Jelaskan dampak pengaruh Islam dalam perkembangan bahasa di Nusantara

Herniti, Ening [2017] Islam dan Perkembangan Bahasa Melayu. Jurnal Lektur Keagamaan, 15 [1]. pp. 81-96.

Abstract

Penyebaran agama Islam di Nusantara tidak hanya berpengaruh pada perubahan sosial, tetapi juga pada perkembangan bahasa. Salah satu bahasa yang digunakan di wilayah Nusantara pada saat itu adalah bahasa Melayu, yang kemudian menjadi bahasa Indonesia. Bahasa Melayu sebagai lingua franca memiliki peranan penting dalam memperlancar komunikasi antarpedagang di Selat Malaka. Bahasa Arab juga berperan sebagai lingua franca terutama dalam penyebaran agama Islam. Bahasa Arab dan bahasa Melayu memiliki kedudukan yang sama, yakni sebagai lingua franca sehingga menimbulkan kontak bahasa. Peristiwa kontak bahasa ini mepresentasikan adanya keseimbangan dua bahasa yang mengakibatkan peminjaman bahasa. Penelitian ini adalah penelitian pustaka dengan metode deskriptif-kualitatif. Tulisan ini memaparkan pengaruh penyebaran Islam di Nusantara terhadap perkembangan bahasa Melayu [bahasa Indonesia]. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penyebaran agama Islam di Nusantara berpengaruh pada sistem aksara [abjad Jawi], bentuk serapan, bidang penyerapan, dan transliterasi Arab-Latin.

Share this knowledge with your friends :

Actions [login required]

View Item

Pada kesempatan ini akan diulas tentang pengaruh Islam dalam bidang aksara dan seni sastra, semoga dengan adanya artikel ini dapat memberikan tambahan pengetahuan tentang pengaruh-pengaruh Islam dalam segala bidang khususnya dalam bidang aksara dan seni sastra. Mari kita simak uraiannya.

Tersebarnya agama Islam ke Indonesia maka berpengaruh terhadap bidang aksara atau tulisan, yaitu masyarakat mulai mengenal tulisan Arab, bahkan berkembang tulisan Arab Melayu atau biasanya dikenal dengan istilah Arab gundul yaitu tulisan Arab yang dipakai untuk menuliskan bahasa Melayu tetapi tidak menggunakan tanda tanda [a, i, u] seperti lazimnya tulisan Arab. Di samping itu juga, huruf Arab berkembang menjadi seni kaligrafi yang banyak digunakan sebagai motif hiasan ataupun ukiran.

Sedangkan dalam seni sastra yang berkembang pada awal periode Islam adalah seni sastra yang berasal dari perpaduan sastra pengaruh Hindu – Budha dan sastra Islam yang banyak mendapat pengaruh Persia. Dengan demikian wujud akulturasi dalam seni sastra tersebut terlihat dari tulisan/ aksara yang dipergunakan yaitu menggunakan huruf Arab Melayu [Arab Gundul] dan isi ceritanya juga ada yang mengambil hasil sastra yang berkembang pada jaman Hindu.

Tersebarnya Islam di Indonesia membawa pengaruh dalam bidang aksara atau tulisan. Abjad atau huruf-huruf Arab sebagai abjad yang digunakan untuk menulis bahasa Arab mulai digunakan di Indonesia. Bahkan huruf Arab digunakan di bidang seni ukir. Berkaitan dengan itu berkembang seni kaligrafi.Di samping pengaruh sastra Islam dan Persia, perkembangan sastra di zaman madya tidak terlepas dari pengaruh unsur sastra sebelumnya. Dengan demikian terjadilah akulturasi antara sastra Islam dengan sastra yang berkembang di zaman pra-Islam. Seni sastra di zaman Islam terutama berkembang di Melayu dan Jawa. Dilihat dari corak dan isinya, ada beberapa jenis seni sastra seperti berikut.

