Sebutkan hal-hal yang harus diperhatikan dalam perencanaan papan acuan dan tiang perancah

Perancangan Acuan Perancah Acuan dan Perancah Konvensional dan Tradisional Disusun Oleh : Hilda Fauziyah S [161144011] Hillma Fadilla [16114012] Ilmi Hasya S [161144013] Insani Nurwayanti F [161144014] Jhohanes Very M [161144015] Liza Syifaul M [161144016] M. Faris Fathin N [161144017] M. Fauzan Irsyad [161144018] Nadia Daniella [161144019] Noer Wahyuni [161144020] Prilli Tegar Wulung [161144021] Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bandung 2018 DAFTAR ISI Kata Pengantar Daftar Isi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Manfaat dan Tujuan BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pengertian Acuan dan Perancah Konvensional 2.2 Bagian Bagian Konstruksi Acuan dan Perancah 2.3 Syarat Acuan dan Perancah 2.4 Jenis Perancangan Acuan dan Perancah 2.5 Metode Pelaksanaan 2.6 Acuan Kolom 2.7 Acuan Balok 2.8 Acuan Dinding dan Pelat lantai 2.9 Kelebihan dan Kekurangan Acuan Perancah 2.10 Pembongkaran Acuan dan Perancah BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan 3.2 Saran KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat bimbingan dan penyertaannya, penulis dapat menyelesaikan penulisan laporan mengenai “ Acuan dan perancah “. Dalam laporan ini dibahas mengenai apa itu acuan dan perancah , bagian dari acuan dan perancah, apa fungsinya, dan bagaimana mengukur beberapa komponen dengan menggunan landasan teori yang telah diajarkan serta bagaimana cara pelaksanaan secara langsung dilapangan. Laporan ini sangat bermanfaat bagi mahasiswa teknik sipil khususnya mahasiswa Teknik Perawatan dan Perbaikan Gedung. Adapun penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih terdapat banyak kekurangan dan kelemahan, oleh sebab itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca. BAB I PEMBAHASAN 1.1 Latar Belakang Pada masa sekarang ini bangunan-bangunan yang dibangun baik gedung, jembatan maupun bangunan lainnya, mayoritas komponen bangunannya terbuat dari beton. Beton merupakan struktur utama pada suatu bangunan yang terdiri dari campuran semen, air, pasir, dan agregat kasar, yang berfungsi untuk menopang beban yang terjadi. Pada awalnya beton merupakan bahan yang elastis, tetapi setelah umur tertentu akan mengeras dan mempunyai kekuatan tertentu pula, sehingga dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Beton merupakan bahan bangunan yang hanya dapat menahan gaya tarik namun tidak dapat menahan gaya tekan. Untuk menghasilkan bangunan yang maksimal, beton tersebut haruslah dapat menahan gaya tarik dan tekan. Dalam perwujudan hal tersebut, maka beton perlu ditambahkan tulangan agar dapat menahan gaya tekan, sehingga beton dapat berfungsi dengan maksimal. Dengan ditambahkannya tulangan beton tersebut dinamakan Beton Bertulang. Untuk membentuk beton menjadi bentuk yang diinginkan diperlukan suatu alat bantu yang biasa dikenal dengan sebutan Acuan dan Perancah/Bekisting/ Form Work yang berupa cetakan, atau suatu konstruksi sementara dari suatu bangunan yang berfungsi untuk mendapatkan suatu konstruksi beton yang diinginkan sesuai dengan porsinnya sebagai bangunan pembantu. Acuan Perancah bersifat sementara yang harus kuat dan kokoh, namun mudah dibongkar agar tidak menimbulkan kerusakan pada beton. Baik buruk dari pengerjaan acuan dan perancah dapat mempengaruhi hasil akhir dari mutu beton yang dikerjakan. Acuan yang kurang baik dapat menimbulkan kerugian seperti kehilangan material, perubahan dimensi beton, perubahan struktur bangunan, dan juga dapat mempengaruhi keselamatan