Jelaskan sebab terjadinya persoalan persoalan pokok yang dihadapi manusia di dunia dewasa ini

Gereja Post Konsili Vatikan II melihat dirinya sebagai sakramen keselamatan bagi dunia. Gereja manjadi terang, garam, dan ragi bagi dunia dan dunia menjadi tempat atau ladang, tempat Gereja berbakti. Dunia tidak dihina dan dijauhi tetapi didatangi dan ditawari keselamatan. Dunia dijadikan mitra dialog dan Gereja dapat menawarkan nilai-nilai Injil dan dunia dapat mengembangkan kebudayaannya, adat istiadat, alam pikiran, ilmu pengetahuan, dan teknologi. Karenanya, Gereja dapat lebih efektif menjalankan misi dunia. Gereja pun tetap menghormati otonomi dunia dengan sifatnya yang sekuler karena di dalamnya terkandung nilai-nilai yang dapat menyejahterakan manusia dan membangun sendi-sendi kerajaan Allah. Pada dasarnya Gereja dan dunia manusia merupakan realitas yang sama, seperti mata uang yang ada dua sisinya. Berbicara tentang Gereja berarti bicara tentang dunia manusia. Bagi orang Kristen berbicara tentang dunia manusia berarti berbicara tentang dunia manusia sebagai umat Allah yang sedang berziarah di dunia ini.

Sesudah mempelajari Gereja secara internal [ke dalam dirinya sendiri], pada bab V ini kita akan mempelajari Gereja lebih secara eksternal, yakni Gereja dalam hubungannya dengan dunia. Dunia di sini diartikan sebagai seluruh keluarga manusia dengan segala hal yang ada di sekelilingnya. Dunia dilihat secara lebih positif dibandingkan dengan masa lalu [prakonsili Vatikan II]. Gereja dan dunia dapat berdialog dan saling mengisi demi terciptanya Kerajaan Allah di bumi ini.

Pada kegiatan pembelajaran ini, para peserta didik akan mempelajari pokok-pokok bahasan tentang materi-materi berikut.

A. Permasalahan yang Dihadapi Dunia, B. Hubungan Gereja dan Dunia, C. Ajaran Sosial Gereja, dan

Kompetensi Inti

1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.

2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli [gotong royong, kerjasama, toleran, damai], santun, responsif, dan proaktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.

3. Memahami pengetahuan [faktual, konseptual, dan prosedural] berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait fenomena dan kejadian tampak mata.

4. Mengolah, menyaji, dan menalar dalam ranah konkret [menggunakan, mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat] dan ranah abstrak [menulis,membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang] sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang/teori.

A. Permasalahan yang Dihadapi Dunia

Kompetensi Dasar

1.5 Bersyukur atas hubungan Gereja dengan dunia sehingga dapat terlibat dalam kegembiraan dan keprihatinan dunia.

2.5 Bekerja sama mengembangkan keterlibatan Gereja dalam kegembiraan dan keprihatinan dunia.

3.5. Memahami hubungan Gereja dengan dunia agar dapat terlibat dalam kegembiraan dan keprihatinan dunia.

4.5. Melakukan aktivitas [misalnya menuliskan refleksi/doa/puisi/membuat rangkuman] tentang hubungan Gereja dengan dunia agar dapat terlibat dalam kegembiraan dan keprihatinan dunia.

Indikator

1. Mengidentifikasi persoalan-persoalan pokok yang dihadapi oleh dunia saat ini. 2. Mengemukakan alasan terjadinya persoalan-persoalan pokok yang dihadapi

manusia di dunia dewasa ini.

3. Menjelaskan bagaimana Gereja terlibat dalam membangun masyarakat yang adil, damai, dan sejahtera.

4. Melakukan tindakan-tindakan nyata di lingkungannya untuk menunjang gerakan dan kegiatan membangun masyarakat yang lebih adil, damai, dan pelestarian lingkungan alam.

Bahan Kajian

1. Persoalan-persoalan pokok yang dihadapi oleh dunia saat ini; Perdamaian dunia, kaum miskin, penegakan keadilan, pelestarian keutuhan ciptaan.

2. Alasan terjadinya persoalan-persoalan pokok yang dihadapi manusia di dunia dewasa ini.

3. Gereja terlibat dalam membangun masyarakat yang adil, damai, dan sejahtera 4. Tindakan-tindakan nyata di lingkungannya untuk menunjang gerakan dan kegiatan

membangun masyarakat yang lebih adil, damai, dan pelestarian lingkungan alam.

