Bagaimana cara beradaptasi kelelawar yang mencari makanan pada malam hari?

Lihat Foto

Dok. Shutterstock

Ilustrasi kelelawar buah.

KOMPAS.com - Setiap makhluk hidup punya ciri khusus yang membedakannya dengan spesies lain.

Salah satunya kelelawar dengan beberapa ciri yang unik. Tahukah kamu apa saja ciri-ciri khusus kelelawar?

Berikut seperti dirangkum dari Encyclopaedia Britannica [2015]!

Bisa terbang

Kelelawar termasuk mamalia atau hewan menyusui. Hewan menyusui biasanya tak bisa terbang.

Kelelawar adalah satu-satunya mamalia yang memiliki sayap.

Sayap kelelawar berupa kulit dengan jaringan yang kuat. Ini mengapa kelelawar bisa terbang dengan baik seperti burung.

Baca juga: Ciri-ciri dan Jenis Hewan Vertebrata

Hewan nokturnal

Kelelawar merupakan hewan nokturnal. Hewan nokturnal adalah hewan yang melakukan aktivitas di malam hari dan istirahat di siang hari.

Pada malam hari, sebagian besar kelelawar makan serangga. Sebagian lainnya ada yang makan burung, tikus, ikan, darah mamalia besar, dan buah-buahan.

Kemampuan ekolokasi

Selain karena gelap, penglihatan kelelawar memang buruk.

Kelelawar mengandalkan pendengarannya ketika berburu. Pendengarannya sangat tajam.

Baca juga: Bagian Mata dan Fungsinya

Kelelawar. Foto: shutterstock.com

Kelelawar sering kali dikaitkan sebagai pembawa penyakit zoonosis atau penyakit yang dapat ditularkan dari binatang ke manusia. Bahkan virus Corona yang tengah menyebar di Cina diduga berasal dari binatang salah satunya kelelawar. Namun, masih terdapat perbedaan pendapat di antara para ahli kesehatan apakah virus berasal dari kelelawar dan kemudian ditularkan ke manusia atau dari spesies lain.

Kelelawar termasuk dalam anggota kelas mamalia yang tergolong dalam ordo Chiroptera. Sebutan kelelawar dalam penamaan lokal antara lain lawa, lowo, kampret, codot [Jawa], lalai, kampret [Sunda], cecadu, tayo, kusing, prok, hawa [suku Dayak di Kalimantan], atau lawa, niki, paniki oleh masyarakat Indonesia Timur].

Kelelawar memiliki jumlah spesies terbanyak kedua setelah mamalia pengerat dalam kelas mamalia. Jumlah spesies kelelawar yang melimpah sangat bermanfaat bagi alam itu sendiri. Keberadaannya sangat penting bagi kehidupan manusia karena perannya sebagai pemencar biji buah-buahan [Hodgkison et al. 2003] dan juga sebagai penyerbukan bunga maupun buah-buahan.

Baca juga: Ngengat Atlas, Kupu-Kupu Malam Terbesar di Dunia

Kelelawar merupakan binatang nokturnal yang mencari makan pada malam hari dan beristirahat di siang hari. Hewan ini mempunyai tempat tinggal yang sangat bervariasi. Ada yang bertengger di pohon, lubang pohon, gua, gulungan dedaunan, dan celah-celah pada ruas bambu [Hill & Smith 1984].

Kelelawar tergolong fauna yang memiliki kemampuan ekolokasi karena dapat memanfaatkan gua sebagai tempat tinggal [trogloxene]. Ekolokasi merupakan salah satu bentuk adaptasi dari makhluk hidup yang tidak memiliki indera penglihatan sempurna.

Kelelawar. Foto: shutterstock.com

Berdasarkan jenis makanan, kelelawar di Indonesia dibagi menjadi dua subordo, yaitu subordo Megachiroptera yang terdiri atas 1 famili, 41 genus, dan 163 spesies. Sedangkan, subordo Microchiroptera yang terdiri atas 17 famili, 147 genus, dan 814 spesies [Corbet & Hill 1992, Flannery 1995].

Megachiroptera adalah kelelawar pemakan buah, daun, nektar, dan serbuk sari. Sedangkan Microchiroptera merupakan jenis yang mayoritas memakan serangga dan hanya sebagian kecil memakan buah dan nektar [Yalden & Morris 1975]. Di Indonesia, diperkirakan terdapat 72 spesies subordo Megachiroptera dan 133 spesies subordo Microchiroptera.

