Properti yang digunakan pada tari perang terbuat dari

Dari Sabang sampai Merauke kekayaan Indonesia seakan tidak pernah habis. Dari kekayaan alam hingga sumber daya manusia yang melimpah. Asas Bhineka Tunggal Ika menjadi pedoman dan pegangan sehingga kekayaan dan perbedaan terbina secara baik dan bisa dinikmati secara bersama oleh seluruh masyarakat.

Salah satu kekayaan yang dimiliki adalah tarian dengan ragam gerakan dan jenis tarian dengan sejarah asal-usulnya. Berbagai tari tradisional dan modern seringkali dipentaskan dalam acara-acara tertentu, seperti upacara adat pernikahan, upacara penyambutan tamu kehormatan, dan sebagainya. Tarian tersebut dapat dilakukan secara tunggal, berpasangan, berkelompok atau kolosal.

Sebagaimana yang dikutip dari situs Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, tari merupakan salah satu bentuk kesenian yang mempunyai media ungkap atau substansi gerak melalui gerakan manusia.

Dalam versi lain seperti yang disadur dari Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengertian seni tari adalah aliran seni mengenai gerakan badan [tangan dan lainnya] yang berirama dan biasanya diiringi bunyi-bunyian [musik, gamelan, dan sebagainya].

Tarian juga dikenal sebagai bahasa isyarat, karena substansinya adalah gerak sebagai dasar pemikiran yang bisa disampaikan pada setiap gerakan. Akan tetapi gerak yang dimaksud bukan gerakan realistis atau keseharian, melainkan gerakan-gerakan dalam wujud gerak ekspresif.

Mengenal Tari Perang dari Bumi Papua

Di antara ribuan tari yang tersebar di Indonesia, ada yang berasal dari Papua. Tarian tersebut adalah Falabea atau tari perang merupakan satu di antara beragam jenis tarian khas Bumi Cendrawasih ini. Tarian ini bagi masyarakat Papua memiliki tarian yang sifatnya sakral dan dibawakan pada peringatan-peringatan tertentu.

Advertising

Advertising

Secara definisi tari perang Papua merupakan jenis tarian yang ditampilkan oleh penari pria secara berkelompok, biasanya dipentaskan oleh minimal 7 orang pria. Tari perang Papua umumnya digelar di tanah lapang saat petang menjelang malam hari. Tari perang digunakan sebagai salah satu tarian penyambut wisatawan yang datang ke Papua.

Tarian ini memiliki makna mendalam bagi masyarakat Papua. Hal itu disebabkan tidak hanya dimaknai sebagai gerakan tubuh saja namun juga bentuk rasa syukur pada Sang Pencipta. Sehingga masyarakat Papua mengungkapkan rasa syukurnya kepada Tuhan yang Maha Kuasa melalui gerakan koreografi.

Kostum dan Perlengkapan Tari Perang

Untuk bisa menampilkan tari perang setidaknnya ada beberapa hal yang perlu dipersiapkan. Salah satunya dalam pertunjukan tari perang Papua juga terdapat musik pengiring, atribut, dan busana khas. Busana yang digunakan oleh para penari berupa rok yang terbuat dari akar dan daun.

Setiap penari akan disiapkan satu perlengkapan aksesori berupa ikat kepala khas Papua yang nyentrik, kalung dari manik-manik, dan gelang yang terbuat dari bulu-bulu. Tidak lupa, badan para penari tari perang juga digambar menggunakan cat dengan motif khas Papua.

Pada umumnya, para penari akan dihiasa dengan perlengkapan senjata tradisional berupa panah. Khusus untuk penari yang berperan sebagai kepala suku akan mengenakan aksesori pada hidung yang sekilas menyerupai taring babi.

Derap Musik dan Iringan Tari Perang

Hal yang unik dari tari perang adalah jenis musk yang menjadi pengiring tari perang. Musik yang mengiringi tari perang ini seakan menambah suasana magis selama tarian berlangsung.

Ketika tampil tari perang akan diiringi tabuhan tifa dan alat musik tiup dari kerang. Melodi dan irama yang dimainkan pun penuh dengan semangat yang membara. Tari perang juga diikuti dengan lantunan lagu serta sorak-sorakan dari penarinya. Suasana yang terbangun dari pertunjukan tari perang adalah semangat yang seakan-akan mengobarkan kemenangan dalam medan perang.

Dalam proses gerak tari, ada segi gerakan tari perang Papua memiliki karakter gerakan yang penuh energi. Tari perang memiliki tiga skenario perang yang dilakonkan dalam kelompok. Ada kelompok yang berperan sebagai musuh, pasukan sendiri, dan ada pula ketua suku.

Tari perang ini dipimpin oleh seorang ketua suku yang menjadi sentral dalam tarian. Sang ketua suku akan berada di atas untuk seolah-olah melihat situasi di sekitar. Tarian perang akan dimulai saat kepala suku memberikan perintah. Tari perang didominasi dengan gerakan tari membawa panah dan tombak sembari berlari dan menyerang.

