Pertanyaan sulit tentang kesulitan belajar

Rabu, 06/01/2021 WIB | 132889

Berbagai pertanyaan yang sering ditanyakan di penyelenggaraan pembelajaran pada Semester Genap Tahun Ajaran dan Tahun Akademik 2020/2021 di masa pandemi Covid-19

KOMPAS.com - Media sosial baru-baru ini diramaikan mengenai seorang ibu yang berulang kali mencambuki anaknya dengan selang.

Diketahui, sang ibu melakukan kekerasan tersebut karena anaknya tak kunjung paham saat diajari pelajaran Matematika olehnya.

Berdasarkan keterangan kepolisian, kejadian tersebut berlokasi di Dusun Masyorenggo, Desa Talok, Malang pada Selasa [1/9/2020].

Kasat Reskrim Polres Malang AKP Tiksnarto Andari Rahutomo mengungkapkan, penganiayaan berhenti setelah ayah korban datang menghampiri dan menenangkan sang istri.

Baca juga: Viral, Video Ibu di Malang Cambuki Anaknya karena Tak Kunjung Paham Saat Diajari Matematika

Berangkat dari hal ini, bagaimana sebaiknya orangtua membantu menemani anaknya saat belajar?

Psikolog anak dan keluarga, Astrid WEN mengatakan bahwa orangtua sebaiknya melihat apa saja yang membuat anaknya susah belajar.

"Jika orangtua melihat anaknya susah belajar, hal yang dapat dilakukan adalah melihat apa-apa saja yang membuat anaknya susah belajar, apakah hanya pada mata pelajaran tertentu ia kesusahan, apakah dalam memahami soal, apakah ia belajar dalam keadaan lelah/sudah mengantuk, atau secara spesifik apa yang membuat anak susah belajar," ujar Astrid saat dihubungi Kompas.com, Jumat [4/9/2020].

Baca juga: Selain PJJ, Adakah Metode Pembelajaran Lain yang Bisa Diterapkan?

Menurutnya, jika orangtua dapat melihat kesulitan anak secara tepat, maka orangtua dapat memberikan bantuan yang tepat bagi sang buah hati.

"Apabila kita melihat, oh dia kesulitan soal matematika, lalu kita berulangkali mengajarkan kepadanya soal tersebut tapi ia tidak bisa-bisa, kita perlu menyadari bahwa ia memang kesulitan dalam memahami soal matematika dan mungkin cara pengajaran kita kurang tepat," lanjut dia.

Astrid menambahkan, ada banyak metode pengajaran yang bisa dipilih mana yang lebih tepat bagi anak-anak.

Pada anak SD biasanya contoh konkret, alat peraga atau alat bantu, dan soal cerita akan banyak memudahkan anak memahami konsep-konsep matematika.

Baca juga: Curhatan Seorang Guru di Tengah Pandemi Corona...

Sikap marah-marah

DOK. TANOTO FOUNDATION Ilustrasi belajar di rumah

Sementara itu, jika sebagai orangtua dalam mengajar anak, tetapi dengan proses mengajari lebih sering marah-marah, bentak-bentak, bahkan hingga kita melakukan kekerasan fisik ke anak-anak, maka orangtua perlu menyadari bahwa mungkin orangtua bukan pengajar yang tepat bagi anak.

"Sudah jelas, ia menemukan jalan buntu dalam memahami soal matematika dan pengajaran dari kita juga tidak membuat ia lebih mengerti," kata dia.

"Ia memerlukan metode pengajaran yang lain atau kita orangtua perlu mengambil waktu untuk belajar dari orang lain cara mengajari yang lebih tepat untuk anaknya," lanjut dia.

Baca juga: Tutup Usia, Berikut Sekilas tentang Sosok Guru Besar Fisipol UGM Cornelis Lay

Sementara itu, sikap orangtua jika ingin bertindak sebagai guru perlu aktif mencari bantuan dari guru-guru sekolah atau orangtua lain, bertanya apa yang dapat ia lakukan agar anaknya mengerti.

Orangtua juga dapat meminta bantuan orang lain atau seorang kakak mentor yang dapat mengajari anaknya.

