediaan [Inventory Turnover Ratio].
  2. Rasio Siklus Operasi, digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam mengonversi persediaan [inventory] menjadi uang tunai [cash]. Dengan kata lain, berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk mengubah persediaan menjadi kas.
  3. Rasio Profitabilitas, digunakan untuk mengukur kemampuan [ability] suatu perusahaan dalam menghasilkan laba bersih dari aktivitas penjualan atau investasi. Secara umum, ada 6 [enam] jenis rasio profitabilitas, namun hanya dua jenis rasio yang melibatkan HPP atau COGS sebagai elemen perhitungan, yaitu pada rasio Gross Profit Margin [GPM] dan Operating Profit Margin [OPM].

Rasio Aktivitas dan HPP

Salah satu jenis rasio aktivitas yang menggunakan HPP sebagai perhitungan dasar yaitu rasio perputaraan persediaan [inventory turnover ratio].

a. Inventory turnover ratio

Rasio ini dihitung dengan cara membandingkan HPP atau COGS  dengan persediaan [inventory]. Menurut Fabozzi dan Drake [2009], inventory turnover ratio mengindikasikan seberapa cepat persediaan mampu dijual atau diubah menjadi kas.

Rumus Inventory Turnover Ratio = Harga Pokok Penjualan / Inventory

Contoh perhitungan pada PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk [ICBP] per Desember 2020 [dalam jutaan rupiah]. Diketahui, HPP atau COGS = 29.416.673, dan persediaaan = 4.586.940. Dengan demikian,

Inventory Turnover Ratio = 29.416.673 / 4.586.940

Inventory Turnover Ratio = 6,4 kali [x]

Selengkapnya baca di sini: Cara Analisis dan Interpretasi Rasio Aktivitas

b. Days of inventory on hand [DOH]

Anda juga bisa menghitung persediaan [inventory] yang dapat dijual dalam periode harian dengan menggunakan perhitungan days in inventory atau istilah lebih populer yaitu days of inventory on hand [DOH].

DOH = 365 / Inventory Turnover

DOH = 57 hari

Nilai inventory turnover tinggi dan days of inventory on hand [DOH] kecil dapat mengindikasikan persediaan barang [inventory stock] perusahaan yang rendah relatif terhadap beban pokok penjualan alias harga pokok penjualan [cost of goods sold]. Untuk mencapai inventory yang rendah, perusahaan dapat menerapkan sistem produksi Just in Time.

Rasio Siklus Operasi dan HPP

Secara umum, pengertian siklus operasi atau operating cycle adalah jumlah waktu [hari] yang dibutuhkan untuk mengonversi semua persediaan [inventory] menjadi uang tunai [cash]. Ini merupakan periode antara perolehan barang dan realisasi penjualan [kas].

Rasio siklus operasi sebenarnya tidak jauh berbeda dengan inventory turnover. Perbedaannya hanya pada cara perhitungan saja, tetapi akan dihasilkan nilai dengan makna yang sama. Ini bisa masuk ke dalam kategori rasio aktivitas namun juga dapat menjadi metrik likuiditas perusahaan, khususnya dalam persediaan. Itu karena likuiditas perusahaan tergantung pada siklus operasinya [Fabozzi dan Drake, 2009].

Hubungan antara siklus operasi dengan likuiditas adalah semakin panjang siklus operasi perusahaan, semakin banyak aset lancar [current assets] yang dibutuhkan relatif terhadap utang lancar [current liabilities]. Ini membutuhkan waktu yang lebih lama untuk mengubah persediaan dan piutang menjadi kas. Dengan kata lain, semakin panjang siklus operasi perusahaan, semakin besar modal kerja bersih [net working capital] yang diperlukan.

Lalu, apa hubungan siklus operasi [operating cycle] dengan harga pokok penjualan [HPP] atau cost of goods sold [COGS]? Setidaknya ada dua hal penggunaan HPP atau COGS di dalam rasio siklus operasi, yaitu untuk mencari [1] average day’s cost of goods sold dan [2] days sales in inventory.

a. Average day’s cost of goods sold

Untuk menghitung average day’s cost of goods sold atau harga pokok penjualan hari rata-rata, formula atu rumus yang digunakan yaitu dengan membandingkan nilai HPP atau COGS dengan jumlah hari dalam setahun, dalam hal ini 365 hari.

