Negara yang memiliki keanekaragaman terbesar pertama di dunia adalah

Kasubid Sumber Daya Genetika Dr Moh Haryono mewakili Direktur  konservasi Keanekaragaman Hayati Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan pada peringatan hari Kehati 2019 di Makassar, Rabu [22/05/2019]. [ANTARA Foto/Suriani Mappong].

Keanekaragaman ekosistem Biodeversity dari sisi daratan Indonesia nomor tiga di dunia, setelah Brasil dan Hong Kong, namun jika digabung lautan dan daratan, maka Indonesia yang terbesar keanekaragaman hayatinya,

Makassar [ANTARA] - Keanekaragaman hayati [biodiversity] wilayah darat dan laut Indonesia tercatat terbesar di dunia, sehingga harus dijaga dan dilestarikan. Hal itu dikemukakan Kasubid Sumber Daya Genetika Dr Moh Haryono mewakili Direktur konservasi Keanekaragaman Hayati Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan pada peringatan hari Kehati 2019 di Makassar, Rabu. "Keanekaragaman ekosistem Biodeversity dari sisi daratan Indonesia nomor tiga di dunia, setelah Brasil dan Hong Kong, namun jika digabung lautan dan daratan, maka Indonesia yang terbesar keanekaragaman hayatinya," tambahnya. Dia mengemukakan, keanekaragaman hayati Indonesia masing-masing setiap jenisnya mencapai 5 persen dari keanekaragaman hayati dunia, bahkan ada yang diatas 10 persen berada di Indonesia. Mencermati hal itu, lanjut Haryono keanekaragaman Hayati harus dikelola dan dimanfaatkan secara berkelanjutan dengan memperhatikan tiga aspek yakni aspek sosial, ekologi dan ekonomi. Sedang kehidupan atau biota dari keanekaragaman hayati itu terdiri dari fauna, algae, flora dan mikro organisme. Sementara itu Kepala Balai Besar KSDA Sulsel, Thomas Nifinluri pada kesempatan yang sama mengatakan, dalam peringatan Hari Kehati 2019 pihaknya menggelar beberapa kegiatan diantaranya talkshow, demo aplikasi New OME, rilis satwa endemik dan Ramadhan street campaign. "Salah satu upaya menjaga dan melestarikan konservasi di lapangan dengan melakukan penangkaran rusa rakyat di Kabupaten Takalar, Sulsel," katanya. Selain itu, juga mendorong Taman Burung Ko'mara berbasis masyarakat, sehingga memberikan dampak peningkatan kesejahteraan masyarakat. Termasuk melakukan penguatan regulasinya.

"Ini juga akan memberikan penawaran sebagai objek wisata, karena itu perlu disiapkan sarana penunjang ya," ujarnya. Kasubid Sumber Daya Genetika KLHK Dr Moh Haryono [kanan] dan Kepala Balai BBKSDA Sulsel Thomas Nifinluri [kiri] pada peringatan hari Kehati 2019 di Makassar, Rabu [22/05/2019]. ANTARA Foto/Suriani Mappong

Pewarta: Suriani MappongEditor: Hendra Agusta

COPYRIGHT © ANTARA 2019

Indonesia merupakan negara kedua di dunia yang memiliki keaneka-ragaman hayati tertinggi setelah Brasil yang berada di kawasan `Wallaccea` Sulawesi yang ditemukan Alfred Russel Wallace dari Amerika, perlu dilestarikan dan dikaji pemanfaatannya bagi kepentingan orang banyak.

Indonesia merupakan negara kedua di dunia yang memiliki keaneka-ragaman hayati tertinggi setelah Brasil yang berada di kawasan `Wallaccea` Sulawesi yang ditemukan Alfred Russel Wallace dari Amerika, perlu dilestarikan dan dikaji pemanfaatannya bagi kepentingan orang banyak.

"Wallace adalah orang pertama yang menyadari fenomena kekhasan geologi Sulawesi, padahal dia bukanlah seorang ahli geologi melainkan seorang naturalis, patut dihargai penemuannya bagi masa depan bangsa Indonesia khususnya di wilayah Timur Indonesia, " kata Wakil Gubernur Sulawesi Selatan, Agus Arifin Nu`mang di Makassar, Rabu malam.

Pada Pembukaan International Conference On Alfred Russel Wallace And The Wallace di Baruga Sangiaseri Gubernuran, Makassar, Wagub mengatakan, keunikan sejarah pembentukan Sulawesi beserta pulau-pulau satelitnya mulai disadari bahwa hasil pengamatannya terhadap kekhasan flora-fauna Sulawesi yang berbeda dengan pulau besar lainnya.