pekerja. Dalam pelaksanaannya seorang ahli di bidang tersebut harus mempunyai keterampilan khusus dan mempunyai pengetahuan dasar yang cukup tentang acuan dan perancah. Dalam mewujudkan bentuk keinginan pada pekerjaan beton diperlukan suatu pekerjaan bantu yang dikenal sebagi Pekerjaan Acuan dan Pekerjaan Perancah. Baik buruknya pekerjaan acuan dari perancah yang kurang baik dapat menimbulkan kerugian seperti : Kehilangan air semen, Perubahandimensi, Perubahan geometric dari bangunan dan lain-lain. Pekerjaan acuan dan perncah harus sederhana,mudah dibongkar tanpa menimbulkan kerusakan pada betonya sendiri. Walaupun harus bersifat sederhana dan mudah dibongkar, acuan perncah harus kaku menerima beban beton dalam keadaan basah dan beratnya sendiri sebelum beton mengeras dan berfungsi sebagai penahan beban. Kaku dan kuat dengan maksud tidak terjadi perubahan – perubahan seperti yang telah disebutkan diatas. Dalam penulisan laporan ini akan diuraikan pekerjaan perancah yang dibuat secara konvensional/tradisional/ konstruksi – konstruksi acuan dan perancah yang dibahas diantara nya: - Cetakan balok - Cetakan kolom cetakan lantai - Cetakan plat lantai - Cara pembongkaran acuan dan perancah 1.2 Manfaat dan Tujuan 1.2.1 Manfaat Dengan mengikuti mata kuliah ini maka mahasiswa dapat mengetahui danmemahami fungsi dari Acuan dan Peranca serta langkah-langkah pembuatanya. 1.2.2 Tujuan Setelah mengikuti mata kuliah ini, mahasiswa diharapkan menjelaska n s e t i a p b a g i a n A c u a n d a n P e r a n c a h , m e n g e t a h u i s ya r a t A c u a n d a n P e r a n c a h , mengetahui alat dan bahan pembuatan Acuan dan Perancah, serta dapat membuatkonstruksi Acuan dan Perancah di lapangan BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pengertian Acuan dan Perancah Konvensional Cetakan beton [bekisting], adalah suatu konstruksi pembantu yang merupakan mal atau cetakan pada bagian sisi dan bawah dari betuk betonyang dikehendaki. Dapat dikatakan juga adalah suatu konstruksi sementeradari suatu bangunan yang fungsinya untuk mendapatkan konstruksi betonyang dikehendaki. Acuan adalah cetakan yang di bentuk untuk mendapatkan hasil cetakan yang diinginkan. Sedangkan Perancah adalah tiang-tiang atau gelagar yang di fungsikan sebagai penahan agar cetakan tidak berybah bentuk dan tidak berpindah posisi. Acuan berfungsi sebagai konstruksi yang diinginkan, sedangkan perancah berfungsi sebagi pembantu memperkuat bentuk konstruksi. Acuan dan perancah itu sendiri memiliki beberapa fungsi, yaitu: 1. Memberikan bentuk kepada konstruksi beton 2. Untuk mendapatkan permukaan struktur yang diharapkan 3. Menopang beton sebelum sampai kepada konstruksi yang cukup keras dan mampu memikul beban sendiri maupun beban luar 4. Mencegah hilangnya air semen [ air pencampur ] pada saat pengecoran 5. Sebagai isolasi panas pada beton. 2.2 Bagian Bagian Konstruksi Acuan dan Perancah Adapun bagian bagian dari acuan perancah adalah sebagai berikut : Bagian Acuan : a. Cetakan b. Gelagar balok c. Gelagar utk cetakan lantai/ pengaku cetakan balok. d. Papan penjepit cetakan. Bagian Perancah : e. Tiang perancah f. Baji g. Landasan Bahan yang digunakan : a. Kayu b. Multipleks c. Paku d. Benang Bahan Pelepas Cetakan Berfungsi untuk mempermudah pelepasan atau mengurangi daya lekat antara cetakan dan beton. Bahan- bahan yang digunakan : 1.Minyak pelumas 2.Meni 3.Air 4.Kapur 5.Plastik 2.3 Syarat Acuan dan Perancah Pada acuan dan perancah memiliki syarat-syarat yang baik dalam pemasangannya yaitu sebagai berikut : 2.3.1. Cetakan harus kuat Sebelum beton mencapai umur maka seluruh