Sumber Belajar

1. Kitab Suci

2. Konferensi Waligereja Indonesia. 1995.Iman Katolik, Yogyakarta: Kanisius

3. Propinsi Gerejani Ende [Penterj]. 1995. Katekismus Gereja Katolik. Ende: Nusa Indah

4. R. Hardowiryono, S.J [Penterj]. 1993. Dokumen Konsili Vatikan II, Jakarta: Dokpen KWI dan Obor

5. Kompendium Ajaran Sosial Gereja 6. Kompendium Katekismus Gereja Katolik 7. Artikel/berita mengenai keprihatinan dunia.

Pendekatan

Kateketis dan saintifik

Sarana

1. Kitab Suci

2. Buku Siswa SMA/SMK, Kelas XI, Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti.

Waktu

3x45 menit.

• Apabila pelajaran ini dibawakan dalam dua kali pertemuan secara terpisah, pelaksanaannya diatur oleh guru.

Pemikiran Dasar

Acapkali muncul pertanyaan seputar sikap Gereja menghadapi keadaan sosial, ekonomi, kebudayaan, dan politik dalam hidup sehari-hari. Bagaimanakah Gereja menyikapi umat yang hidup melarat, tidak cukup makan dan minum, tidak bisa bayar uang obat, tidak bisa mengecapi pendidikan dasar? Apakah Gereja hanya meminta mereka untuk berdoa dan memohon kepada Tuhan supaya Dia menolong untuk menghadapi masalah-masalah yang sedang dihadapi di dunia ini? , Disamping memohon kepada Tuhan dengan tekun, Gereja juga mengambil sejumlah tindakan nyata untuk mengeluarkan mereka dari kungkungan sosial yang menyengsarakan, menyakitkan, dan menekan lahir dan batin?

Konsili Vatikan II merupakan tonggak pembaharuan hidup Gereja Katolik secara menyeluruh. GS [Gaudium et Spes] menaruh keprihatinan secara luas pada tema hubungan Gereja dan Dunia modern. Ada kesadaran kokoh dalam Gereja untuk berubah seiring dengan perubahan kehidupan manusia modern. Hal-hal yang disentuh oleh GS berkisar tentang kemajuan manusia di dunia modern. Selain menyoroti masalah jurang yang tetap lebar antara si kaya dan si miskin, hubungan Gereja dan dunia dibahas secara lebih gamblang. Sebagai contoh menyentuh nilai hubungan timbal balik antara Gereja dan dunia pada beberapa masalah mendesak, seperti; perkawinan, keluarga, kebudayaan, pendidikan kristiani; kehidupan sosial

ekonomi, perdamaian dan persatuan bangsa-bangsa, pencegahan perang serta kerja sama internasional. Konsili menegaskan bahwa kegembiraan dan harapan, duka dan kecemasan manusia-manusia zaman ini, terutama kaum miskin dan yang menderita, adalah kegembiraan dan harapan, duka dan kecemasan para murid Kristus juga [GS art.1].

Dalam pembelajaran ini para peserta didik dibimbing untuk memahami bahwa Gereja sebagai kumpulan orang beriman yang hidup dalam dunia yang dinamis, maka Gereja pun harus bersifat dinamis pula. Dalam dinamika itu, Gereja terpanggil untuk melaksanakan dan mewujudkan amanat Yesus Kristus. Gereja [kita semua] diutus ke tengah-tengah dunia untuk membangun kehidupan manusia yang damai, adil, sejahtera serta senantiasa menjaga keutuhan alam ciptaan Tuhan.

Kegiatan Pembelajaran

Pembukaan: Doa

• Guru mengajak para peserta didik untuk membuka pelajaran dengan doa, misalnya

Allah Bapa yang penuh kasih,

Yesus Kristus telah mengutus kami, Gereja-Mu ke tengah-tengah dunia untuk membangun kehidupan manusia yang damai, adil, sejahtera, serta senantiasa menjaga keutuhan alam ciptaan Tuhan. Berkatilah kami dalam pelajaran ini agar semakin memahami permasalahan-permasalahan yang sedang dihadapi dunia pada saat ini sehingga sebagai anggota Gereja, kami pun dapat ikut menjaga ketenteraman sesuai kehendak-Mu demi Yesus Kristus, Tuhan dan juru selamat kami. Amin.

