Bagaimana cara pemanfaatan lahan yang dilakukan pada pertanian Lahan Kering

Jakarta -

Pertanian lahan kering identik dengan pemanfaatan air sekecil mungkin dalam usahanya. Pertanian lahan kering beriklim kering selalu bergantung pada curah hujan. Sehingga usaha tani lahan kering sering dihubungkan dengan rendahnya produktivitas. Di samping itu, lahan kering selalu terdiri dari lahan dengan topografi tidak merata yang mempunyai lereng cukup besar sehingga keberadaan solum tanah atas selalu terusik oleh erosi yang terjadi. Lahan kering beriklim kering perlu mendapat perhatian yang serius khususnya terkait dengan sumber air dan pengelolaannya. Ketersediaan air merupakan faktor pembantas utama. Wilayah dengan kategori rawan pangan dicirikan oleh daya dukung lahan pertanian untuk kebutuhan produksi pangan relatif terbatas, sumber daya manusia rendah, sarana dan prasarana terbatas, penguasaan lahan pertanian terbatas, rata-rata pendapatan di bawah garis kemiskinan. Oleh karena itu curah hujan yang rendah di wilayah beriklim kering menyebabkan tanah tidak mengalami pencucian yang intensif. Hal tersebut merupakan salah satu keunggulan lahan kering beriklim kering dibanding wilayah beriklim basah, di mana pencucian sangat intensif sehingga tanah miskin hara. Tingkat pencucian dan pelapukan ini mengakibatkan solum tanah di wilayah iklim kering umumnya dangkal dan di wilayah beriklim basah umumnya dalam. Ancaman lain seperti curah hujan yang semakin tidak menentu, perubahan pola hujan dengan periode hujan lebih singkat tetapi dengan intensitas yang lebih tinggi.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Optimalisasi lahan kering iklim kering sering kali terbentur pada kendala sosial ekonomi, dan akses petani ke input produksi sangat terbatas. Rendahnya produksi juga disebabkan lahan tidak dikelola secara tepat sehingga mudah terdegradasi, sedangkan upaya konservasi membutuhkan biaya tinggi yang sulit dipenuhi oleh masyarakat petani. Inovasi teknologi pertanian untuk pengembangan lahan kering iklim kering sudah banyak dihasilkan meliputi varietas toleran kekeringan dan tahan hama/penyakit serta pengelolaan hara dan tanah. Kendala lainnya ialah rendahnya akses dan adopsi teknologi tersebut oleh masyarakat. Pengembangan pertanian di lahan kering iklim kering diutamakan untuk memanfaatkan potensi sumber daya air yang tersedia dengan teknologi yang sederhana dan murah, dipadukan dengan penggunaan varietas unggul, sehingga dapat meningkatkan produktivitas lahan. Mempertimbangkan beberapa permasalahan yang ada, maka pengelolaan lahan kering menitikberatkan pada tata cara untuk mengatasi masalah yang ditimbulkan. Pertama, kemiringan lahan dan berbagai kemungkinan akibat negatif ikutannya, Kedua, ketidakmampuan tanah berfungsi sebagai lumbung air serta kemiskinan bahan organik. Mengatasi permasalahan lahan kering berserta kemungkinan pemanfaatannya akhirnya akan sampai kepada terciptanya pola tanam konservasi yang cocok untuk lahan pertanian tersebut.Masalah yang timbul akibat adanya berbagai tingkat kemiringan lahan adalah aliran permukaan dan erosi beserta potensi kesuburan. Pembuatan teras bertujuan mengurangi panjang lereng serta pada akhirnya mengurangi kecepatan aliran permukaan.Terdapat suatu hubungan antara tingkat kemiringan dengan perlakuan bentuk permukaan tanah guna mengurangi laju aliran permukaan ini, mulai dari sekadar membuat guludan sampai berbagai bentuk teras yang harus diterapkan. Penerapan teknik konservasi tanah selayaknya mempertimbangkan tiga hal, yaitu curah hujan yang sering terjadi, kondisi lahan yang meliputi kemiringan, ketebalan solum dan sifat-sifat tanah, serta kemampuan petani setempat untuk mengadopsi baik menyangkut biaya, waktu dan ketersediaan tenaga kerja. Pemilihan teknik konservasi diterapkan berdasarkan kemiringan lahan, solum tanah, dan kepekaan tanah terhadap erosi. Konservasi mekanik dalam bentuk pembuatan guludan dan teras bangku merupakan teknik konservasi yang lebih sesuai. Konstruksi guludan lebih cocok diterapkan di atas lahan dengan kemiringan kurang dari 15% baik yang bersolum dangkal maupun dalam yang ditanami tanaman pangan. Sedangkan jika kemiringan lahan kurang dari 5% cukup dibuat guludan yang diperkuat dengan penanaman berbagai jenis rumput pakan ternak. Guludan berfungsi untuk memperpendek panjang lereng, mengurangi terjadinya erosi permukaan dan alur, mencegah timbulnya erosi parit, dan meningkatkan laju infiltrasi air ke dalam tanah. Teras bangku dapat diterapkan di atas lahan dengan kemiringan 10-30%, bersolum dalam. Secara umum teras bangku ini mempunyai fungsi memperlambat aliran permukaan, menampung dan menyalurkan aliran limpas dengan kekuatan yang tidak merusak, dan meningkatkan laju infiltrasi air ke dalam tanah. Jika kemiringan lahan berkisar antara 8-15%, sebaiknya dibuat konstruksi teras bangku yang dilengkapi dengan saluran pembuang, yang memudahkan aliran air permukaan secara terkendali.