beban beton muda yang disangga oleh acuan dan perancah termasuk beban pekerja serta peralatan yang dipakai dalam pelaksanaan atau pengerjaannya. Hal-hal yang harus diperhatikan adalah : - Beban pelaksanaan yaitu beban vertical, horizontal dan pengaruh kejutan. - Berat sendiri acuan dan perancah, berat manusia, berat alat dan berat beton. - Tiang-tiang acuan harus diletakkan diata papan-papan kayu yang kokoh agar tidak mudah mengalami penurunan akibat beban yang bekerja dan juga harus mudah distel dengan baji-baji. - Tiang tidak mempunyai lebih dari satu sambungan yang tidak disokong kearah samping. 2.2.2. Cetakan harus kaku. Beban-beban yang bekerja seperti beban vertikal, beban horizontal serta beban-beban yang lain mengakibatkan cetakan goyah atau labil oleh sebab itu perlu pemasangan penahan untuk menanggulanginya.Apabila cetakan Acuan Perancah tidak kuat kita bisa pasang skoor pada tiang perancah ,klem pada pemasangan balok.Pengakuan pada Steel Prop kita gunakan alas papan yang permukaanya rata dan dipakukan agar kuat dan diskoor miring dan skor depan dengan menggunakn dolken. 2.2.3. Cetakan harus bersih Untuk mendapatkan hasil pengecoran yang baik harus diperhatikan kebersihan cetakan, karena cetakan tidak bersih maka dalam pengecoran kotoran akan masuk kedalam adukan beton, hal ini dapat menurunkan mutu beton. 2.2.4. Mudah dibongkar Apabila acuan mudah dibongkar, pada saat pembongkaran tidak akan merusak beton yang sudah jadi. Pembongkaran yang baik tidak akan merusak papan acuan sehingga dapat digunakan berkali-kali. 2.2.5. Ekonomis Diusahakan acuan dapat digunakan untuk pembuatan bentuk yang lain sehingga dapat menekan biaya yang digunakan. 2.2.6. Cetakan harus rapat Kerapatan suatu bekisting sangat mempengaruhi didalam proses pengecoran. Karena apabila bekisting yang kita pakai tidak rapat maka adukan yang kita pakai tadi akan keluar dan akan mengakibatkan mutu beton yang kurang bagus karena pasta semen keluar dari bekisting. 2.2.7. Hasil akhir atau Finishing Salah satu keuntungan penggunaan beton sebagai bahan bangunan adalah mudahnya dibentuk sesuai dengan keinginan arsitektural. Dan tentu saja dalam mewujudkan keinginan tersebut pada pekerjaan beton diperlukan suatu pekerjaan pembantu yaitu acuan dan perancah. Sesuai dengan porsinya yaitu sebagai bangunan pembantu maka acuan dan perancah hanya bersifat sementara. Namun walaupun bersifat sementara, acuan dan perancah harus kuat, kaku agar jika dibongkar tidak menimbulkan kerusakan pada beton. Acuan dan perancah yang kurang baik dapat menimbulkan kerugian-kerugian, diantaranya : - kadar air semen - perubahan dimensi beton yang dibuat - perubahan geometrik, dll. Oleh karena pengerjaan acuan dan perancah ini adalah pengerjaan sekunder/membantu atau hanya untuk sementara maka bahan yang dipergunakan sedapat mungkin dengan harga yang murah dan pembuatannya sangat sederhana tanpa mengabikan syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk acuan dan perancah ini 2.4 Jenis Perancangan Acuan dan Perancah 2.4.1 Perancah Andang. Perancah atau andang digunakan pada pekerjaan yang tingginya 2,5 – 3 m. Apabila pekerjaan lebih tinggi maka tidak digunakan andang lagi. Macam - macam perancah andang:  Perancah andang kayu cara membuatnya cepat dan dapat dipindah pindahkan. Untuk tinggi perancah tetap tidak dapat disetel. Biasanya pada pekerjaan yang tingginya tidak lebih dari 3 m, untuk pekerjaan lebih tinggi dari 3 m menggunakan perancah tiang.  