Langkah Pertama: Menggali Permasalahan-Permasalahan yang Sedang

Kita hidup di dunia yang terancam oleh banyak risiko eksistensial yang tidak dapat diselesaikan oleh satu negara atau satu organisasi sendirian, seperti perubahan iklim, cuaca ekstrem, dan virus corona.

Namun, untuk mengatasi masalah ini secara memadai, kita perlu sepakat mana yang menjadi prioritas – dan mana yang tidak.

Kebetulan, para pembuat kebijakan dan pemimpin bisnis yang sebagian besar menentukan risiko mana yang menjadi prioritas global menghabiskan satu minggu pada Januari berbaur di resor pegunungan Davos untuk pertemuan tahunan elit dunia.

Saya berpartisipasi dalam survei penilaian risiko global yang memberi tahu orang-orang di Konferensi Tingkat Tinggi [KTT] Davos tentang apa yang paling harus mereka perhatikan. Hasilnya, berdasarkan pendapat dari para ahli dalam berbagai disiplin ilmu termasuk bisnis, ternyata sangat berbeda dari apa yang secara khusus dilihat oleh CEO perusahaan sebagai ancaman terbesar yang mereka hadapi.

Join 175,000 people who subscribe to free evidence-based news.

Sebagai seorang filsuf, saya menemukan perbedaan yang aneh. Mereka menyoroti dua cara yang berbeda untuk melihat dunia – dengan konsekuensi signifikan bagi kemampuan kita untuk mengatasi risiko sosial.

Kebakaran hutan di Australia telah menghancurkan lebih dari 3.000 rumah dan menghancurkan lebih dari 10,6 juta hektar sejak September 2019. AP Photo/Noah Berger

Dua perspektif tentang risiko terbesar

Laporan Risiko Global dari Forum Ekonomi Dunia [WEF] mengkonsolidasikan persepsi sekitar 800 pakar dalam bisnis, pemerintah, dan masyarakat sipil untuk memberi peringkat “tantangan paling mendesak di dunia” untuk tahun mendatang berdasarkan kemungkinan dan dampaknya.

Pada 2020, cuaca ekstrem, kegagalan untuk bertindak terhadap perubahan iklim dan bencana alam menduduki puncak daftar risiko dalam hal kemungkinan terjadinya. Dalam hal dampak, tiga teratas adalah kegagalan aksi iklim, senjata pemusnah massal, dan hilangnya keanekaragaman hayati.

Namun, perspektif spesifik dari para pemimpin perusahaan ditangkap dalam survei lain yang menyoroti apa yang mereka anggap sebagai risiko terbesar bagi prospek pertumbuhan bisnis mereka sendiri.

Survei ini dilakukan oleh lembaga konsultasi PwC sejak 1998, dan berperan penting di Davos. Saya telah terlibat dalam laporan itu juga ketika saya dulu bekerja untuk organisasi tersebut.

Sangat berbeda dengan laporan risiko Forum Ekonomi Dunia [WEF], survei CEO menemukan bahwa tiga risiko teratas untuk bisnis tahun ini adalah regulasi berlebihan, konflik perdagangan, dan pertumbuhan ekonomi yang tidak pasti.

Perang dagang Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan Cina serta masalah ekonomi lainnya cenderung menjadi fokus CEO perusahaan. AP Photo/Evan Vucci

Ekonomi atau etika

Mengapa ada perbedaan demikian jauh terhadap cara kelompok-kelompok ini dalam melihat ancaman terbesar?

Saya ingin melihat pertanyaan ini lebih dalam, lebih dari sekadar penilaian satu tahun, jadi saya melakukan analisis sederhana terhadap 14 tahun data yang dihasilkan oleh kedua laporan tersebut. Temuan saya hanyalah kesimpulan dari data yang tersedia untuk umum, dan harus dicatat bahwa kedua survei memiliki metodologi yang berbeda serta mengajukan pertanyaan yang berbeda yang dapat membentuk jawaban responden.

Perbedaan utama yang saya amati adalah bahwa para pemimpin bisnis cenderung berpikir untuk kepentingan ekonomi dulu, baru soal etika. Tentu kita mahfum bahwa pebisnis cenderung berfokus pada situasi ekonomi jangka pendek mereka, sementara masyarakat sipil dan pakar lain dalam Laporan Risiko Global berfokus pada konsekuensi sosial dan lingkungan jangka panjang.

