Cara cara apa saja yang digunakan para pedagang dan mubaligh untuk menyebarkan agama Islam di Indonesia?

  1. Home /
  2. Archives /
  3. Vol 4 No 1 [2010]: Juni 2010 /
  4. Articles

  //dx.doi.org/10.32678/alfath.v4i1.3356

Secara garis besar poses penyebaran Islam dapat melalui berbagai saluran seperti perdagangan, perkawinan, birokrasi pemerintahan, pendidikan [pesantren], tasawuf, kesenian, politik, dan lain-lain. Semuanya saling berkaitan satu sama lain Jang mempengaruhi proses Konversi dan Islamisasi masyarakat Indonesia dari semenjak Islam hanya sebagai agama yang dianut oleh sekelompok kecil orang sampat menjadi kekuasaan politik.


Hubungan daerah-daerah di Indonesia memiliki hubungan sejarah yang panjang, yang dapat dilacak sampai ke masa yang sangat tua [antiquity]. Kontak paling awal antara kedua wilayah ini, khususnya berkaitan dengan perdagangan, bermula bahkan sejak masa Punisia dan Saba. Oleh karena itu Perdagangan dianggap menjadi saluran yang memiliki peran penting dalam proses Islamisasi yang dibawa oleh para pedagang Arab yang datang ke Indonesia.


Peran mubalig pedagang menjadi penting bukan hanya pada awal penyebaran Islam, tetapi juga ketika terjadinya peningkatan arus kegiatan ekonomi yang yang ditandai dengan tumbuhnya kota emporium [pusat dagang] dan entrepot [tempat menimbun barang di bawah penguasaan duane] yang dikuti kelabiran kerajaan Islam di bawah kesultanan di sepanjang pantai Kepulanan.


Para mubahg pedagang selain berjasa dalam menyebarkan agama Islam, mereka juga berperan besar dalam penyebaran kebudayaan Islam ke berbagai wilayah di Indonesia sehingga muncul gaya hidup yang cosmopolitan, dinamis dan egaliter.

Umat Islam memadati Masjid Raya Baiturrahman untuk melaksanakan ibadah shalat Id. Foto: ANTARA FOTO/ Irwansyah Putra

Indonesia merupakan negara dengan jumlah pemeluk agama Islam terbesar, yakni 12,7% dari populasi total umat Muslim di seluruh dunia. Padahal, Islam diperkirakan baru masuk ke Nusantara sekitar abad ke-7.

Jauh sebelumnya, peradaban Hindu-Budha telah mengakar kuat di Bumi Pertiwi. Islam diperkirakan dapat berkembang luas di Indonesia karena memanfaatkan dakwah yang bersifat adaptif terhadap karakteristik masyarakat lokal.

Penyebaran ini juga dilakukan secara periodik selama berabad-abad. Maka lambat laun ajaran Islam pun dapat diterima oleh penduduk lokal.

Menurut para sejarawan, terdapat setidaknya enam media untuk berdakwah. Sarana dakwah tersebut meliputi:

Mengutip dari buku Arkeologi Islam Nusantara karya Tjandrasasmita, pembawa agama Islam pada masa-masa permulaan adalah golongan pedagang. Ini terjadi sekitar abad 7-16 M.

Saat itu kepulauan Nusantara merupakan kawasan perdagangan internasional yang ramai dikunjungi pedagang dari berbagai bangsa, termasuk Arab, Persia, dan Gujarat. Hubungan perdagangan ini dimanfaatkan oleh para pedagang muslim sebagai media dakwah.

Suasana akad pada nikah massal di Bandung. Foto: Irfan Adi Saputra/ kumparan

Para pedagang muslim memiliki status sosial dan ekonomi yang relatif lebih baik daripada penduduk pribumi. Ini menyebabkan banyak penduduk yang tertarik untuk menjadi isteri-isteri para pedagang muslim.

Melalui perkawinan inilah terlahir seorang muslim. Alhasil, komunitas Islam makin luas. Pada akhirnya timbul kampung-kampung dan pusat-pusat kekuasaan Islam.

Mengutip dari jurnal Kajian Proses Islamisasi di Indonesia tulisan Latifa Dalimunthe, dakwah melaui perkawinan lebih menguntungkan apabila terjadi antara saudagar muslim dengan anak bangsawan atau anak raja karena mempercepat proses Islamisasi.

Dakwah Islam Melalui Pendidikan

Penyebaran Islam melalui pendidikan awalnya terjadi di lingkungan keluarga, kemudian berkembang di surau, masjid, pesantren, dan akhirnya masuk di rumah para bangsawan.

Pesantren memiliki peran penting dalam penyebaran agama Islam. Para ahli agama mendidik santri tentang Islam. Setelah selesai menuntut ilmu para santri diharapkan dapat pulang ke kampung halaman untuk melanjutkan dakwah. Dengan cara ini agama Islam terus tersebar ke seluruh penjuru Nusantara.

Ahli tasawuf hidup dalam kesederhanaan, selalu berusaha menghayati kehidupan masyarakat, dan hidup bersama di tengah-tengah masyarakat.

Mereka mengajarkan teosofi yang telah bercampur dengan ajaran yang sudah dikenal luas masyarakat lokal. Dengan cara ini agama Islam lebih mudah dimengerti dan diterima.

Wayang Kulit di Museum Wayang Indonesia [Foto: Fahrian Saleh/kumparan]

Para penyebar agama Islam memanfaatkan kebudayaan yang telah ada sebagai media untuk berdakwah. Strategi dakwah melalui kesenian ini di antaranya dilakukan oleh Sunan Bonang dan Sunan Kalijaga.

Sunan Kalijaga menggunakan seni ukir, wayang, gamelan, serta seni suara suluk untuk mengajarkan nilai-nilai Islam. Beliau merupakan tokoh pencipta layang Kalimasada dan lakon wayang 'Petruk Jadi Raja'.

Ilustrasi kerja sama politik. Foto: Freepik

Strategi dakwah melalui jalur politik memiliki efek besar. Jika suatu pemerintahan dipimpin oleh seorang raja yang telah menganut Islam, maka banyak rakyatnya yang secara sukarela memeluk agama yang sama dengan pemimpin mereka.

Jika dakwah telah berhasil masuk dalam ranah politik, maka kebijakan-kebijakan kenegaraan dapat disinergikan dengan tujuan dakwah. Selain itu, strategi politik juga ditempuh melalui penaklukkan kerajaan non Islam oleh kerajaan Islam.

Page 2

Video yang berhubungan

Bài mới nhất

Chủ Đề