Kerajaan Demak memiliki keterkaitan dengan kerajaan Majapahit pendapat ini dibuktikan dengan

MAS'UD ROFIQI - NIM. 01120626 , [2008] PERAN DEMAK TERHADAP RUNTUHNYA MAJAPAHIT [1478-1527 M]. Skripsi thesis, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Preview

Text [PERAN DEMAK TERHADAP RUNTUHNYA MAJAPAHIT [1478-1527 M]]
BAB I, BAB V, DAFTAR PUSTAKA.pdf - Published Version

Download [1MB] | Preview
Text [PERAN DEMAK TERHADAP RUNTUHNYA MAJAPAHIT [1478-1527 M]]
BAB II, BAB III, BAB IV.pdf - Published Version
Restricted to Repository staff only

Download [550kB]

Abstract

ABSTRAK Periode tahun 1478-1527 M, merupakan periode di mana Majapahit di bawah kekuasaan kerajaan baru, yaitu kerajaan Islam Demak. Dalam periode ini segala urusan perpolitikan di Majapahit diatur oleh Demak, baikurusan yang menyangkut dalam negeri maupun luar negeri. Hal tersebut sangat berpengaruh dalam kehidupan kerajaan Majapahit, sehingga Majapahit mengalami kehancuran akibat intervensi yang berlebihan dari Demak. Kajian ini sangat menarik bagi penulis untuk mengkaji dan meneliti secara dalam terhadap proses keruntuhan Majapahit yang diakibatkan oleh peranan Demak. Bagaimanakah peran Demak secara berlebihan terhadap kelangsungan hidup Majapahit periode 1478-1527 M. Ada dua faktor yang menyebabkan Majapahit semakin menuju pada jurang kehancuran. Faktor tersebut adalah faktor intern, yaitu lemahnya Majapahit yang disebabkan dari dalam, antara lain adalah perebutan kekuasaan, semakin lemahnya perekonomian dan lepasnya beberapa daerah yang dahulu di bawah naungan Majapahit. Sedangkan pada faktor ekstern adalah hilangnya sumber penghasilan, akibat direbutnya beberapa bandar dagang yang dimiliki Majapahit, yang berakibat pada semakin lemahnya perekonomian di Majapahit. Selain itu juga akibat intervensi Demak terhadap Majapahit yang semakin mendukung terpojoknya kerajaan tersebut pada jurang kehancuran. Seiring dengan kemerosotan Majapahit, Demak yang dahulunya merupakan sebuah desa kecil yang bernama Glagah Wangi, dapat naik dan menggantikan posisi Majapahit sebagai kerajaan yang dapat mendominasi di segala sektor di Nusantara. Islam yang berkembang di Demak atas usaha dari Raden Patah tersebut, dalam waktu yang singkat [yaitu tiga tahun], dapat menjadi sebuah kekuatan yang dapat menyingkirkan pengaruh Hindhu-Budha. Dalam waktu yang singkat pula Raden Patah beserta pengikutnya dapat mengusai kota Semarang, yang berlanjut pada dikuasainya kota Majapahit [1478 M] dan seluruh pemerintahannya. Pada tahun 1517 M, Demak kembali melakukan penyerangan yang berhasil memutus hubungan antara Majapahit dengan Portugis. Sedangkan pada penyerangan yang terakhir [1527 M], Demak berhasil menghilangkan Majapahit dari bumi Nusantara, sebab Majapahit kembali melakukan hubungan dengan Portugis.

Share this knowledge with your friends :

Actions [login required]

View Item

Artikel ini membutuhkan rujukan tambahan agar kualitasnya dapat dipastikan. Mohon bantu kami mengembangkan artikel ini dengan cara menambahkan rujukan ke sumber tepercaya. Pernyataan tak bersumber bisa saja dipertentangkan dan dihapus.
Cari sumber: "Raden Patah" – berita · surat kabar · buku · cendekiawan · JSTOR
[Pelajari cara dan kapan saatnya untuk menghapus pesan templat ini]

Raden Patah [bahasa Jawa: ꦫꦢꦺꦤ꧀ꦦꦠꦃ, nama Arab: Hasan] adalah pendiri dan pemimpin pertama Kesultanan Demak dari tahun 1478/1500 hingga 1518.[a] Raden Patah mengambil gelar Panembahan Jimbun setelah melegitimasi Kesultanan Demak sebagai penerus Majapahit dan pengangatakannya sebagai sultan Demak oleh Wali Songo.

