Pada Perang Badar pasukan kaum Muslimin yang gugur sebagai syuhada sebanyak

Madinah, [Tagar 2/6/2018] - Bukit Uhud atau Jabal Uhud adalah sebuah bukit berjarak 5 kilometer di sebelah utara Kota Madinah dengan ketinggian sekitar 1.077 meter di atas permukaan laut.

Tak seperti gunung atau bukit lainnya, Jabal Uhud memiliki keistimewaan tersendiri. Bahkan Jabal Uhud adalah salah satu bukit yang dijanjikan kelak ada di surga. Gunung ini, yang sangat mencintai dan dicintai Nabi Muhammad SAW.

Uhud, yang artinya penyendiri, setiap tahun selalu diziarahi Nabi. Kebiasaan ini kemudian diteruskan para khalifah setelah Nabi wafat. Dan kini Uhud menjadi salah satu tujuan utama ziarah para jamaah haji di Madinah.

Bukit ini akan selalu diingat oleh umat Islam, sebab di lembah gunung ini pernah terjadi pertempuran besar antara pejuang Islam dan kaum kafir Quraisy pada 15 Syawal 3 Hijriah [Maret 625 Masehi].

Dalam peperangan tersebut kaum muslimin yang gugur mencapai 70 orang syuhada, di antaranya paman Nabi, Hamzah bin Abdul Muththalib, yang digelari Asa­Dullah wa Asadur Rasul [Singa Allah dan Rasul-Nya], Mush'ab bin Umair, dan Abdullah bin Jahsyin.

Para syuhada tersebut dimakamkan di lokasi mereka gugur, di dekat Gunung Uhud. Nabi Muhammad SAW sendiri dalam pertempuran tersebut mendapat luka-luka. Dan sahabat-sahabatnya yang menjadi perisai guna Rasulullah turut gugur, dengan kondisi badan dipenuhi anak panah.

Perang Uhud, bermula dari keinginan balas dendam kaum kafir Quraisy seusai kekalahan mereka dalam Perang Badar. Mereka berencana menyerbu umat Islam yang ada di Madinah.

Rasulullah SAW memerintahkan barisan pasukan Muslimin menyongsong kaum kafir itu di luar Kota Madinah. Strategi pun disusun, sebanyak 50 pasukan pemanah diperintah oleh Rasulullah yang memimpin langsung pasukannya, ditempatkan di atas Jabal Uhud.

Mereka diperintahkan menunggu di bukit tersebut, untuk melakukan serangan apabila kaum Quraisy menyerbu, terutama pasukan berkudanya. Sedangkan pasukan lainnya, menunggu di celah bukit.

Maka terjadilah perang antara pasukan kaum Muslimin yang berjumlah 700 orang melawan kaum musyrikin Mekkah yang berjumlah 3.000 orang.

Dalam perang dahsyat itu pasukan Muslimin sebenarnya sudah memperoleh kemenangan. Namun, karena pasukan pemanah kaum Muslimin yang tadinya ditempatkan di Bukit Uhud, tergiur barang-barang kaum musyrikin yang sebelumnya sempat melarikan diri dan barang bawaannya tergeletak di lembah Uhud, pasukan pemanah meninggalkan posnya dengan menuruni bukit. Padahal, sebelumnya Rasulullah telah menginstruksikan agar tidak meninggalkan Bukit Uhud, walau apa pun yang terjadi.

Akibat serangan balik tersebut, umat Islam mengalami kekalahan tidak sedikit. Sebanyak 70 orang sahabat gugur sebagai syuhada.

Kini, jika kita datang ke lokasi tersebut, kompleks pemakaman itu akan terlihat sangat sederhana, hanya dikelilingi pagar setinggi 1,75 meter. Dari luar hanya ada jeruji, sehingga jamaah bisa melongok sedikit ke dalam.

Bahkan, di dalam areal permakaman yang dikelilingi pagar itu, tidak ada tanda-tanda khusus seperti batu nisan, yang menandakan ada makam di sana. umat Islam dilarang meminta doa kepada para syuhada Uhud termasuk Sayidina Hamzah.