"Ini sebuah karya ilmiah yang fenomental yang menjadikan Wallace sebagai ilmuan peletak dasar ilmu biografi yang mempelajari penyebaran flora dan fauna di kawasan itu, " katanya.

Karena itu, lanjutnya, warisan terbesar penemu asal Amerika ini justeru merupakan sejarah yang terlupakan namun kemudian diangkat kepermukaan mantan Presiden BJ. Habibie, salah satu putra Sulawesi pada tahun 1992 dengan mengabadikan nama Wallace menjadi sebuah lembaga bernama `Yayasan Pengembangan Wallaccea`.

Kegiatan penemuan di bidang medis dari keaneka-ragaman hayati kelautan merupakan bukti nyata pentingnya Wallace digali dan diteliti para peneliti di bidang tersebut, termasuk dari LIPI guna melanjutkan dan mengembangkan penelitian biologi seperti yang pernah dilakukan Alfred Russel dar kepulauan Raja Ampat hingga Maluku.

"Kita berharap hasil penelitian itu dapat bermanfaat bagi kemaslahatan dan kemamuran rakyat Indonesia, " ujarnya seraya mengajak peneliti dari berbagai Perguruan Tinggi khususnya di Kawasan Timur Indonesia [KTI] untuk bergabung dalam ekspedisi penelitian dari LIPI guna menggali potensi alam di wilayah Wallacea.

Menurut Agus Arifin Nu`mang, mantan Ketua DPRD Sulsel, kawasan Wallacea masih menjanjikan terciptanya karya-karya baru di bidang ini yang lebih mensejarah bagi masa depan bangsa Indonesia.

Ia mengajak peserta konferensi tersebut khususnya dari negara sahabat yang ikut dalam pertemuan ini untuk menyempatkan waktu mengunjungi Taman Nasional Bantimurung kabupaten Maros, 35 kilometer utara Makassar, yang memiliki keaneka-ragaman hayati yang merupakan salah satu tempat AR. Wallace mengadakan penelitian sebelum melanjutkan perjalanannya ke Sulawesi Utara dan Kepulauan Maluku.

Peserta International Conference on Alfred Russel Wallace and The Wallacea yang diikuti sekitar 200 orang penelitia dari berbagai negara, dirangkaikan memperingati 150 tahun `Letter From Ternate` yang ditulis AR Wallace.[]Indonesia merupakan negara kedua di dunia yang memiliki keaneka-ragaman hayati tertinggi setelah Brasil yang berada di kawasan `Wallaccea` Sulawesi yang ditemukan Alfred Russel Wallace dari Amerika, perlu dilestarikan dan dikaji pemanfaatannya bagi kepentingan orang banyak.

"Wallace adalah orang pertama yang menyadari fenomena kekhasan geologi Sulawesi, padahal dia bukanlah seorang ahli geologi melainkan seorang naturalis, patut dihargai penemuannya bagi masa depan bangsa Indonesia khususnya di wilayah Timur Indonesia, " kata Wakil Gubernur Sulawesi Selatan, Agus Arifin Nu`mang di Makassar, Rabu malam.

Pada Pembukaan International Conference On Alfred Russel Wallace And The Wallace di Baruga Sangiaseri Gubernuran, Makassar, Wagub mengatakan, keunikan sejarah pembentukan Sulawesi beserta pulau-pulau satelitnya mulai disadari bahwa hasil pengamatannya terhadap kekhasan flora-fauna Sulawesi yang berbeda dengan pulau besar lainnya.

"Ini sebuah karya ilmiah yang fenomental yang menjadikan Wallace sebagai ilmuan peletak dasar ilmu biografi yang mempelajari penyebaran flora dan fauna di kawasan itu, " katanya.

Karena itu, lanjutnya, warisan terbesar penemu asal Amerika ini justeru merupakan sejarah yang terlupakan namun kemudian diangkat kepermukaan mantan Presiden BJ. Habibie, salah satu putra Sulawesi pada tahun 1992 dengan mengabadikan nama Wallace menjadi sebuah lembaga bernama `Yayasan Pengembangan Wallaccea`.

Kegiatan penemuan di bidang medis dari keaneka-ragaman hayati kelautan merupakan bukti nyata pentingnya Wallace digali dan diteliti para peneliti di bidang tersebut, termasuk dari LIPI guna melanjutkan dan mengembangkan penelitian biologi seperti yang pernah dilakukan Alfred Russel dar kepulauan Raja Ampat hingga Maluku.