Raden PatahPanembahan Jim Bun

Ilustrasi imajiner Raden Patah

Sultan Demak

ke-1

Berkuasa1478–1518PenerusPati Unus

LahirRaden Bagus Hasan
Jim Bun [靳文]
1455
Palembang, MajapahitWafat1518
Demak, Kesultanan DemakNama lengkapNama takhta
Senapati Jimbun
Senapati Jimbun Ningrat Abdurrahman Panembahan Palembang Sayidin Panatagama
Sultan Syah Alam Akbar al-Fatah
AyahBhre KertabhumiIbuSiu Ban CiIstri

  • Putri Solekha
  • Randu Singa

Anak

  • Surowiyoto [Raden Kikin]
  • Ratu Mas Nyawa
  • Ratu Pembayun
  • Dewi Ratih
  • Raden Kanduruwan

AgamaIslam

Sejarawan Merle Calvin Ricklefs membedakan Raden Patah dari muslim yang bernama Cek-ko-po. Ia mengatakan bahwa Cek-ko-po adalah orang luar, mungkin dari Tiongkok, yang tampaknya mendirikan Kesultanan Demak dan memiliki anak yang mungkin bernama "Rodim", yang disebut demikian oleh orang Portugis.[6] Sementara Tomé Pires, dalam bukunya Suma Oriental, mengatakan bahwa "Pate Rodim" adalah penguasa Demak yang memiliki wilayah Palembang.[7] Kemudian, satu sumber mengatakan bahwa dipercaya luas Kesultanan Demak didirikan pada tahun 1500 oleh Muslim Tionghoa bernama Cek-ko-po atau anaknya, Raden Patah.[8]

Raden Fatah memiliki banyak nama, diantaranya Praba atau Raden Bagus Kasan [Hasan], yang memiliki nama Tionghoa Jin Bun [Hanzi: 靳文, Pinyin: Jìn Wén] sehingga disebut juga Senapati Jimbun[9] atau Panembahan Jimbun,[10] bergelar Sultan Syah Alam Akbar al-Fatah [1455–1518]. Menurut kronik Tiongkok dari Kuil Sam Po Kong Semarang, ia memiliki nama Tionghoa yaitu Jin Bun tanpa nama marga di depannya, karena hanya ibunya yang berdarah Tionghoa. Jin Bun artinya orang kuat.[11] Nama tersebut identik dengan nama Arabnya "Fatah" yang berarti kemenangan.

Terdapat berbagai versi tentang asal usul pendiri Kerajan Demak.

Menurut Babad Tanah Jawi, Raden Patah diduga adalah putra Brawijaya V raja terakhir Majapahit [versi babad] dari seorang selir Tionghoa. Selir Tionghoa ini putri dari Kyai Batong [alias Tan Go Hwat]. Karena Ratu Dwarawati sang permaisuri yang berasal dari Campa merasa cemburu, Bhre Kertabhumi terpaksa memberikan selir Tiongkok kepada adipatinya di Palembang, yaitu Arya Damar. Setelah melahirkan Raden Patah, putri Tionghoa dinikahi Arya Damar [alias Swan Liong], melahirkan Raden Kusen [alias Kin San].

Menurut Purwaka Caruban Nagari, nama asli selir Tionghoa adalah Siu Ban Ci, putri Tan Go Hwat dan Siu Te Yo dari Gresik. Tan Go Hwat merupakan seorang saudagar dan juga ulama bergelar Syaikh Bantong [alias Kyai Batong].

Menurut Suma Oriental karya Tome Pires, pendiri Demak bernama Pate Rodin, cucu seorang masyarakat kelas rendah di Gresik.