Di Jabal Uhud dipasang papan penggumuman dalam berbagai bahasa yang salah satunya mengingatkan peziarah agar berdoa langsung kepada Allah SWT dan tidak minta safaat kepada para syuhada.

Menziarahi Jabal Uhud ataupun ziarah kubur diperbolehkan untuk memperingatkan umat Islam akan kematian. [gil]

kuis pertanyaan setetang Indonesia Kapan English datang ke Indonesia

Apa perbedaan mandi wajib dengan mandi biasa​

cerita dard dan goliat diambil dari kitab? Pasal? Ayat? ​

Apa yang dimaksud Tashwirul afkar?

Dalam Festival budaya Arab di pasar ukaz, Penghargaan tertinggi bagi syair dan puisi yang terbaik adalah

Nyai Ageng pinatih memutuskan untuk mengangkat bayi yang ditemukannya menjadi​

sebutkan nama lain surah al maun​

Carilah 5 macam akhlak terpuji dan lawan kebalikannya atau akhlak tercela tulis pada tabel berikut! ​

berikan contoh berbuat baik padaorang miskin​

20. Mustahil Allah Swt. terpaksa atas sesuatu, karena Allah Swt. bersifat .... a. Qudrat b. Iradat c. 'Ilmu d. Hayat​

Ilustrasi: Foto: Karim Sahib/AFP

Jakarta - Perang ini merupakan peperangan antara umat Islam yang beriman dengan kaum kafir yang terjadi di Lembah Badar dan menjadi perang pertama yang dilakukan umat muslim setelah hijrah ke Madinah. Peristiwa yang terjadi pada 17 Ramadan tahun ke 2 Hijriyah ini dipimpin langsung oleh Rasulullah SAW.Setelah umat Islam mengalami intimidasi, kesulitan dan duka, mereka meninggalkan kampung halaman mereka di Mekkah. Rasulullah SAW akhirnya mengadakan rencana penyergapan kafilah Quraisy, namun rencana dan persiapan matang tersebut gagal. Kafilah dagang yang dipimpin oleh Abu Sufyan bin Harb berhasil melarikan diri. Nabi bersama para sahabatnya keluar dari Madinah pada tanggal 12 Ramadan tahun 2 Hijriyah. Beliau tidak mewajibkan setiap kaum muslimin untuk ambil bagian menuju Badar, karena keberangkatan ini hanya bertujuan untuk menyergap kafilah Quraisy, bukan untuk berperang. Namun sayang, rencana ini kembali gagal karena berhasil diketahui Abu Sufyan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Mengetahui pergerakan umat Islam dari Madinah, Quraisy segera menyiapkan pasukan besar untuk berperang. Mereka membawa 1300 pasukan. 600 di antaranya pasukan berbaju besi. Dan 100 di antaranya penunggang kuda. Mereka juga membawa unta dalam jumlah yang besar. Sementara kaum muslimin hanya berjumlah 314 orang. Ada yang mengatakan 319 orang, 83 di antaranya adalah kaum Muhajirin.Rasulullah SAW bersama sekitar 300 muslimin berhasil mengalahkan pasukan musyrikin Mekkah yang berjumlah lebih dari 1000 orang. Sebanyak 70 orang kaum musyrikin tewas di medan Badar. Di antara mereka adalah tokoh-tokoh Quraisy, seperti Abu Jahal, Utbah bin Rabiah, Syaibah bin Rabiah, Umayyah bin Khalaf, Al-Ash bin Hsyam bin al-Mughirah. Dari pihak kaum muslimin, sebanyak 14 orang mati syahid, 6 orang kaum Muhajirin dan 8 orang kaum Anshar.

Kemenangan ini merupakan hadiah dari Allah atas kesabaran orang-orang yang beriman dalam memberantas kebatilan dan kemusyrikan. [slh/ega]

Rasulullah SAW mendoakan sahabat yang syahid di Perang Uhud.

Senin , 06 Apr 2020, 20:20 WIB

Republika/ Amin Madani

Rasulullah SAW mendoakan sahabat yang syahid di Perang Uhud. Ilustrasi jamaah haji berada di kawasan Jabal Uhud.