Perancah andang bambu dapat dipindah-pindah dan sebagai pengikatnya memakai tali ijuk, karena tali ijuk ini tahan terhadap air, panas dsb. Pada perancah andang bambu ini sudah disetel terlebih dahulu, sehingga tinggi dan panjangnya tidak dapat distel kembali. Biasanya andang bambu dapat dipakai pada ketinggian pekerjaan tidak lebih dari 3 m, mengenai kaki andang bambu ada yang pakai 2 atau 3 pasang.  Perancah besi sangat praktis dan efisien karena pemasangannya mudah dan dapat dipindah-pindahkan.Tinggi perancah besi dapat disetel untuk jarak kaki perancah yang satu dengan yang lain hingga 180 cm dengan tebal papan 3cm. 2.4.2. Perancah Tiang. Perancah tiang digunakan apabila pekerjaan sudah mencapai diatas 3 m, Perancah tiang bisa dibuat sampai 10 m lebih tergantung dari kebutuhan. Perancah tiang ada 3 macam: a. Perancah tiang dari bambu. Pada umumnya perancah bambu banyak dipakai oleh pekerja di lapangan, baik pada bangunan bertingkat maupun tidak. Alasannya adalah:    Bambu mudah didapat, kuat, dan murah. Pemasangan perancah bambu mudah dibongkar dan dapat dipasang kembali tanpa merusak bambu. Bahan pengikatnya pakai tali ijuk. b. Sistem perancah bambu dengan konsol dari besi. Sistem perancah bambu dengan konsol besi hanya ditahan oleh satu tiang bambu saja, berbeda dengan perancah yang ditahan oleh beberapa tiang. Keuntungannya adalah sbb :      Tidak terlalu banyak bambu yang dibutuhkan, Cara pemasangannya lebih cepat daripada perancah bambu, Lebih praktis dan menghemat tempat. Pemasangan konsol dapat dipindah dari tingkat 1 ketingkat diatasnya, Untuk tiang bambu tidak perlu dipotong, c. Perancah tiang besi atau pipa. Pada perancah tiang dari besi atau pipa alat penyambungnya memakai kopling, untuk penyetelannya lebih cepat dibandingkan perancah tiang bambu. 2.5 Metode Pelaksanaan Hal-hal yang diperhatikan dalam membuat acuan dan perancah : 1. Perubahan dimensi. Terjadinya perubahan ukurannya dari dimensi yang kita rencanakan akibatnya jika terjadi perubahan ini maka akan memperbesar dan memperkecil volumenya. Sedangkan untuk melakukan perbaikan akan membutuhkan waktu dan biaya lagi, hal ini akan menghambat pekerjaan yang lainnya. Oleh karena itu, dimensi suatu acuan dan perancah harus lah kuat dan kokoh, tidak bocor. 2. Perubahan Geometrik Perubahan ini mengakibatkan bentuk yang kita harapkan tidak sesuai dengan rencana, misalnya : suatu konstruksi yang menyiku menjadi tidak siku, akibatnya akan mengadakan perbaikan lagi atau menambahkan pekerjaan finishing lagi. Selain itu, jumlah bahan yang direncanakan tidak sesuai. 3. Penurunan mutu beton. Seperti halnya terjadi kebocoran pada acuannya, hal ini akan mengakibatkan air yang diikuti semen tadi keluar sehingga kekuatan beton tadi berkurang Pada saat ini, sudah ada beton jadi atau beton siap pakai [ready mix] maka kontraktor pada umumnyabtelah menyiapkan acuan dan perancahnya untuk kemudian dituangkan beton yang telah dipesan sebelumnya. Kemudian dalam perkembangannya cetakan atau acuan dan perancah ini memiliki variasi dalam hal harga baik persiapan maupun bahan dengan mempertimbangkan syarat-syarat acuan dan perancah yang harus dipenuhi serta efesiensi dalam hal pemakaian berulang kali. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam merencanakan/membuat acuan dan perancah adalah: a. Kecepatan dan cara pengecoran beton. b. Beban yang harus dipikul, termasuk beban, horisontal dan beban kejut. c. Selain kekuatan dan kekakuan acuan, kestabilitas juga perlu diperhitungkan dengan baik. d. Tiang-tiang acuan dari kayu harus dipasang di atas papan kayu yang kokoh dan mudah distel dengan baji. Tiang-tiang acuan tersebut tidak boleh mempunyai lebih dari satu sambungan yang tidak disokong ke arah samping. Bambu sebaiknya tidak digunakan sebagai tiang acuan. 