Astrid menjelaskan, tindakan marah dan memukul orangtua tersebut dimungkinkan karena frustasi dan tidak sabar melihat anaknya tidak bisa-bisa, padahal orangtua pikir soalnya cukup mudah untuk diselesaikan.

Baca juga: Ramai soal Polemik Pembukaan Sekolah dan Pembelajaran Jarak Jauh, Bagaimana Sebaiknya?

Oleh karena itu, ada keraguan yang besar apakah sang anak tidak pintar atau pihak orangtua yang tidak pintar dalam memecahkan soal matematika.

Menurut dia, dalam mengajari anak belajar adalah sebenarnya bagaimana agar ia tidak kehilangan motivasi belajarnya, bagaimana agar motivasi belajarnya tumbuh secara mandiri, bukan karena ketakutan/diancam oleh orang dewasa di sampingnya.

"Dalam proses belajar kita juga ingin menanamkan kepercayaan diri pada anak bahwa ia bisa menyelesaikan soal-soalnya," imbuh dia.

Baca juga: Sekolah Tatap Muka di Zona Kuning, Sudah Siap dengan Risiko dan Bahayanya?

Penyebab anak tidak mood belajar

Di sisi lain, penyebab sang anak tidak mood belajar yakni karena situasi belajar yang tidak positif, tidak menyenangkan, atau tidak ada penghargaan bagi yang sudah berusaha mengerjakan soalnya.

Astrid mengungkapkan, anak termotivasi belajar saat ia merasa bisa memahami dan mengerjakan soal, ia juga mendapatkan perhatian dan pujian dari guru atau orangtuanya, dan ia juga mendapatkan pengetahuan yang menarik dan sesuai minatnya.

Baca juga: Lolos Kartu Prakerja, Ini Tips Memilih Pelatihan di Situs Prakerja

Kendati demikian, ia membagikan sejumlah tips apa saja tindakan yang sesuai dalam membangkitkan keinginan anak untuk belajar:

  • Mulai dari apa yang disukai anak terlebih dulu. Pelajaran apa yang anak sukai?
  • Pujilah kekuatan-kekuatannya, puji saat anak bisa mengerjakan soal yang sesuai minatnya. Perasaan kompeten, bahwa anak bisa ini, akan membantu menguatkan ia untuk mengerjakan soal yang kurang anak sukai.
  • Pada soal yang lemah, berikan soal yang lebih mudah dahulu. Cari baseline-nya di mana anak bisa dan sering-seringlah melakukan latihan soal. Latihan soal akan membantu anak familiar terhadap cara menjawab soalnya.
  • Untuk membuat kondisi belajar menarik, sesekali diberikan reward atau dibuat situasi kuis, atau dibuat situasi belajar bersama dengan saudara-saudaranya atau tetangganya akan menyenangkan.

Baca juga: Berikut Syarat Pembukaan Kembali Sekolah di Tengah Pandemi

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link //t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Kesulitan belajar pada anak dapat dideteksi sejak masa balita, tepatnya saat mereka belum bisa membaca dan menulis. Untuk bisa mengenali gangguan belajar balita, orang tua perlu memantau tahap perkembangan belajar Si Kecil dengan saksama.

Dikutip dari situs web BabyCenter, gangguan belajar adalah kondisi saat terdapat masalah neurologis halus yang mempengaruhi cara otak menerima, menerjemahkan, dan mengirimkan informasi. Akibatnya, proses belajar anak menjadi lambat.

Misalnya, anak usia 3-5 tahun umumnya sudah mampu mengenali angka dan huruf, serta bisa berbicara. Bila Si Kecil terlihat kesulitan dalam salah satu atau ketiga hal itu, kemungkinan ia memiliki gangguan belajar.

Baca Juga: 9 Aplikasi Belajar Anak TK untuk Si Kecil, Recommended!

Tanda Kesulitan Belajar pada Balita

Foto: tanda kesulitan belajar pada balita

Foto: valleynewslive.com

Penyebab kesulitan belajar ini belum sepenuhnya diketahui, tetapi para ahli meyakini bermula dari abnormalitas perkembangan otak semasa di kandungan.

Gangguan belajar balita juga bersifat genetik, artinya menurun dari orang tua atau nenek dan kakek.