Morfologi kelelawar dapat dibedakan berdasarkan ukuran tubuh luar, seperti panjang ekor, panjang kaki belakang, bobot tubuh, ekor, bola mata, telinga, dan rambut. Perbedaan ukuran tubuh dapat diketahui berdasarkan jenis pakannya. Untuk Megachiroptera dan Microchiroptera memiliki perbedaan sifat dan morfologi yang cukup mencolok.

Baca juga: Tarsius, Penghuni Malam Yang Butuh Perhatian

Secara morfologi megachiroptera umumnya memiliki ukuran tubuh besar. Dengan bobot mencapai lebih dari 1500 gram dan berekor panjang serta moncong mirip anjing. Pada Microchiroptera ukurannya lebih kecil, yakni paling kecil 2 gram dan paling besar 196 gram, berekor pendek atau tidak memiliki ekor [Suyanto 2001].

Megachiroptera lebih menggunakan penglihatan saat terbang, memiliki mata yang menonjol dan terlihat dengan jelas, serta memiliki cakar pada jari kedua [Flannery 1995, Suyanto 2001]. Sedangkan, Microchiroptera menggunakan ekolokasi sebagai orientasi saat terbang, memiliki mata yang kecil, mempunyai tragus dan anti-tragus, yaitu bagian menyerupai tangkai yang terletak di dalam telinga.

Kelelawar merupakan mamalia yang memiliki jumlah eritrosit [sel darah merah] dan kadar hemoglobin lebih besar daripada mamalia lain. Pada saat terbang, kelelawar memerlukan banyak oksigen untuk pemenuhan energi. Untuk mencapai target kebutuhan oksigen, ia mengandalkan besarnya jumlah eritrosit dan kadar hemoglobin yang ada di dalam tubuh.

Adapun faktor-faktor utama yang mempengaruhi keanekaragaman, kelimpahan, dan aktivitas suatu jenis kelelawar pada suatu habitat. Mengutip tulisan penelitian Nur Shalekah [2019], antara lain struktur fisik habitat, mikroklimat habitat [iklim lingkungan], ketersediaan mangsa dan sumber air, kedekatannya dengan tempat bertengger, keamanan dari predator, dan kompetisi.

Penulis: Sarah R. Megumi

Cynopterus brachyotis, kelelawar, Megachiroptera, Microchiroptera

Kelelawar memiliki kemampuan ekolokasi yang memungkinkannya untuk terbang pada malam hari yang gelap. Kelelawar lebih mengandalkan pada suaranya yang nyaring untuk menuntunnya terbang. Ia mengeluarkan bunyi yang dinamakan ultrasonik yang tidak dapat didengar manusia.

Kelelawar mengeluarkan bunyi dengan frekuensi yang tinggi [bunyi ultrasonik] sebanyak mungkin. Gelombang ultrasonik dikeluarkan dari mulut atau hidung kelelawar. Ketika gelombang suara mengenai suatu objek, objek itu memantulkan gema kembali ke telinga kelelawar.

Dengan demikian, pernyataan tentang kemampuan ekolokasi tersebut salah karena kelelawar menghasilkan bunyi ultrasonik dari mulut/hidung yang pantulannya ditangkap oleh telinganya yang sensitif.

Kelelawar memiliki kemampuan ekolokasi dalam menentukan jarak atau letak benda sekitar di malam hari. Cara kerja kelelawar dalam melakukan ekolokasi adalah kelelawar menggunakan laringnya untuk menghasilkan gelombang ultrasonik yang dipancarkan melalui mulut atau hidungnya. Kelelawar mendengar gema yang dikembalikan dan membandingkan waktu antara saat sinyal dikirim dan dikembalikan dan pergeseran frekuensi suara untuk membentuk peta sekelilingnya. Kemampuan ekolokasi ini dapat menentukan lokasi mangsa dan makanannya.

Bentuk adaptasi morfologi pada kelelawar dalam mendukung kemampuan ekolokasi adalah hidung berkerut berkerut bertindak sebagai megafon untuk memproyeksikan suara. Telinga luar kelelawar memiliki bentuk kompleks, lipatan, dan kerutan membantu dalam menerima dan menyalurkan suara masuk. Selain itu, telinga mengandung banyak reseptor yang memungkinkan kelelawar mendeteksi perubahan frekuensi kecil. Otak kelelawar memetakan sinyal dan bahkan menjelaskan efek Doppler yang terbang pada ekolokasi.

Video yang berhubungan

Bài mới nhất

Chủ Đề