Menurut kronik Tiongkok dari kuil Sam Po Kong, nama panggilan waktu Raden Patah masih muda adalah Jin Bun, putra Kung-ta-bu-mi [alias Bhre Kertabhumi alias Brawijaya V] raja Majapahit [versi Pararaton] dari selir Tiongkok. Kemudian selir Tionghoa diberikan kepada seorang berdarah setengah Tionghoa bernama Swan Liong di Palembang. Swan Liong merupakan putra Yang-wi-si-sa [alias Hyang Purwawisesa] dari seorang selir Tiongkok. Dari perkawinan kedua itu lahir Kin San [alias Raden Kusen]. Kronik Tiongkok ini memberitakan tahun kelahiran Jin Bun adalah 1455. Mungkin Raden Patah lahir saat Bhre Kertabhumi belum menjadi raja [memerintah tahun 1474-1478]. Menurut Slamet Muljana [2005], Babad Tanah Jawi teledor dalam mengidentifikasi Brawijaya V sebagai ayah Raden Patah sekaligus ayah Arya Damar, yang lebih tepat isi naskah kronik Tiongkok Sam Po Kong terkesan lebih masuk akal bahwa ayah Swan Liong [alias Arya Damar] adalah Yang-wi-si-sa, berbeda dengan ayah Jin Bun [alias Raden Patah] yaitu Kung-ta-bu-mi atau Kertabhumi alias Brawijaya V.[11]

Menurut Sejarah Banten, Pendiri Demak bernama Cu Cu [Gan Eng Wan?], putra [atau bawahan] mantan perdana menteri Tiongkok [Haji Gan Eng Cu?] yang pindah ke Jawa Timur. Cu Cu mengabdi ke Majapahit dan berjasa menumpas pemberontakan Arya Dilah bupati Palembang. Berita ini cukup aneh karena dalam Babad Tanah Jawi, Arya Dilah adalah nama lain Arya Damar, ayah angkat Raden Patah sendiri. Selanjutnya, atas jasa-jasanya, Cu Cu menjadi menantu raja Majapahit dan dijadikan bupati Demak bergelar Arya Sumangsang [Aria Suganda?].

Meskipun terdapat berbagai versi, namun diceritakan bahwa pendiri Demak memiliki hubungan dengan Majapahit, Tiongkok, Gresik, dan Palembang.

Babad Tanah Jawi menyebutkan, Raden Patah menolak menggantikan Arya Damar menjadi Adipati Palembang. Ia kabur ke pulau Jawa ditemani Raden Kusen [Husain]. Sesampainya di Jawa, keduanya berguru pada Sunan Ampel di Surabaya. Raden Kusen kemudian mengabdi ke Majapahit, sedangkan Raden Patah pindah ke Jawa Tengah membuka hutan Glagahwangi menjadi sebuah pesantren.

Makin lama Pesantren Glagahwangi semakin maju. Brawijaya di Majapahit khawatir kalau Raden Patah berniat memberontak. Raden Kusen yang kala itu sudah diangkat menjadi Adipati Terung diperintah untuk memanggil Raden Patah.

Raden Kusen menghadapkan Raden Patah ke Majapahit. Brawijaya [diidentifikasi sebagai Brawijaya V] merasa terkesan dan akhirnya mau mengakui Raden Patah sebagai putranya. Raden Patah pun diangkat sebagai bupati, sedangkan Glagahwangi diganti nama menjadi Demak, dengan ibu kota bernama Bintara.

Menurut kronik Tiongkok, Jin Bun pindah dari Surabaya ke Demak tahun 1475. Kemudian ia menaklukkan Semarang tahun 1477 sebagai bawahan Demak. Hal itu membuat Kung-ta-bu-mi [alias Bhre Kertabhumi] di Majapahit resah. Namun, berkat bujukan Bong Swi Hoo [alias Sunan Ampel], Kung-ta-bu-mi bersedia mengakui Jin Bun sebagai anak, dan meresmikan kedudukannya sebagai bupati di Bing-to-lo [ejaan Tionghoa untuk Bintoro].

Versi Perang antara Demak dan Majapahit diberitakan dalam naskah babad dan serat, terutama Babad Tanah Jawi dan Serat Kanda. Dikisahkan, Sunan Ampel melarang Raden Patah memberontak pada Majapahit karena meskipun berbeda agama, Brawijaya tetaplah ayah Raden Patah. Namun sepeninggal Sunan Ampel, Raden Patah tetap menyerang Majapahit. Brawijaya moksa dalam serangan itu. Untuk menetralisasi pengaruh agama lama, Sunan Giri menduduki takhta Majapahit selama 40 hari.