Sebagaimana dikutip dari situs Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Kemenparekraf.go.id bahwa tari perang menjadi salah satu pesona budaya Indonesia yang memiliki daya tarik wisata yang tinggi. Tidak heran jika keberadaan tari perang khas Papua menarik minat banyak wisatawan untuk mengunjungi Papua.

Salah satu pertunjukan tari perang yang dapat disaksikan masyarakat luas adalah yang ditampilkan di Festival Lembah Baliem. Festival ini masuk dalam daftar Calendar of Event yang dihelat setiap tahun.

Apabila berkesempatan berkunjung ke Bumi Cendrawasih, sempatkanlah melihat Festival Lembah Baliem. Karena di dalamnya menyuguhkan beragam potensi budaya Papua lainnya. Mulai dari kuliner khas hingga melihat langsung rumah-rumah honai atau rumah adat Papua.

Asked by wiki @ 02/08/2021 in Seni viewed by 17686 persons

Asked by wiki @ 08/08/2021 in Seni viewed by 13543 persons

Asked by wiki @ 29/07/2021 in Seni viewed by 4295 persons

Asked by wiki @ 30/07/2021 in Seni viewed by 4182 persons

Asked by wiki @ 10/08/2021 in Seni viewed by 3424 persons

Asked by wiki @ 29/07/2021 in Seni viewed by 2982 persons

Asked by wiki @ 20/08/2021 in Seni viewed by 2852 persons

Asked by wiki @ 01/08/2021 in Seni viewed by 2189 persons

Asked by wiki @ 26/08/2021 in Seni viewed by 2180 persons

Asked by wiki @ 09/08/2021 in Seni viewed by 2010 persons

Asked by wiki @ 10/08/2021 in Seni viewed by 1945 persons

Asked by wiki @ 29/07/2021 in Seni viewed by 1943 persons

Asked by wiki @ 03/08/2021 in Seni viewed by 1917 persons

Asked by wiki @ 23/08/2021 in Seni viewed by 1892 persons

Asked by wiki @ 02/08/2021 in Seni viewed by 1845 persons

Sumber: //www.twgram.me/media/1923431843158224318_5550550672 [diambil dari Instagram 繁文網頁版]

Tua Reta Lo’U, tari perang asal Desa Doka, Kabupaten Sikka. Gerakan tari ini melambangkan teknik perang suku Sikka Krowe, leluhur warga Desa Doka. Properti yang digunakan penari adalah bambu, pedang, dan tameng. Ditarikan secara berkelompok oleh wanita dan pria, tari Tua Reta Lo’u terdiri dari tiga bagian.

Bagian pertama, penari melompat-lompat di antara bambu-bambu yang saling dibenturkan penari lain. Bambu diletakkan di tanah. Penari harus bisa menghindarkan kakinya agar tidak terjepit bambu. Bagian ini disebut awi alu. Pada bagian kedua, penari bergerak untuk menghindarkan kepalanya agar tidak terbentur bambu. Di bagian yang disebut mage mot ini, bambu diletakkan sejajar dengan telinga penari.

Bagian ketiga adalah bagian yang paling bikin merinding sekaligus takjub. Pada bagian ini, seorang penari memanjat sebilah bambu, lalu dengan bertumpu pada perut ia berputar-putar di atas bambu sambil menggerak-gerakkan pedang. Tari Reta Lo’u dibawakan untuk menyambut tamu. Jika penari mengacungkan pedang ke tamu, itu tandanya si tamu telah diterima dengan baik.

Penasaran dengan tari Tua Reta Lo'u? Kamu bisa nonton videonya di sini.

2. Caci, Nusa Tenggara Timur

Sumber: //beritagar.id/artikel/piknik/adu-cambuk-dan-kedewasaan-laki-laki-suku-manggarai [diambil dari Dwi Prayoga/Shutterstock.com]

Satu lagi tari perang dari Provinsi NTT, tari Caci. Tari yang berasal dari Desa Tado ini dibawakan dua penari pria yang saling bertarung satu sama lain. Artinya, penari harus siap luka-luka. Seorang penari bertugas menyerang, sedangkan penari yang lain berusaha menghindar dari serangan. Si penyerang yang disebut paki membawa senjata berupa cambuk. Si penerima serangan yang disebut ta’ang melindungi diri dengan perisai dan busur.

Saat membawakan tari ini, penari mengenakan semacam topi yang mirip tanduk kerbau. Namanya panggal. Untuk bawahan, penari mengenakan celana panjang putih dan kain tradisional yang disebut songke. Sebagai pelindung tubuh bagian belakang, penari mengenakan handuk yang menutupi leher bagian belakang dan semacam ekor kuda untuk melindungi tulang belakang.

Tahu nggak kalau zaman dulu, tari Caci dibawakan sebagai ajang tebar pesona? Melalui tari ini, laki-laki berusaha menarik perhatian perempuan dengan bertarung mengarahkan lawan. Mereka ingin menunjukkan keperkasaan di hadapan para gadis. Namun, makna sebenarnya dari tari ini adalah sebagai bentuk ucapan syukur pada Tuhan atas berkat yang diperoleh.

Tonton video tari Caci di sini.