2.6 Acuan Kolom Fungsi dari kolom adalah untuk meneruskan beban yang berada di atasnya dan meneruskannya ke pondasi. a] Bentuk penampangan kolom: 1. Bujur sangkar 2. Empat persegi panjang 3. Lingkaran 4. Segi banyak Konstruksi dari pada acuan ini bermacam bentuk dan ukurannya, disesuaikan dengan beban yang berada di atasnya dan dari segi estetika. b] Syarat-syarat Acuan Kolom, yaitu: 1. Syarat Umum 2. Tegak 3. Posisi tepat/As c] Bagian–bagian dari Acuan Kolom 1. Papan Acuan Papan acuan dapat terbuat dari multiplek atau papan acuan. Apabila menggunakan papan, maka sebaiknya penyambungan dapat dilakukan dalam arah melebar atau memanjang sesuai dengan lebar kolom yang kita kehendaki. Jika menggunakan plywood, maka penyambungan dengan arah melebar tidak diperlukan. 2. Klem-klem Perangkai Penyambungan papan dengan arah melebar dapat dilakukan dengan menggunakan klem dari sisa-sisa potongan kayu yang masih cukup panjangnya dengan lebar papan yang akan disambung. Sedangkan jarak klem-klem perangkai tergantung dari besarnya penampang kolom yang akan dibuat. 3. Papan Penjepit Dinding Papan ini dipasang sesuai dengan jarak klem yang dibuat. Papan terpasang satu dengan yang lainnya pada tiang yang telah dipasang. Fungsi papan penjepit adalah agar papan cetakan tidak pecah ketika beton di cor dan dipasang dengan jarak 40 – 65 cm. 4. Penyetelan Acuan Kolom Apabila semua sudah siap, maka semua bahan acuan disiapkan di tempat yang akan dipasang cetakan. Pertama-tama dinding yang telah dirangkai satu sama lain dipakukan pada ketiga sisinya dan apabila terjadi menggunakan tulangan, maka tulangan dipasang dan kerangka acuan dirangkai. Agar kolom tegak dan kokoh, digunakan Rapid Clamp atau Plat Clamp. Namun sebelumnya cek dulu menggunakn unting-unting agar benar-benar pada posisi tegak dan tepat As. b.Alat dan bahan Ø Alat 1. palu 2. gergaji potong 3. alat ukur 4. waterpass [ timbang air] 5. siku 6.benang 7. unting-unting Ø Bahan 1. Tiang atau balaok ukuran 2 x 3 sebagau pengaku samping atau sebagai pengikat dinding cetakan. 2. multiplex sesuai ukuran dinding kolom 3. paku 4. tiang ukuruan 2 x 2 untuk pembuatan baji jika dipetrlukan 5. kayu ukuran 1 x 3 untuk penahan diagonal kolom c. Langkah kerja Dalam praktikum ini kolom yang di gunakan adalah kolom jadi yang sudah dicetak atau dirakit sebelumnya. Jadi dalam pengerjaannya tidak ada proses perakitan. Jadi langkah pengerjaan yang dilaksanakan adalah: Ø Pemilihan acuan kolom yang sama ukuran sisinya serta ukuran tingginya. Ø Penempatan acuan ke lantai kerja yang sudah disiapkan. Ø Pemeriksaan ketepatan posisi acuan terhadap titik kolom Ø Pemasangan pengaku diagonal. 2.7 Acuan Balok Balok adalah salah satu elemen konstruksi bangunan yang berfungsi untuk menyalurkan beban lantai atau tembok ke kolom. Bagian – bagian dari acuan balok : a. Tiang Penyangga Pada tiang penyangga atau perancah digunakan kayu dolken. Untuk pemasangan tiang ini ada dua jenis yaitu satu tiang perancah dan diletakkan di tengah-tengah, namun apabila dua buah tiang penyangga maka penempatannya pada bagian-bagian tepi cetakan. Jarak antara tiang-tiang tersebut sekitar 40 – 60 cm. Papan cetakan  Cetakan balok bisa terbuat dari papan maupun multipleks. Apabila acuannya menggunakan papan maka perlu menyambung papan cetakan tersebut dengan beberapa klam perangkai. Yang perlu diperhatikan adalah kerapatan dari sambungan – sambungan yang dibuat, sehingga air semen tidak keluar melalui celah – celah sambungan  Untuk mencegah bagian bawah begisting terbuka saat beton dicor, harus dibuatkan klam penjepit, dapat berupa papan ataupun balok kayu ukuran 5/7.  