Dikutip dari National Institute of Child Health and Human Development, berikut beberapa tanda umum gangguan belajar balita:

  • Terlambat bicara
  • Kesulitan mengucapkan kata dan mempelajari kata baru
  • Kesulitan membaca
  • Kesulitan mempelajari angka, abjad, hari-hari, waktu, warna, dan bentuk
  • Kesulitan memegang krayon atau pensil
  • Kesulitan mengancingkan, mengikat, dan menggunakan ritsleting
  • Kesulitan mengikuti instruksi
  • Daya konsentrasi rendah

Untuk memastikan apakah benar Si Kecil mengalami kesulitan belajar balita, orang tua dapat mencoba menjawab beberapa pertanyaan berikut.

Baca Juga: 10 Aplikasi Belajar Online, Cocok untuk Anak Saat di Rumah Saja

1. Apakah Si Kecil Memahami Lebih dari 200 Kosakata?

Foto: tanda kesulitan belajar pada balita

Foto: nearsay.com

Sebagian besar anak usia 3 tahun sudah bisa menyebutkan bagian-bagian tubuhnya, benda-benda yang ia lihat sehari-hari, serta menyebut namanya sendiri [walaupun belum sempurna], serta panggilan orang tuanya.

Kemampuan berbicara dan berbahasa merupakan tanda awal gangguan belajar balita.

Keterlambatan dalam berbicara bisa menjadi indikasi kesulitan belajar atau kondisi lain, seperti gangguan pendengaran.

2. Apakah Si Kecil Dapat Menyebutkan Usianya?

Foto: tanda kesulitan belajar pada balita

Foto: smartparenting.com

Anak usia 3 tahun umumnya sudah memahami konsep “berapa” dan memperlihatkannya dengan mengacungkan jari.

Selain itu, anak usia 4 tahun juga umumnya sudah bisa berhitung 1-10, walaupun terkadang masih ada yang keliru.

Menurut Mark Griffin, Ph.D., ahli pendidikan khusus, keterlambatan dalam kemampuan sederhana ini bisa menjadi indikasi anak mengalami diskalkulia, yaitu kesulitan belajar yang mempengaruhi kemampuan seseorang dalam berhitung.

Baca Juga: 6 Gaya Belajar Anak Paling Populer, Cari Tahu!

3. Apakah Si Kecil Dapat Menyebutkan Abjad?

Foto: tanda kesulitan belajar pada balita

Foto: kindercare.com

Anak usia 3-5 tahun umumnya sudah bisa menyebutkan abjad dengan baik dan bahkan mampu “membaca” beberapa kata.

Misalnya, mereka mampu menuliskan nama diri, hari, dan beberapa kata yang sering mereka ucapkan.

Bila Si Kecil terlihat mengalami kesulitan dalam membaca, menulis, dan mengeja, bisa jadi ia mengalami kesulitan belajar balita yang disebut disleksia.

4. Apakah Si Kecil Bersikap Tidak Acuh Bila Namanya Dipanggil?

Foto: tanda kesulitan belajar pada balita

Foto: lovetoknow.com

Salah satu kemungkinan bila anak seringkali tidak acuh ketika namanya dipanggil adalah ia mengalami gangguan pendengaran.

Gangguan ini akan mempengaruhi kemampuan anak dalam berbicara, mengingat, dan belajar. Segera bawa Si Kecil ke ahlinya untuk mendapat pemeriksaan lebih lanjut ya, Moms.

Baca Juga: 4 Penyebab Anak Sulit Fokus Belajar, Segera Atasi, Yuk!

Tanda Kesulitan Belajar pada Anak di Sekolah

Foto: anak kesulitan belajar-1

Foto: Orami Photo Stock

Masa pandemi COVID-19 mengubah banyak cara dalam melakukan sesuatu, termasuk metode belajar Si Kecil yang harus belajar di rumah. Hal ini memberikan beberapa dampak tertentu, salah satunya anak kesulitan belajar.

Moms perlu mencari tahu hal-hal apa yang membuat anak mengalami kesulitan saat belajar. Dengan mengetahuinya, maka dapat ditemukan solusi sehingga Si Kecil dapat kembali fokus belajar.

Mengutip Kids Health, anak-anak yang kesulitan belajar di sekolah tahun demi tahun mengalami kesulitan untuk kembali ke jalurnya begitu masalah belajar mereka diatasi.