Versi Kronik Tiongkok dari kuil Sam Po Kong juga memberitakan adanya perang antara Jin Bun melawan Kung-ta-bu-mi tahun 1478. Perang terjadi setelah kematian Bong Swi Hoo [alias Sunan Ampel]. Jin Bun menggempur ibu kota Majapahit. Kung-ta-bu-mi alias Bhre Kertabhumi ditangkap dan dipindahkan ke Demak secara hormat. Sejak itu, Majapahit menjadi bawahan Demak dengan dipimpin seorang Tionghoa muslim bernama Nyoo Lay Wa sebagai bupati.

Versi Prof. Dr. N. J. Krom dalam buku “Javaansche Geschiedenis” dan Prof. Moh. Yamin dalam buku “Gajah Mada” mengatakan bahwa bukanlah Demak yg menyerang Majapahit pada masa Prabu Brawijaya V, tetapi adalah Prabu Girindrawardhana. Kemudian pasca serangan Girindrawardhana atas Majapahit pada tahun 1478 M, Girindrawardhana kemudian mengangkat dirinya menjadi raja Majapahit bergelar Prabu Brawijaya V, Kekuasaan Girindrawardhana tidak begitu lama, karena Patihnya melakukan kudeta dan mengangkat dirinya sebagai Prabu Brawijaya VI. Perang antar Demak dan Majapahit terjadi pada masa pemerintahan Prabu Brawijaya VI bukan pada masa Raden Fatah dan Prabu Brawijaya V.[12]

Pada tahun 1485 Nyoo Lay Wa mati karena pemberontakan kaum pribumi. Maka, Jin Bun mengangkat seorang pribumi sebagai bupati baru bernama Pa-bu-ta-la, yang juga menantu Kung-ta-bu-mi.

Tokoh Pa-bu-ta-la ini identik dengan Prabu Natha Girindrawardhana alias Dyah Ranawijaya yang menerbitkan prasasti Jiyu tahun 1486 dan mengaku sebagai penguasa Majapahit, Janggala, dan Kadiri.

Selain itu, Dyah Ranawijaya juga mengeluarkan prasasti Petak yang berkisah tentang perang melawan Majapahit. Berita ini melahirkan pendapat kalau Majapahit runtuh tahun 1478 bukan karena serangan Demak, melainkan karena serangan keluarga Girindrawardhana.

Artikel ini tidak memiliki referensi atau sumber tepercaya sehingga isinya tidak bisa dipastikan. Bantu perbaiki artikel ini dengan menambahkan referensi yang layak. Tulisan tanpa sumber dapat dipertanyakan dan dihapus sewaktu-waktu.
Cari sumber: "Raden Patah" – berita · surat kabar · buku · cendekiawan · JSTOR

Apakah Raden Patah pernah menyerang Majapahit atau tidak, dia diceritakan sebagai raja pertama Demak. Menurut Babad Tanah Jawi, ia bergelar Senapati Jimbun Ningrat Ngabdurahman Panembahan Palembang Sayidin Panatagama, sedangkan menurut Serat Pranitiradya, bergelar Sultan Syah Alam Akbar, dan dalam Hikayat Banjar disebut Sultan Surya Alam.

Nama Patah sendiri berasal dari kata al-Fatah, yang artinya "Sang Pembuka", karena ia memang pembuka kerajaan Islam pertama di pulau Jawa.

Pada tahun 1479 ia meresmikan Masjid Agung Demak sebagi pusat pemerintahan. Ia juga memperkenalkan pemakaian Salokantara sebagai kitab undang-undang kerajaan. Kepada umat beragama lain, sikap Raden Patah sangat toleran. Kuil Sam Po Kong di Semarang tidak dipaksa kembali menjadi masjid, sebagaimana dulu saat didirikan oleh Laksamana Cheng Ho yang beragama Islam.

Raden Patah juga tidak mau memerangi umat Hindu dan Buddha sebagaimana wasiat Sunan Ampel, gurunya. Meskipun naskah babad dan serat memberitakan ia menyerang Majapahit, hal itu dilatarbelakangi persaingan politik memperebutkan kekuasaan pulau Jawa, bukan karena sentimen agama. Lagi pula, naskah babad dan serat juga memberitakan kalau pihak Majapahit lebih dulu menyerang Giri Kedaton, sekutu Demak di Gresik.