3. Cakalele, Maluku

Zaman dulu, tari Cakalele dibawakan para prajurit yang hendak berangkat ke medang perang atau pulang dari medang perang. Dalam bahasa setempat, caka berarti roh dan lele berarti mengamuk. Konon katanya, di tengah-tengah menari, ada prajurit yang kerasukan roh yang membuatnya berteriak, “Aulee aulee” yang artinya adalah banjir darah.

Zaman sekarang, tari Cakalele sering ditampilkan pada upacara adat. Tarian ini dibawakan secara berkelompok yang terdiri dari pria dan wanita. Properti yang digunakan penari pria adalah parang dan tameng berbentuk persegi panjang, sedangkan yang digunakan penari wanita adalah sapu tangan.

Sumber: //www.kamerabudaya.com/2016/11/tari-cakalele-tarian-tradisional-dari-provinsi-maluku-utara.html

Gerakan dalam tari ini dibuat layaknya prajurit yang sedang berperang. Tentu saja, gerakan ala prajurit perang tersebut dibawakan penari pria. Sementara itu, karena hanya sebagai pengiring penari pria, maka gerakan penari wanita lebih lemah lembut.

Khusus di Banda Neira, pulau di Provinsi Maluku, tari Cakalele ditampilkan berbeda dengan adanya lima bambu yang dililit kain merah di tengah-tengah penari. Kain merah tersebut melambangkan kematian dari 44 warga Banda Neira yang dibantai bangsa Belanda pada 1622. Pembantaian merupakan pembalasan Belanda atas tewasnya 41 orang Belanda di tangan warga Banda Neira.

Video tari Cakalele bisa kamu tonton di sini.

4. Tobe, Papua

Sumber: //www.youtube.com/watch?v=DX11HeXHse4

Tari Tobe merupakan tari perang khas suku Asmat, suku yang mendiami Papua. Dulu, tari Tobe dibawakan untuk memberi semangat bagi warga yang akan berperang. Kini, tari Tobe ditampilkan sebagai tari pertunjukkan, misalnya untuk menyambut tamu penting yang datang ke Papua. Tari ini dibawakan oleh pria yang bertelanjang dada dan mengenakan rok yang terbuat dari akar dan daun. Tak lupa, di bagian kepala terpasang ikat kepala khas Papua. Adalah tombak dan busur, properti yang digunakan dalam tari ini. Sementara itu, alat musik pengiringnya ialah tifa.

Klik ini kalau kamu ingin nonton video tari Tobe.

5. Fataele, Sumatera Utara

Sumber: //wonderfulnias.com/id/mengenal-tari-perang-nias-falaete/

Dari Indonesia Timur, kita geser ke Indonesia Barat. Fataele adalah tari perang khas Pulau Nias, pulau yang terletak di Provinsi Sumatera Utara. Gerakan dalam tari ini menggambarkan suasana perang saudara. Tari Fataele biasa ditampilkan secara massal oleh puluhan laki-laki, baik tua maupun muda. Pertunjukkan tari Fataele kian semarak dengan teriakan-teriakan dari para penarinya. Properti yang digunakan dalam tari ini adalah pedang, tombak, dan perisai. Konon katanya, pedangnya punya kekuatan magis yang dapat membuat tubuh kebal.

Perselisihan kakak beradik yang tinggal di Desa Orahili Fau, Nias diyakini sebagai asal-usul terciptanya tari Fataele Singkat cerita, Desa Orahili Fau diserang Belanda sehingga penduduknya, termasuk kakak beradik ini melarikan diri ke desa lain agar selamat. Selang beberapa tahun kemudian, dua orang termuda dari kakak beradik ini kembali ke Desa Orahili Fau untuk membangun rumah adat yang dihancurkan Belanda. Ketika kedua adik ini sibuk membangun rumah adat, si kakak tertua malah pergi berburu dan tidak ikut membantu sama sekali. Kedua adik pun kesal terhadap kakak mereka dan dari sinilah awal perselisihan terjadi.

Ingin nonton video tari Fataele? Kamu bisa klik ini.

6. Soreng, Jawa Tengah

Sumber: //www.koranmadura.com/2015/08/mantra-lima-gunung-serbu-kota/ [diambil dari Ist]

Tari Soreng berkembang di Magelang, Jawa Tengah. Gerakan dalam tari ini menceritakan kisah Arya Penangsang ketika ia dan teman-teman prajuritnya berusaha merebut Kerajaan Pajang. Dalam pertunjukkanya, tari Soreng dibawakan 10—12 penari laki-laki yang terbagi dalam dua kelompok. Tiap kelompok mengenakan kostum dengan warna berbeda yang berarti bahwa kedua kelompok tersebut saling bermusuhan. Kostum yang dikenakan biasanya bermotif bunga. Sama seperti kelima tari sebelumnya, penari tari Soreng juga menggunakan properti, yakni tombak dan kuda buatan yang terbuat dari bambu. Soreng sering ditampilkan pada acara khitanan dan pernikahan.

Langsung klik ini untuk nonton video tari Soreng.

Video yang berhubungan

Bài Viết Liên Quan

Bài mới nhất

Chủ Đề