  1. Hikayat adalah karya sastra yang berisi cerita sejarah ataupun dongeng. Dalam hikayat banyak ditulis berbagai peristiwa yang menarik, keajaiban, atau hal-hal yang tidak masuk akal. Hikayat ditulis dalam bentuk gancaran [karangan bebas atau prosa]. Hikayat-hikayat yang terkenal, misalnya Hikayat Iskandar Zulkarnain, Hikayat Raja-Raja Pasai, Hikayat Khaidir, Hikayat si Miskin, Hikayat 1001 Malam, Hikayat Bayan Budiman, dan Hikayat Amir Hamzah.
  2. Babad mirip dengan hikayat.Penulisan babad seperti tulisan sejarah, tetapi isinya tidak selalu berdasarkan fakta. Jadi, isinya campuran antara fakta sejarah, mitos, dan kepercayaan. Di tanah Melayu terkenal dengan sebutan tambo atau salasilah. Contoh babad adalah Babad Tanah Jawi, Babad Cirebon, Babad Mataram, dan Babad Surakarta.
  1. Syair berasal dari perkataan Arab untuk menamakan karya sastra berupa sajak-sajak yang terdiri atas empat baris setiap baitnya. Contoh syair sangat tua adalah syair yang tertulis pada batu nisan makam putri Pasai di Minye Tujoh.
  2. Suluk merupakan karya sastra yang berupa kitab-kitab dan isinya menjelaskan soal-soal tasawufnya. Contoh suluk yaitu Suluk
  3. Primbon adalah hasil sastra yang sangat dekat dengan suluk karena berbentuk kitab yang berisi ramalan-ramalan, keajaiban dan penentuan hari baik atau buruk
  4. Kaligrafi adalah suatu ilmu yang memperkenalkan bentuk-bentuk huruf tunggal, letak-letaknya dan cara-cara penerapannya menjadi sebuah tulisan yang tersusun.

tirto.id - Sejarah masuknya agama Islam ke Nusantara memiliki dampak yang besar dalam berbagai sektor kehidupan. Pengaruh Islam di Nusantara atau yang kemudian menjadi negara bernama Indonesia juga merasuk dalam bidang politik dan ekonomi.

Ada beberapa teori terkait masuknya Islam ke Nusantara. Dari berbagai teori tersebut, Islam diperkirakan masuk ke Nusantara melalui berbagai jalur, seperti perdagangan, pernikahan, atau migrasi.

Sebelum ajaran Islam hadir, masyarakat Nusantara berada dalam peradaban Hindu-Buddha. Maka, ketika Islam masuk dan mulai menebarkan pengaruh, maka terjadi penyesuaian dalam berbagai aspek kehidupan.

Dikutip dari modul Sejarah: Kerajaan-Kerajaan Maritim Indonesia pada Masa Islam [2020] yang diterbitkan Kemendikbud, masuknya Islam berdampak terhadap bidang politik, ekonomi, kebudayaan, dan lainnya.

Baca juga:

  • Sejarah Proses Masuknya Islam ke Indonesia Berdasar Teori Gujarat
  • Teori-Teori Masuknya Islam ke Indonesia Beserta Tokohnya
  • Penjelasan 4 Teori Sejarah Masuknya Islam ke Indonesia

Pengaruh Islam di Nusantara dalam Bidang Politik

1. Konsep Raja Sebagai Utusan Tuhan

Pada masa Hindu-Buddha, kerajaan menganut konsep dinasti, sebuah sistem pemerintahan berdasarkan garis keturunan. Raja memiliki kuasa agung yang kerap diasosiasikan dengan dewa, atau yang disebut dengan konsep Devaraja. Raja dalam konsep ini akan dianggap sebagai titisan dewa di bumi.

Raja biasanya dibuatkan candi, arca, atau prasasti lainnya yang menyerupai dewa. Contohnya adalah Raja Airlangga, pemimpin Kerajaan Kahuripan yang dicandikan serupa dengan Dewa Wisnu.

Baca juga:

  • Sejarah Candi Badut Peninggalan Kerajaan Kahuripan & Keunikannya
  • Asal-usul Lambang Garuda dalam Sejarah Kerajaan Raja Airlangga
  • Sejarah Kerajaan Kahuripan, Lokasi, & Peninggalan Raja Airlangga

Masuknya Islam mengubah sistem Devaraja. Hal ini karena Tuhan dalam agama Islam tak dapat menyerupai ciptaan-Nya. Akan tetapi, Tuhan mengirimkan khalifah [pemimpin] di bumi yang bertanggung jawab terhadap keselarasan dan keteraturan dunia.

Oleh karena itu, konsep Devaraja pada masa Hindu-Buddha berganti menjadi raja atau pemimpin sebagai khalifah [wakil Tuhan sebagai pemimpin] di bumi.

2. Penyebarluasan Islam oleh Raja

Para ulama yang menyebarkan syiar Islam di Nusantara pada masa awal memiliki strategi jitu dalam menjalankan dakwahnya. Pertama-tama, mereka akan terlebih dahulu melakukan pendekatan secara politis terhadap raja-raja di Nusantara agar memeluk Islam.