Tome Pires dalam Suma Oriental memberitakan pada tahun 1507 Pate Rodin alias Raden Patah meresmikan Masjid Agung Demak yang baru diperbaiki. Lalu pada tahun 1512 menantunya yang bernama Pate Unus bupati Jepara menyerang Portugis di Malaka.

Tokoh Pate Unus ini identik dengan Yat Sun dalam kronik Tiongkok yang diberitakan menyerang bangsa asing di Moa-lok-sa tahun 1512. Perbedaannya ialah, Pate Unus adalah menantu Pate Rodin, sedangkan Yat Sun adalah putra Jin Bun. Kedua berita, baik dari sumber Portugis ataupun sumber Tiongkok, sama-sama menyebutkan armada Demak hancur dalam pertempuran ini.

Silsilah

  • Silsilah dari Bapak [Brawijaya V]: Raden Fatah bin Brawijaya V bin Brawijaya II bin Brawijaya I bin Wikramawardhana bin Singhawardhana
  • Silsilah dari Ibu [Siu Ban Ci]: Raden Fatah anak Siu Ban Ci bin Syekh Bentong bin Syarif Hasanuddin Quro bin Syekh Muhammad Yusuf As-Sidiq bin Syekh Jamaluddin Akbar al-Husain bin Ahmad Syah Jalaluddin bin Amir Abdullah Azmatkhan bin Abdul Malik Azmatkhan bin Alwi ‘Ammil Faqih bin Muhammad Shohib Mirbath bin Ali Khali' Qasam bin Alwi Shohib Baiti Jubair/'Alwi Ats Tsani bin Muhammad Shohibus Saumah bin Alawi bin Ubaidillah Ahmad al-Muhajir bin Isa bin Muhammad an-Naqib bin Ali bin Imam Ja’far ash-Shadiq bin Imam Muhammad al-Baqir bin Imam Ali bin Husain bin Imam Husain bin Ali bin Abu Thalib.

Menurut naskah babad dan serat, Raden Patah memiliki tiga orang istri. Yang pertama adalah Solekha anak dari Malokha putri Sunan Ampel. Malokha adalah istri dari P. Wironegoro, Adipati Lasem. Solekha melahirkan Raden Kikin alias Surowiyoto dan Ratu Mas Nyawa. Istri kedua melahirkan Raden Trenggana, Ratu Pembayun dan Dewi Ratih. Istri yang ketiga seorang putri dari Randu Sanga, melahirkan Raden Kanduruwan. Raden Kanduruwan ini pada pemerintahan Sultan Trenggana berjasa menaklukkan Sumenep.

Ketika Pangeran Sabrang Lor meninggal tahun 1521, Putra Mahkota Pangeran Surowiyoto dan adik ipar dari Pati Unus Raden Trenggana bersaing memperebutkan takhta. P. Surowiyoto alias Raden Kikin akhirnya mati dibunuh putra sulung Raden Trenggana yang bernama Raden Mukmin alias Sunan Prawata, di tepi sungai Lasem. Oleh karena itu, Raden Kikin pun dijuluki Pangeran Sekar Seda ing Lepen, artinya bunga yang gugur di sungai.

Kronik Tiongkok hanya menyebutkan dua orang putra Jin Bun saja, yaitu Yat Sun dan Tung-ka-lo, yang masing-masing identik dengan Pangeran Sabrang Lor dan Sultan Trenggana.

Dalam Suma Oriental, Tomé Pires menulis bahwa Pate Rodin memiliki putra yang juga bernama Pate Rodim, dan menantu bernama Pate Unus. Berita versi Portugis ini menyebut Pate Rodin Yunior lebih tua usianya daripada Pate Unus. Dengan kata lain Sultan Trenggana disebut sebagai kakak ipar Pangeran Sabrang Lor.