Sedangkan untuk balok yang tingginya lebih dari 55 cm, pada cetakan samping perlu ditahan untuk menahan lentur dan dibuatkan skor. Tiang Perancah  Acuan dapat menumpu pada satu tiang ataupun dua tiang, sesuai keperluannya. Apabila menggunakan satu tiang maka peletakan tiang dipasang di tengah, dan bila menggunakan dua tiang maka peletakannya pada bagian tepi.  Jarak antar tiang arah memanjang dibuat sama dengan jarak klam perangkai, sedang jarak antar tiang arah lebarnya tergantung dari lebar balok.  Untuk perancah dari kayu untuk menyetel ketinggian, di bagian bawah tiang perancah diberi baji, sehingga akan memudahkan menaik-turunkan ketinggian yang ditentukan. Sedangkan bila perancah dari baja untuk menyetel ketinggian sudah terdapat ulir yang berfungsi untuk menaik - turunkan ketinggian tiang perancah.  Agar tiang perancah tidak amblas ke dalam tanah dipakai papan alas. Papan cetakan Klam penjepit Papan gelagar Tiang perancah b. Dudukan Tiang Dudukan tiang dapat diletakkan di dua tempat yaitu di tanah dan di lantai.  Di tanah Dudukan perancah di tanah harus diberi landasan papan agar didapat tekanan yang kecil. Sehingga kemungkinan tiang turun akan diperkecil. Apabila tanahnya lembek bisa kita atasi dengan memperluas landasan, sedangkan untuk menggeserkan tiang kita perlu baji.  Di lantai Meletakkan tiang pada lantai hampir sama dengan pada tanah, tetapi apabila tiangnya terletak pada lantai dua maka perancah pada tiang sebelumnya juga dibongkar dahulu sebab beban yang diterima di lantai dua melebihi kemampuannya. c. Penyekuran Tiang Perancah Agar tiang-tiang dapat berdiri tegak dan kaku diperlukan adanya pengaku kontrol atau diagonal yang dipasang dalam arah sumbu x dan sumbu y. Pada sumbu x antara tiang dengan tiang dipasang pengaku diagonal yang dipasang saling bersilangan sedangkan pada sumbu y dipasang dari tiang ke tiang kedalam tanah yang telah diberi pasak. Hal ini diperlukan terutama pada konstruksi acuan dengan tiang tunggal. d. Penyetelan Acuan Dan Perancah - Pengukuran sesuai dengan rencana - Pemasangan perancah tiang, dudukan skoor - Pemasangan gelagar - Pemasangan lantai yang dipakukan pada gelagar - Pemasangan dinding cetakan dan memasang klem penjepit disamping bawah dan dipasang pengaku setelah ukurannya benar. 60 cm 60 cm 60 cm 60 cm 60 cm 60 cm 60 cm 60 cm 2.8 Acuan Dinding dan Pelat lantai 2.8.1 Acuan Pelat Lantai Plat lantai adalah lantai yang tidak terletak di atas tanah langsung, merupakan lantai tingkat pembatas antara tingkat yang satu dengan tingkat yang lain. Plat lantai didukung oleh balok-balok yang bertumpu pada kolom-kolom bangunan. Ketebalan plat lantai ditentukan oleh :  Besar lendutan yang diinginkan  Lebar bentangan atau jarak antara balok-balok pendukung  Bahan konstruksi dan plat lantai Plat lantai harus direncanakan agar kaku, rata, lurus dan level [mempunyai ketinggian yang sama dan tidak miring], agar terasa nyaman untuk kaki berpijak. Ketebalan plat lantai ditentukan oleh : a] 1. 2. 3.  beban yang harus didukung,  besar lendutan yang diijinkan,  lebar bentangan atau jarak antara balok-balok pendukung,  bahan konstruksi dari plat lantai. Syarat-syarat Acuan Lantai, yaitu: Syarat umum kedataran Elevasi b] Bagian-bagian yang penting dari plat lantai : 1. Tiang acuan dan pengaku Tiang acuan dipasang di atas papan landasan yang berada di atas tanah. Pemasangan tiang ini bersamaan dengan sebagian papan pengaku yang berfungsi sebagai perangkai-perangkai tiang itu sendiri dan sisanya dipasang setelah gelagar. 