Yoseph Yoneta Motong wuwur Fakultas Pertanian Universitas Flores, Ende

[mmu/mmu]

ASTALOG.COM – Semakin menyempitnya lahan pertanian subur karena banyak digunakan sebagai pemukiman, perkantoran, maupun fasilitas umum lainnya, menyebabkan perlunya upaya pemanfaatan lahan kering secara lebih intensif untuk budi daya tanaman pangan, perkebunan dan tanaman pakan serta peternakan.

Disamping itu perlunya peningkatan produktivitas lahan kering dipicu pula oleh adanya kondisi gizi buruk di masyarakat, merebaknya penyakit-penyakit  yang disebabkan oleh kondisi tubuh yang melemah akibat kekurangan gizi.

Bahkan karena sudah tidak adanya lahan yang bisa digunakan, Indonesia yang  pada tahun 1984 pernah dinyatakan oleh Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia [Food and Agriculture Organization atau FAO] sebagai negara yang mampun memenuhi kebutuhan pangannya sendiri tidak bertahan lama karena tahun-tahun setelah itu Indonesia harus mengimport beras dan bahan pangan lainnya seperti jagung dan kedele dalam jumlah yang semakin bertambah.

Terlebih jika memasuki musim kering, hampir sebagian daerah kesulitan untuk bertani bahkan banyak kegiatan bertani yang terhenti total akibat tidak adanya air yang mencukupi untuk mengairi lahan pertanian, sehingga pada saat musim kering hanya beberapa petani yang bisa bertani dengan membuat sumur bor untuk mengairi lahan pertanian mereka.

PELAJARI:  Apa yang Dimaksud dengan Matriks?

 

Nah, bagaimana dengan nasib petani lainnya ?

Sebenarnya ada tiga solusi sederhana yang dapat dilakukan oleh petani saat menghadapi lahan kritis yaitu :

1. Pembuatan sumur bor dekat lahan pertanian yang ditanggung bersama oleh para petani.

2. Pemakaian pupuk organik hosc pada lahan pertanian yang dapat mengikat air 50% dari volume humus yang diberikan atau dapat mengikat volume air 10M3/ha pada lahan pertanian.