"Kita berharap hasil penelitian itu dapat bermanfaat bagi kemaslahatan dan kemamuran rakyat Indonesia, " ujarnya seraya mengajak peneliti dari berbagai Perguruan Tinggi khususnya di Kawasan Timur Indonesia [KTI] untuk bergabung dalam ekspedisi penelitian dari LIPI guna menggali potensi alam di wilayah Wallacea.

Menurut Agus Arifin Nu`mang, mantan Ketua DPRD Sulsel, kawasan Wallacea masih menjanjikan terciptanya karya-karya baru di bidang ini yang lebih mensejarah bagi masa depan bangsa Indonesia.

Ia mengajak peserta konferensi tersebut khususnya dari negara sahabat yang ikut dalam pertemuan ini untuk menyempatkan waktu mengunjungi Taman Nasional Bantimurung kabupaten Maros, 35 kilometer utara Makassar, yang memiliki keaneka-ragaman hayati yang merupakan salah satu tempat AR. Wallace mengadakan penelitian sebelum melanjutkan perjalanannya ke Sulawesi Utara dan Kepulauan Maluku.

Peserta International Conference on Alfred Russel Wallace and The Wallacea yang diikuti sekitar 200 orang penelitia dari berbagai negara, dirangkaikan memperingati 150 tahun `Letter From Ternate` yang ditulis AR Wallace.[] "Wallace adalah orang pertama yang menyadari fenomena kekhasan geologi Sulawesi, padahal dia bukanlah seorang ahli geologi melainkan seorang naturalis, patut dihargai penemuannya bagi masa depan bangsa Indonesia khususnya di wilayah Timur Indonesia, " kata Wakil Gubernur Sulawesi Selatan, Agus Arifin Nu`mang di Makassar, Rabu malam.

Pada Pembukaan International Conference On Alfred Russel Wallace And The Wallace di Baruga Sangiaseri Gubernuran, Makassar, Wagub mengatakan, keunikan sejarah pembentukan Sulawesi beserta pulau-pulau satelitnya mulai disadari bahwa hasil pengamatannya terhadap kekhasan flora-fauna Sulawesi yang berbeda dengan pulau besar lainnya.

"Ini sebuah karya ilmiah yang fenomental yang menjadikan Wallace sebagai ilmuan peletak dasar ilmu biografi yang mempelajari penyebaran flora dan fauna di kawasan itu, " katanya.

Karena itu, lanjutnya, warisan terbesar penemu asal Amerika ini justeru merupakan sejarah yang terlupakan namun kemudian diangkat kepermukaan mantan Presiden BJ. Habibie, salah satu putra Sulawesi pada tahun 1992 dengan mengabadikan nama Wallace menjadi sebuah lembaga bernama `Yayasan Pengembangan Wallaccea`.

Kegiatan penemuan di bidang medis dari keaneka-ragaman hayati kelautan merupakan bukti nyata pentingnya Wallace digali dan diteliti para peneliti di bidang tersebut, termasuk dari LIPI guna melanjutkan dan mengembangkan penelitian biologi seperti yang pernah dilakukan Alfred Russel dar kepulauan Raja Ampat hingga Maluku.

"Kita berharap hasil penelitian itu dapat bermanfaat bagi kemaslahatan dan kemamuran rakyat Indonesia, " ujarnya seraya mengajak peneliti dari berbagai Perguruan Tinggi khususnya di Kawasan Timur Indonesia [KTI] untuk bergabung dalam ekspedisi penelitian dari LIPI guna menggali potensi alam di wilayah Wallacea.

Menurut Agus Arifin Nu`mang, mantan Ketua DPRD Sulsel, kawasan Wallacea masih menjanjikan terciptanya karya-karya baru di bidang ini yang lebih mensejarah bagi masa depan bangsa Indonesia.

Ia mengajak peserta konferensi tersebut khususnya dari negara sahabat yang ikut dalam pertemuan ini untuk menyempatkan waktu mengunjungi Taman Nasional Bantimurung kabupaten Maros, 35 kilometer utara Makassar, yang memiliki keaneka-ragaman hayati yang merupakan salah satu tempat AR. Wallace mengadakan penelitian sebelum melanjutkan perjalanannya ke Sulawesi Utara dan Kepulauan Maluku.

Peserta International Conference on Alfred Russel Wallace and The Wallacea yang diikuti sekitar 200 orang penelitia dari berbagai negara, dirangkaikan memperingati 150 tahun `Letter From Ternate` yang ditulis AR Wallace.[]

Sumber : Antara [10 Desember 2008]

Video yang berhubungan

Bài mới nhất

Chủ Đề