2. Gelagar Gelagar-gelagar yang dipasang pada tiang bagian atas sesuai dengan ketinggian yang dibutuhkan. Pemasangan dimulai dengan gelagar-gelagar bagian tepi dan kemudian bagian tengah. Bagian atas gelagar ini kita hubungkan dengan dua atau tiga benang yang fungsinya untuk pedoman ketinggian dari gelagar-gelagar bagian tengah. Jika papam gelagar sudah dipasang, maka papan pengaku dipasang semuanya. 3. Lantai cetakan Lantai cetakan dipasang di atas tiang gelagar. Apabila pada pekerjaan ini menggunakan papan, maka sisi papan harus diketam terlebih dahulu. Untuk pekerjaan beton yang tidak memerlukan finishing biasanya lantai cetakan memakai plywood lebih licin dari pada permukaan papan. 2.8.2 Acuan Dinding Pembuatan acuan dinding merupakan acuan yang banyak menggunakan bahan dasar plywood. Macam-macam acuan dinding: 1. Acuan dinding dengan klam pengaku 2. Acuan dinding dengan kawat pengikat 3. Acuan dinding dengan batang pengikat Acuan Dinding dengan Rapid clamp memiliki cara teknik pekerjaanya sama dengan Kolom dengan Rapid. Clamp. Dinding dengan Rapid clamp itu harus kuat dan kaku serta siku dalam pembuatan cetakannya ,agar menghasilkan dinding sesuai dengan harapan kita dan bermutu yang baik. Acuan Dinding dengan menggunakan Rapid clamp relative rumit dan perlu ketelitian dan kehati-hatian, karena dalam pembuatan cetakan dinding dengan Rapid clamp cetakan itu harus siku dan memiliki jarak sama tiap dinding serta datar dan tegak. 2.9 Kelebihan dan Kekurangan Acuan Perancah Kelebihan Sistem Konvensional  Pada slab, balok dan kolom a. Pemakaian lebih cepat, karena tukang lebih terbiasa dalam pemasangannya. b. Jenis material accesories sedikit. c. Fleksible material dalam pelaksanaannya. d. Material yang digunakan lebih murah. e. Bahan bantunya berupa balok atau kaso yang lebih bersifat fleksible dalam penyesuaian ukuran. Kekurangan Sistem Konvensional  Pada slab dan balok a. Pada gedung bertingkat tinggi, pemakaian vertikal standart kurang efisien, perlu pipa support selain cross brace sebagai penyangga kekuatan utama lebih banyak. b. Pada plat perlu ada bodemen balok sebagai penyanga scaffolding ke plat. c. Penampilan kurang rapi, dan jalur untuk sirkulasi dan evakuasi jauh lebih. d. Material kayu yang digunakan kadang tidak presisi atau rata sehingga sering menimbulkan permasalahan dalam penyesuaian pemakaian dan mempengaruhi kekuatan.  Pada kolom a. Pemakaian atau penggunaan kayu sebagai bodemen dinding harus lebih diperhatikan, untuk mengurangi terjadinya pemekaran saat terjadi pengecoran [sabuk kolom perlu perhatian besar]. b. Pemakaian paku untuk mengikat kayu sebagai bodemen dinding ke multiplek perlu dilakukan berkali kali, karena posisi yang tidak sesuai dapat menyebabkan kelonggaran yang akhirnya menimbulkan pemekaran.  Pada tabel foam a. Dengan scaffolding perancah, sulit membuat table foam sebagai metode tercepat dalam pengecoran slab atau plat yang presisi [gedung yang berupa tower]. 2.10 Pembongkaran Acuan dan Perancah Pembongkaran acuan dan perancah jika di cor dilakukan apabila beton sudah mencapai umur ± 28 hari. Pada konstruksi tertentu kita bisa membongkarnya lebih awal, misalnya pada pekerjaan pondasi, pekerjaan kolom, dll; biasanya pada konstruksi yang tidak menggantung. Pembongkaran terpaksa dilakukan karena waktu yang diperlukan oleh pekerjaan lain yang tergantung dari pekerjaan beton tersebut. Untuk konstruksi yang menggantung jangan sekali – kali dilakukan pembongkaran acuan dan perancah sebelum beton cukup umur, misalnya pada balok, lantai, konsol, luifel, dll. Apabila