Red: Nashih Nashrullah

REPUBLIKA.CO.ID, Menyimak catatan sejarah, Perang Uhud terjadi pada 15 Syawal di tahun ketiga Hijriyah [sekitar Maret 625 M]. Peperangan dipicu keinginan balas dendam kafir Quraisy seusai kekalahan mereka dalam perang Badar. 

Baca Juga

Atas perintah Rasulullah, barisan pasukan Muslim pun menyongsong kaum kafir itu di luar Kota Madinah. Strategi pun disusun. Sebanyak 50 pasukan pemanah ditempatkan di atas Jabal Uhud dengan perintah untuk melakukan serangan apabila kaum Quraisy menyerbu, terutama pasukan berkudanya. 

Perang pun berkobar. Dalam perang dahsyat itu, pasukan Muslimin sebenarnya sudah memperoleh kemenangan. Akan tetapi, mereka kemudian dipukul balik oleh tentara Quraisy, karena pasukan pemanah terpancing umpan musuh berupa harta-benda, perhiasan, dan jenis harta rampasan perang lainnya. 

Pasukan berkuda Quraisy pimpinan Khalid bin Walid [sahabat Rasul yang saat itu belum memeluk Islam, Red] menyerang pasukan Muslim dari arah belakang saat mereka terlena memperebutkan harta. 

Serangan mendadak tersebut berakibat fatal bagi kaum Muslim. Tak kurang 70 tentara Muslim gugur menjadi syuhada, termasuk paman Rasulullah, Hamzah bin Abdul Muthalib. Tak kurang kesedihan Rasulullah Muhammad SAW atas kematian pamannya. 

Seusai perang, jenazah para syuhada Uhud segera dimakamkan dekat lokasi perang serta dishalatkan satu per satu sebelum dikuburkan. 

Adapun Hamzah dishalatkan sebanyak 70 kali. Beliau dimakamkan menjadi satu dengan Abdullah bin Jahsyi [sepupu Nabi] di lokasi terpisah dengan lokasi para syuhada yang lain. 

Lokasi pemakaman para syuhada Uhud kini menjadi kompleks pemakaman sangat sederhana, yang dikelilingi pagar setinggi 1,75 meter. Pagar dibenamkan jeruji agar para peziarah dapat melihat ke dalam pemakaman. 

Tak seperti pemakaman biasa, tidak ada batu nisan atau tanda-tanda khusus di dalam areal pemakaman para syuhada Uhud. Hanya ada tanda berupa batu-batu di sekeliling areal pemakaman. Di Uhud, terdapat pula lubang tempat Rasulullah terjerembab dan tertimpa batu ketika terjadi perang. Terdapat juga sebuah gua tempat peristirahatan Rasulullah seusai perang. 

Kecintaan Rasulullah kepada para syuhada Uhud, terutama sang paman, Hamzah RA, membuatnya senantiasa menyempatkan berziarah ke Jabal Uhud hampir setiap tahun. Langkah beliau kemudian juga diikuti beberapa sahabat sesudah Rasulullah wafat. Terdapat kisah tentang Umar bin Khatab dan Abubakar As-Shiddiq yang selalu mengingatkan Rasulullah jika perjalanannya telah mendekati Uhud.

Nabi Muhammad SAW pun bersabda, ''Mereka yang dimakamkan di Uhud tak memperoleh tempat lain kecuali rohnya berada di dalam burung hijau, yang melintasi sungai surgawi. Burung itu memakan makanan dari taman surga dan tak pernah kehabisan makanan. Para syuhada itu berkata, 'Siapa yang akan menceritakan kondisi kami kepada saudara kami bahwa kami sudah berada di surga'.'' 

Maka, Allah berkata, ''Aku yang akan memberi kabar kepada mereka.'' Kemudian, turun ayat yang berbunyi, ''Dan, janganlah mengira orang yang terbunuh di jalan Allah itu meninggal.'' [QS 3:169]. 

Sampai saat ini, Jabal Uhud menjadi tempat penting untuk diziarahi oleh para jamaah haji. Di tempat ini, biasanya banyak mutawif yang memandu memimpin doa. Di dalam buku panduan haji, juga telah dicantumkan doa ketika ziarah ke Jabal Uhud

Silakan akses epaper Republika di sini Epaper Republika ...

Video yang berhubungan

Bài mới nhất

Chủ Đề