Jane Cindy Linardi, M. Psi, Psi, CGA, psikolog di RS Pondok Indah - Bintaro Jaya, menjelaskan tentang apa saja tanda-tanda pada anak yang mengalami kesulitan belajar.

1. Rentang Konsentrasi yang Pendek

Jika Si Kecil memiliki rentang konsentrasi yang pendek, maka hal ini akan membuat Si Kecil sulit bertahan lama saat belajar.

"Rentang konsentrasi anak yang pendek dan sulit bertahan lama saat belajar. Sehingga, anak mudah sekali terdistraksi oleh berbagai hal apapun yang ada di sekitarnya. Biasanya anak juga akan mudah lupa terhadap info yang baru saja ia pelajari," jelas Jane.

Baca Juga: 3 Manfaat Anak Berhitung Dengan Jarimatika saat Belajar Matematika

2. Sulit Menangkap Materi yang Dipelajari

Selain rentang konsentrasi yang pendek, masalah anak yang kesulitan belajar bisa juga karena ia yang sulit menangkap materi yang dipelajari, bahkan jika sudah berkali-kali dijelaskan secara perlahan dan berulang.

"Ada kesulitan memahami apa yang anak baca. Jadi Si Kecil hanya sekadar membaca, tanpa paham apa makna atau isi bacaan tersebut sehingga saat ditanyakan tentang isi bacaan, anak bingung dan tidak memahami," jelas Jane.

Biasanya, Si Kecil menjawab pertanyaan tentang isi bacaan tersebut dengan membaca ulang kembali dari awal bacaan tersebut

3. Ada Kendala Membaca, Mengeja, Menulis

Tidak hanya rentang konsentrasi yang pendek dan sulitnya memahami, faktor lain yang membuat anak kesulitan belajar adalah adanya kendala membaca, mengeja, dan menulis.

"Meskipun sudah bertahun-tahun ikut les membaca dan menulis secara rutin, dan orang tua juga sudah membantu Si Kecil menstimulasi kegiatan membaca dan menulis, namun tetap terjadi kendala," jelas Jane.

Jane menjelaskan, pada kendala ini, umumnya anak dapat memahami materi dan menjawab dengan baik hal-hal yang disampaikan secara lisan, tetapi kesulitan menjawab soal-soal tertulis, karena kendala dalam kemampuan membaca dan menulis.

Dalam Nature Partner Journal, disebutkan bahwa kesulitan membaca dikaitkan dengan peningkatan risiko putus sekolah, percobaan bunuh diri, penahanan, kecemasan, depresi, dan konsep diri yang rendah.

Baca Juga: 5 Jenis Keterlambatan Perkembangan yang Mungkin Dialami Anak

Pemeriksaan ke Psikolog

Foto: anak kesulitan belajar-2

Foto: Orami Photo Stock

Jika Moms merasa bahwa Si Kecil kesulitan belajar dengan kondisi di atas, atau merasa ragu dan ingin mencari tahu lebih lanjut, ada baiknya dilakukan pemeriksaan psikologi anak.

"Perlu ada pemeriksaan psikologi untuk mengetahui dengan pasti apakah memang Si Kecil mengalami masalah belajar atau tidak," terang Jane.

Jika anak sudah terdeteksi ada masalah belajar, akan dilakukan terapi-terapi yang disarankan untuk dijalani, misalnya terapi paedagog [terapi edukasi]. Namun, terapi ini dapat dikombinasikan dengan terapi lain, yang disesuaikan dengan kasus tiap anak.

Nah, itulah beberapa kesulitan belajar yang umum dialami oleh balita dan anak usia sekolah.

Jika kesulitan belajar terus terjadi, tidak ada salahnya untuk berkonsultasi dengan ahli ya Moms. Semakin cepat, tentunya akan semakin baik agar proses belajar Si Kecil tidak terganggu.

Sumber

  • //www.babycenter.com/child/learning-and-education/early-warning-signs-of-a-learning-disability_65007
  • //www.nichd.nih.gov/health/topics/learning/conditioninfo/signs
  • //kidshealth.org/en/parents/school-struggles.html
  • //www.nature.com/articles/s41539-017-0008-3

Video yang berhubungan

Bài mới nhất

Chủ Đề