Average day’s cost of goods sold = COGS / 365

Sebagai contoh, sampel pada PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk [ICBP] yang merupakan salah satu perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia [BEI]. Kami menggunakan data laporan keuangan per Desember 2020 [dalam jutaan]. Diketahui: COGS atau HPP Indofood adalah IDR 29.416.673. Dengan demikian,

Average day’s cost of goods sold = 29.416.673 / 365

Average day’s cost of goods sold = 80.594 per hari

Nilai ini mengindikasikan bahwa beban pokok penjualan atau harga pokok penjualan Indofood sebesar Rp80.594 per hari.

b. Days sales in inventory [DSI]

Kemudian, diketahui jumlah persediaan [inventory] akhir tahun 2020 dari Indofood yaitu sebesar IDR 4.586.940. Lalu, berapa waktu yang dibutuhkan dalam hitungan hari agar persediaan tersebut terjual semuanya? Maka, dapat menggunakan perhitungan days sales in inventory atau DSI yang juga dikenal sebagai jumlah hari persediaan.

DSI = Inventory / Average day’s cost of goods sold

DSI = 4.586.940 / 80.594

DSI = 57 hari

Dengan demikian, dari total persediaan Indofood yang tersedia pada akhir tahun 2020, untuk dapat menjual semua persediaan, dibutuhkan waktu selama 57 hari atau hampir dua bulan.

Coba Anda perharikan nilai DSI dan days in inventory pada perhitungan rasio aktivitas sebelumnya. Hasil yang diperoleh sama-sama 57 hari. Artinya, tidak ada perbedaan sama sekali, yang berbeda hanya cara perhitungan saja.

Cara interpretasi days sales in inventory atau DSI yaitu semakin kecil nilai DSI, semakin ideal bagi perusahaan karena menunjukkan lebih sedikit waktu [hari] yang dibutuhkan untuk mengubah persediaan menjadi kas. Cara analisis DSI harus tepat sasaran. Maksudnya, nilai DSI setiap industri mungkin bervariasi sehingga analisis DSI lebih ideal dengan menggunakan industry comparison. Ini merupakan perbandingan nilai rasio suatu perusahaan dengan industri di mana mereka berada, sehingga lebih apple-to-apple.

Belajar di sini: Cara Analisis dan Interpretasi Rasio Keuangan

Selain itu, rasio siklus operasi juga digunakan untuk menghitung siklus piutang dagang perusahaan yang mana produk dijual secara kredit.

  • Average credit sales per day. Ini dihitung dengan rumus = credit sales / 365.
  • Days sales outstanding [DSO]. Ini dihitung dengan rumus = account receivable / average credit sales per day.

Setelah mendapatkan nilai DSO, kita dapat mencari total siklus operasi [operating cycle] perusahaan dengan menggunakan rumus atau formula berikut ini.

Operating cycle = DSI + DSO

Akuntansi untuk HPP

Ada dua standar dan acuan dalam penerapan akuntansi, yaitu Generally Accepted Accounting Principles atau GAAP dan Financial Reporting Standards atau IFRS. GAAP menyediakan 3 [tiga] metode yang dapat digunakan untuk akuntabilitas persediaan, yaitu sebagai berikut:

  1. First in, first out [FIFO];
  2. Last in, first out [LIFO]; dan
  3. Weighted-average cost method

Sedangkan IFRS tidak mengizinkan penggunaan metode LIFO. Keduanya memiliki perbedaan dan persamaaan.

Perbedaan antara GAAP dan IFRS sebagai berikut:

  • GAAP hanya digunakan oleh perusahaan di United States [USA], sedangkan IFRS digunakan oleh sebagian besar negara di dunia.
  • GAAP mengizinkan FIFO, LIFO, dan weighted average, sedangkan IFRS melarang LIFO.
  • IFRS memungkinkan sejumlah pembalikan inventaris atau persediaan, sedangkan GAAP tidak.

Kesamaan antara GAAP dan IFRS sebagai berikut:

  • Biaya persediaan mencakup semua direct cost yang berkaitan dengan produksi barang yang siap dijual, mencakup biaya bahan baku, tenaga kerja, dan overhead.
  • GAAP dan IFRS sama-sama mengecualikan beban penjualan dan administrasi umum.
  • IFRS mengajukan bahwa persediaan dicatat pada biaya lebih rendah [nilai realisasi bersih], sedangkan GAAP mensyaratkan persediaan dilakukan dengan biaya atau nilai pasar lebih rendah.