Contohnya, tahun demi tahun, CEO telah menyebutkan serangkaian kekhawatiran sempit yang relatif stabil. Regulasi berlebihan adalah salah satu dari tiga ancaman utama yang selalu disebutkan, kecuali pada satu tahun – dan sering berada di urutan teratas daftar. Ketersediaan talenta, masalah fiskal pemerintah, dan ekonomi juga sering disebutkan selama 14 tahun terakhir.

Sebaliknya, Laporan Risiko Global cenderung mencerminkan evolusi yang lebih besar dalam jenis risiko yang dihadapi dunia, dengan kekhawatiran tentang lingkungan dan ancaman eksistensial yang semakin meningkat selama lima tahun terakhir, sementara risiko ekonomi dan geopolitik telah memudar setelah mendominasi pada akhir tahun 2000-an.

Sebuah perspektif filosofis

Survei risiko adalah alat yang berguna untuk memahami apa yang penting bagi CEO dan masyarakat sipil. Filsafat berguna untuk mempertimbangkan mengapa prioritas mereka berbeda, dan siapa yang lebih mungkin benar.

Pada dasarnya, risiko adalah tentang kepentingan. Pebisnis menginginkan peraturan minimum sehingga mereka dapat menghasilkan lebih banyak uang. Para ahli yang mewakili masyarakat, di luar sekadar bisnis, menempatkan penekanan yang lebih besar pada kebaikan bersama, sekarang dan masa depan.

Bertrand Russell. Naci Yavuz/Shurterstock.com

Ketika kepentingan berbeda bersinggungan, filsafat dapat membantu kita memilah kepentingan-kepentingan tadi. Di satu sisi, saya bersimpati dengan keinginan CEO untuk menjalankan bisnis mereka tanpa campur tangan regulasi. Di sisi lain, saya khawatir bahwa pertimbangan ekonomi jangka pendek ini sering menghambat tujuan etis jangka panjang, seperti menjaga kesejahteraan lingkungan.

Dunia yang tidak pasti

Para ahli menyetujui setidaknya satu hal: dunia menghadapi risiko yang mengerikan.

Laporan Risiko Global tahun ini, berjudul, “Dunia yang Tidak Tenang,” menggambarkan di sampulnya sebuah bumi yang rentan dalam bayang-bayang pusaran air raksasa.

Foto sampul dari Global CEO Survei, yang melaporkan kepercayaan CEO terendah dalam pertumbuhan ekonomi sejak Krisis Ekonomi, menunjukkan gelombang yang datang di bawah awan gelap yang membayangi, dengan tulisan: “Menavigasi Gelombang Ketidakpastian yang Naik.”

Namun, isi dua laporan ini menunjukkan kesenjangan yang lebar antara dua kelompok berpengaruh yang perlu bersepakat agar kita dapat menyelesaikan ancaman terbesar dunia.

Abad lalu, pada tahun yang sama dengan berakhirnya Perang Dunia II, Bertrand Russell menyatakan bahwa tujuan filsafat adalah untuk mengajarkan kita “bagaimana hidup tanpa kepastian, tapi tanpa dilumpuhkan oleh keraguan.”

Pada abad ke-21, filsafat dapat mengingatkan kita tentang kecenderungan kita yang merugikan, yakni untuk membiarkan prioritas ekonomi melumpuhkan tindakan untuk masalah yang lebih mendesak.

Aisha Amelia Yasmin menerjemahkan artikel ini dari bahasa Inggris.

If so, you’ll be interested in our free daily newsletter. It’s filled with the insights of academic experts, written so that everyone can understand what’s going on in the world. With the latest scientific discoveries, thoughtful analysis on political issues and research-based life tips, each email is filled with articles that will inform you and often intrigue you.

Editor and General Manager

Find peace of mind, and the facts, with experts. Add evidence-based articles to your news digest. No uninformed commentariat. Just experts. 90,000 of them have written for us. They trust us. Give it a go.

If you found the article you just read to be insightful, you’ll be interested in our free daily newsletter. It’s filled with the insights of academic experts, written so that everyone can understand what’s going on in the world. Each newsletter has articles that will inform and intrigue you.

Komentari artikel ini

Video yang berhubungan

Bài mới nhất

Chủ Đề