Dalam modul Islam Nusantara yang diterbitkan Kemendikbud [2017: 12], para ulama tersebut menyebarkan ajaran Islam kepada raja-raja di Nusantara melalui beberapa pendekatan, yaitu:

  • Menunjukkan peran pedagang Islam dalam memajukan perekonomian sebuah wilayah.
  • Menunjukkan keberhasilan ulama dalam menyebarluaskan agama Islam hingga ke pelosok daerah tanpa adanya perang atau pertumpahan darah. Hal ini menunjukkan bahwa Islam mempunyai paham yang sama dengan kepercayaan masyarakat yang telah ada sebelumnya.
  • Menunjukkan kesuksesan Islam sebagai landasan ideologis dan sistem kepercayaan yang mampu menjaga perdamaian dalam masyarakat.

Baca juga:

  • Sejarah Hidup Sunan Giri: Lahir, Nasab, & Ajaran Dakwah Wali Songo
  • Sejarah Hidup Sunan Gunung Jati: Ulama Wali Songo & Sultan Cirebon
  • Sejarah Hidup Sunan Muria: Wali Songo Termuda, Putra Sunan Kalijaga

Setelah seorang raja bisa diajak memeluk agama Islam, sebagian besar rakyatnya pun akan mengikuti sang raja dengan melakukan hal yang sama.

Kepentingan politik muncul lagi ketika raja ingin menambah wilayah kekuasaan sekaligus menyebarluaskan ajaran Islam.

Contoh penyebarluasan Islam oleh raja terjadi pada masa Kesultanan Demak. Kala itu, Sultan Demak mengirimkan pasukan untuk menaklukkan wilayah Jawa bagian barat dan menyebarkan Islam di wilayah tersebut.

Baca juga:

  • Sejarah Raden Patah: Putra Majapahit Pendiri Kerajaan Islam Demak
  • Sejarah Keruntuhan Kerajaan Demak: Penyebab dan Latar Belakang
  • Sejarah Kesultanan Demak: Kerajaan Islam Pertama di Jawa

Pengaruh Islam di Nusantara dalam Bidang Ekonomi

Nusantara dikenal memiliki beragam julukan tentang kekayaan alamnya. Contohnya, Yawadwipa yang berarti Pulau Jelai, istilah untuk menyebut Pulau Jawa dengan kekayaan hasil buminya. Nusantara juga populer dengan julukan kepulauan emas atau perak [Argyre] karena menjadi salah satu penghasil logam mulia.

Kekayaan alam yang melimpah dan wilayah yang luas mendorong sejumlah pedagang Islam dari Cina, India, Arab, dan berbagai belahan dunia lainnya melakukan transaksi dagang di pelabuhan-pelabuhan Nusantara.

Penyebarluasan Islam melalui jalur perdagangan menyebabkan munculnya kota-kota pelabuhan di pantai timur dan barat Sumatera serta pantai utara Jawa.

Baca juga:

  • Sejarah Kesultanan Islam Kutai Kartanegara Gabung NKRI
  • Sejarah Kesultanan Gowa Tallo & Masa Kejayaan Sultan Hasanuddin
  • Sejarah Kesultanan Bima: Peninggalan Kerajaan & Silsilah Raja-raja

Kota pelabuhan perlahan menjadi makin besar dan berubah menjadi perkampungan. Akibatnya, komoditas yang diperlukan untuk menghidupi populasi pun bertambah.

Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, sejumlah daerah di Pulau Jawa yang mengekspor hasil bumi dari pedalaman ke wilayah lain di Nusantara.

Di antara berbagai kota pelabuhan tersebut, ada pula yang berkembang menjadi wilayah kerajaan seperti yang terjadi di kawasan Banten, Cirebon, Demak, Aceh, Ternate. Kerajaan-kerajaan ini muncul sebagai efek atas tingginya aktivitas ekspor dan penguasaan sumber daya di wilayah daratan.

Baca juga:

  • Sejarah Kesultanan Ternate: Kerajaan Islam Tertua di Maluku Utara
  • Sejarah Isi Deklarasi Djuanda: Tujuan, Tokoh, Hasil, & Dampaknya
  • Sejarah Awal Kejayaan Kesultanan Banten Era Maulana Hasanuddin

Baca juga artikel terkait SEJARAH INDONESIA atau tulisan menarik lainnya Fatimatuzzahro
[tirto.id - zhr/isw]


Penulis: Fatimatuzzahro
Editor: Iswara N Raditya
Kontributor: Fatimatuzzahro

Subscribe for updates Unsubscribe from updates

Video yang berhubungan

Bài mới nhất

Chủ Đề