hal ini dilakukan, maka akan berakibat buruk, misalnya retak pada beton, atau lepasnya ikatan beton dengan tulangan. Maka, dalam melakukan pembongkaran harus dilakukan dengan hati-hati agar konstruksi yang telah jadi tidak rusak. Syarat-syarat Pembongkaran Acuan dan Perancah 1. Syarat Ekonomis Pada saat acuan dibongkar usahakan bekas bahan bongkaran supaya bisa dipergunakan kembali agar dapat mnghemat biaya seminimal mungkin. Hal ini dapat dilakukan apabila dalam pembongkaran dilakukan secara hati – hati. 2. Syarat Keamanan Selain syarat ekonomis harus juga diperhatikan syarat–syarat keamanan. Hal ini penting sekali, jangan sampai di dalam pembongkaran urutan pembongkaran tidak diperhatikan sehingga bagian yang belum terbongkar ataupun yang sudah terbongkar dapat mencelakakan pekerja yang sedang bekerja. Misalnya di dalam pembongkaran acuan dan perancah lantai. Pertama dibongkar dahulu skur–skurnya kemudian tiang-tiangnya. Dalam pembongkaran tiang, harus hati–hati karena tiang ini yang menyangga seluruh beban di atasnya. Kalau tidak hati–hati maka apa–apa yang ada di atasnya bisa rubuh dan menimpa pekerja yang sedang berada di bawahnya. Gunakan pakaian keamanan [ sepatu safety, helm, tali, sarung tangan, dan kaca mata ]. 3. Syarat Konstruktif Pembongkaran tiang secara teoritis perlu diperhatikan bidang momen yang timbul harus sama dengan bidang momen yang direncanakan. Jadi pada pembongkaran tiang perancah lantai harus dimulai dari tengah dulu kemudian ke arah tepi. Hal ini dimaksudkan agar bidang momen yang timbul akan sama dengan bidang momen yang direncanakan. Sedang pada pembongkaran konsol [ balok kantilever ], dimulai dari ujung. Dengan maksud untuk mendapatkan bidang momen yang sama. Syarat konstruktif untuk pembongkaran acuan dan perancah dibagi menjadi dua, yaitu : A. Berdasarkan Waktu Berdasarkan waktu pembongkaran dibagi menjadi dua, yaitu :  Untuk cetakan samping atau yang tidak menahan momen, acuan ini boleh dibongkar setelah bentuk beton stabil [cetakan dinding balaok, cetakan dinding] ± > 24 jam.  Untuk penyangga datar yang menahan momen : boleh dibongkar setelah beton mencapai kekuatan penuh, dibuktikan dengan hasil uji kubus di laboratorium, untuk beton konvensional ± 28 hari [beton tanpa bahan tambahan]. B. Berdasarkan Metode Urutan-urutan pembongkaran acuan dan perancah harus sesuai dengan momen yang telah direncanakan.     Metode-metode yang digunakan dalam pembongkaran acuan dan perancah adalah : Urutan-urutan pembongkaran acuan dan perancah harus sesuai dengan momen yang telah direncanakan, sehingga momen yang terjadi akibat pembongkaran sama dengan momen yang telah direncanakan. Pembongkaran acuan dan perancahnya dimulai dari ujung untuk mendapatkan bidang momen yang sama. Pembongkaran tiang perancahnya harus dimulai dari tengah dan diteruskan di kiri kanannya sampai ke tepi. BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan

Baik buruk dari pengerjaan acuan dan perancah dapat mempengaruhi hasil akhir dari mutu beton yang dikerjakan. Acuan yang kurang baik dapat menimbulkan kerugian seperti kehilangan material, perubahan dimensi beton, perubahan struktur bangunan, dan juga dapat mempengaruhi keselamatan pekerja. Dalam pelaksanaannya seorang ahli di bidang tersebut harus mempunyai keterampilan khusus dan mempunyai pengetahuan dasar yang cukup tentang acuan dan perancah Dengan mempelajari mata kuliah acuan perancah ini, mahasiswa dapat mengerti halhal baru mengenai cara pembuatan struktur bangunan yang sebelumnya dirancang dengan acuan dan perancah.

Video yang berhubungan

Bài mới nhất

Chủ Đề