3. Menanam tanaman yang cocok pada lahan kering seperti jagung, kacang tanah, kacang kedelai, tembakau dan buncis.

Dari ketiga solusi diatas, pemanfaatan lahan kering bisa menjadi salah satu solusi efektif. Bahkan di sebagaian Jawa Tengah, sebagaian Jawa Timur,NTB & NTT menggunakan sistem pertanian tadah hujan yaitu hanya mengandalkan pengairan lahan pertanian  ini.

Apa itu Sistem Pertanian Lahan Kering ?

Lahan kering adalah lahan tadah hujan [rainfed] yang dapat diusahakan secara sawah [lowland, wetland] atau secara tegal atau ladang [upland]. Lahan kering pada umumnya berupa lahan atasan, kriteria yang membedakan lahan kering adalah sumber air. Sumber air bagi lahan kering adalah air hujan, sedangkan bagi lahan basah disamping air hujan juga dari sumber air irigasi. [Notohadiprawiro, 1988 dalam Suyana, 2003]. 

Pemanfaatan lahan kering menjadi lahan pertanian produktif karena mengefisiensikan lahan kosong atau lahan yang dianggap tidak produktif sebagai salah satu pemenuh kebutuhan dasar hidup dan pensejahteraan masyarakat.

PELAJARI:  Menopause dan Gejalanya

Pada program pemanfaatan lahan kering sebagai lahan pertanian produktif yang sekarang sedang dilakukan oleh Pupuk Humus Organic Soil Conditioner [Pupuk HOSC].

Mengapa Pupuk Humus Organic Soil Condotioner ?

Pupuk Humus Organic Soil Conditioner [Pupuk HOSC] memiliki kelebihan sebagai berikut :

1. Memperbaiki sifat fisik Tanah, yaitu:

a.warna tanah menjadi lebih kelam, Coklat-hitam yang dapat menaikkan suhu.

b.Meningkatkan agregasi [granulasi tanah] dan urobilitas, agragat, aerasi [penghawaan] lebih baik, draenasi perembihan [pelulusan] lebih baik, lebih tahan terhadap erosi.

c.Mengurangi plastisitas pada tanah lempung [liat-clay], tanah lebih mudah diolah [lebih gembur]. d.Menaikkan kemampuan mengikat atau menyimpan air.

2. Memperbaiki sifat Kimia tanah, yaitu:

a.Menaikkan KPK. [humus mempunyai KPK>200 me/100 gr].

PELAJARI:  3 Alat yang Bekerja Berdasarkan Bimetal

b.Merupakan salah satu sumber unsur hara [penting dalam daur/siklus unsur hara]

c.Merupakan cadangan unsur hara utama N,P,K dalam bentuk organik dan unsur hara mikro [Fe, Cu, Mn, Zn, B, Mo, Ca] dalam bentuk khelat [chelate] dan akan dilepaskan secara perlahan-lahan.

d.Meningkatkan aktivitas, jumlah dan populasi mikro dan makro organisme tanah [merupakan sumber energi/makanan untuk bakteri, actinomycetes, cacing, serangga dll]

3. Dibanding Pupuk Kimia, penggunaan pupuk organik akan lebih menguntungkan jika ditinjau dari beberapa aspek, yaitu :

a.Lebih Ekonomis.

b.Untuk Penggunaan dalam jumlah banyak tidak menyebabkan terjadinya Fithotoksis pada tanaman.

c.Untuk penggunaan yang terus menerus dan dalam waktu yang lama tidak menimbulkan efek yang merugikan bagi lingkungan, dan tanaman.

Pertanian lahan kering mempunyai kondisi fisik dan potensi lahan sangat beragam dengan kondisi sosial ekonomi petani umumnya kurang mampu dengan sumberdaya lahan pertanian terbatas. Lahan kering merupakan sumberdaya pertanian terbesar ditinjau dari segi luasnya, namun profil usahatani pada agroekosistem ini sebahagian masih diwarnai oleh rendahnya produksi yang berkaitan erat dengan rendahnya produktivitas lahan.

Video yang berhubungan

Bài mới nhất

Chủ Đề