Contoh Soal Menghitung HPP dengan Berbagai Metode

Berdasarkan metode FIFO, harga pokok penjualan atau HPP terdiri dari unit persediaan jadi yang terlebih dahulu diproduksi, sehingga terdiri dari biaya yang terlebih dahulu dikeluarkan. Berdasarkan metode LIFO, cost of goods sold atau COGS terdiri dari unit persediaan jadi yang diproduksi terakhir, sehingga terdiri dari biaya terbaru.

Sebagai contoh kasus, asumsi invesnesia membeli bahan atau material untuk memproduksi 5 [lima] unit barang. Empat unit pertama memiliki harga 100.000 untuk diproduksi. Kemudian, terjadi kenaikan harga material sehingga satu unit sisanya memiliki harga 150.000 untuk diproduksi. Pada periode selanjutnya, invesnesia berhasil menjual 4 [empat] unit barang.

  • Menghitung HPP dengan Metode FIFO

Dengan menggunakan metode FIFO, perhitungan HPP atau COGS untuk empat unit pertama yaitu 100.000 x 4 unit = 400.000.

  • Menghitung HPP dengan Metode LIFO

Dengan menggunakan metode LIFO, perhitungan HPP atau COGS untuk empat unit yaitu [150.000 x 1] + [100.000 x 3] = 450.000.

  • Menghitung HPP dengan Metode Weighted Average

Perhitungan dengan metode rata-rata tertimbang atau weighted average, langkah pertama yang dilakukan yaitu mencari nilai “harga pokok per unit barang yang tersedia untuk dijual.” Ini dapat dihitung dengan membagi antara “harga pokok barang yang tersedia untuk dijual” dengan “jumlah unit tersedia untuk dijual”. Dalam hal ini, maka:

Harga pokok per unit = [100.000 + 100.000 + 100.000 + 150.000] / 4

Harga pokok per unit = 112.500

Setelah memperoleh harga pokok per unit barang, untuk mencari harga pokok penjualan [HPP] dengan metode rata-rata tertimbang, maka dapat rumus HPP rata-rata tertimbang yaitu sebagai berikut.

HPP rata-rata tertimbang = harga pokok per unit x unit yang tersedia untuk dijual

HPP rata-rata tertimbang = 112.500 x 4 unit

HPP rata-rata tertimbang = 450.000

Contoh HPP atau COGS pada Laporan Laba Rugi

Seperti yang dijelaskan, COGS atau HPP adalah komponen utama di dalam laporan laba rugi atau income statement, khususnya untuk mencari laba bruto [gross profit] suatu perusahaan. Ini dihasilkan dengan perhitungan penjualan [sales] dikurangi dengan beban pokok penjualan atau cost of goods sold. Untuk lebih jelas, berikut invesnesia berikan contoh HPP atau COGS di laporan laba rugi Indofood.

Simpulan

Setiap bisnis penting untuk melacak dan memahami harga pokok penjualan atau HPP. Tidak ada batasan untuk menggunakan cost of goods sold atau COGS. Itu dapat dilakukan untuk perusahaan manufaktur, baik yang memproduksi makanan, minuman, atau produk lainnya; perusahaan dagang; dan perusahaan jasa. Namun, untuk perusahaan jasa, istilah perhitungan HPP lebih mengacu pada biaya layanan atau cost of services [COS].

Nah, dengan memahami cara menghitung HPP atau COGS yang tepat, setiap bisnis akan mampu memaksimalkan profit, pastinya, juga membantu dalam pencatatan di laporan laba rugi dengan tepat dan akurat. Dengan demikian, pelaku bisnis dapat menganalisis laporan keuangan dengan data uang akurat sehingga diharapkan mampu mengambil keputusan strategis.

Well, itulah makalah atau materi tentang apa itu harga pokok penjualan atau cost of goods sold mencakup pengertian, komponen, rumus, perhitungan, kaitannya dengan rasio keuangan, akuntansi untuk HPP, dan contoh HPP atau COGS pada laporan laba rugi. Sekian dan terima kasih telah membaca artikel kami. Semoga bermanfaat!

Video yang berhubungan

Bài mới nhất

Chủ Đề