  1. ^ "Sejarah Kesultanan Demak: Kerajaan Islam Pertama di Jawa". tirto.id. Diakses tanggal 2020-12-19. Dalam buku Sejarah yang ditulis oleh Nana Supriatna diungkapkan, Kesultanan Demak didirikan oleh Raden Patah, putra Raja Majapahit dari istri seorang perempuan asal Cina, yang telah masuk Islam. Raden Patah memimpin Demak pada 1500 hingga 1518 M. 
  2. ^ JawaPos.com [2019-09-10]. "Raden Patah dan Kita". radarkudus.jawapos.com. Diakses tanggal 2020-12-19. 
  3. ^ Maryam [2016]. "TRANSFORMASI ISLAM KULTURAL KE STRUKTURAL [STUDI ATAS KERAJAAN DEMAK]". Tsaqofah dan Tarikh: Jurnal Kebudayaan dan Sejarah Islam. 1 [1]. 
  4. ^ Yogyanto, R. Nurchayo [2017]. "PERAN RADEN PATAH DALAM MENGEMBANGKAN AGAMA ISLAM DI DEMAK TAHUN 1478-1518". Prodi Pendidikan Pendidikan Sejarah Universitas PGRI Yogyakarta [dalam bahasa Inggris]. 
  5. ^ Susilo, Agus; Wulansari, Ratna [2019-06-28]. "Peran Raden Fatah Dalam Islamisasi di Kesultanan Demak Tahun 1478–1518". Tamaddun: Jurnal Kebudayaan dan Sastra Islam [dalam bahasa Inggris]. 19 [1]: 70–83. doi:10.19109/tamaddun.v19i1.3401. ISSN 2622-531X. 
  6. ^ Ricklefs 2008, hlm. 38.
  7. ^ Suma Oriental 1944.
  8. ^ Backshall, Stephen [2003]. Indonesia. Rough Guides. hlm. 265. ISBN 978-1-85828-991-5.  Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan [bantuan]
  9. ^ menurut Babad Tanah Jawi
  10. ^ menurut Serat Kanda
  11. ^ a b [Indonesia] Muljana, Slamet [2005]. Runtuhnya kerajaan Hindu-Jawa dan timbulnya negara-negara Islam di Nusantara. PT LKiS Pelangi Aksara. hlm. 89. ISBN 9798451163. ISBN 978-979-8451-16-4
  12. ^ MB. Rahimsyah. Legenda dan Sejarah Lengkap Walisongo. [Amanah, Surabaya, tth]. Hal. 50.

  • The Suma oriental of Tomé Pires and the book of Francisco Rodrigues. London: The Hakluyt Society. 1944.  Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan [bantuan]
  • Babad Majapahit dan Para Wali [Jilid 3]. 1989. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Proyek Penerbitan Buku Sastra Indonesia dan Daerah
  • De Graaf, H. J.; Pigeaud, T. G. T. [1976]. Islamic States in Java 1500-1700: Eight Dutch Books and Articles by Dr. H.J. De Graaf. Brill. ISBN 9789004287006.  Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan [bantuan]
  • Moedjianto. 1987. Konsep Kekuasaan Jawa: Penerapannya oleh Raja-raja Mataram. Yogyakarta: Kanisius
  • Muljana, Slamet [2005]. Runtuhnya Kerajaan Hindu-Jawa dan Timbulnya Negara-Negara Islam di Nusantara. Yogyakarta: LKIS. ISBN 9789798451164.  Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan [bantuan]
  • Ricklefs, M. C. [2008]. A History of Modern Indonesia Since C.1200 [edisi ke-4]. London: Palgrave MacMillan. ISBN 9780230546868.  Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan [bantuan]

  1. ^ Berbagai sumber dan buku teks pelajaran sejarah menyebutkan bahwa 1500 adalah tahun dimana Raden Patah mulai memerintah Kesultanan Demak.[1][2][3][4] Tetapi, ada pula sumber yang menyebutkan bahwa Raden Patah mulai memerintah pada tahun 1478, tahun sekitar berakhirnya Kemaharajaan Majapahit.[5]

Gelar kebangsawanan
Didahului oleh:
Bhre Kertabhumi
Sultan Demak
1475—1518
Diteruskan oleh:
Pati Unus

Diperoleh dari "//id.wikipedia.org/w/index.php?title=Raden_Patah&oldid=20974235"

Video yang berhubungan

Bài mới nhất

Chủ Đề