Sebutkan nama kitab tafsir Alquran yang ditulis oleh Muhammad Abduh dan Muhammad Rasyid Ridha

Artikel atau halaman tentang atau mungkin bertopik biografi tokoh muslim ini membutuhkan lebih banyak rujukan, kutipan, sitasi atau catatan kaki. Gunakan templatnya atau alat untuk pemastian. Anda dapat berkontribusi dalam WBI memperbaiki artikel ini dengan menambahkannya dari sumber yang tepercaya, dalam WBI ada 328 halaman sejenis ini. Silakan menghapus templat pemeliharaan ini setelahnya.

Untuk keterangan lebih lanjut, klik [tampilkan] di bagian kanan.

  • Artikel ini adalah bagian dari ProyekWiki Biografi.
  • Lihat pula Kategori:Semua artikel biografi tokoh muslim dan Kategori:Templat kutipan
  • Gunakan Wikipedia:Templat/Referensi dengan bantuan Peralatan sitasi untuk kerapian dan kemudahan dalam pengembangan atau perbaikan dari bagian bibliografi, referensi, kutipan, catatan kaki, catatan akhir, rujukan ataupun yang disebut dengan daftar pustaka pada artikel ini.

Informasi lebih lanjut: Wikipedia:Sumber tepercaya, Wikipedia:Kutip sumber tulisan, Wikipedia:Pemastian, Wikipedia:Bukan riset asli, Wikipedia:Biografi tokoh yang masih hidup, dan Wikipedia:Sudut pandang netral

Rasyid RidhaMuhammad Rasyid Ridha

Rasyid Ridha

Kelahirannya Nama lahirمحمد رشید رضاTanggal lahir23 September 1865[1] atau 17 Oktober 1865[2]Tempat lahirSuriah Utsmaniyah, Kesultanan Utsmaniyah [sekarang Suriah] Agama, Identitas, Kebangsaan Etnis [Suku bangsa]KebangsaanUtsmaniyah Dakwah, Ketokohan & Pengaruh Karya yang terkenal

Dipengaruhi  oleh

  • Muhammad Abduh, Jamal al-Din al-Afghani

Mempengaruhi

  • Muhammad Nashiruddin al-Albani,[3] Muhammad Asad

Tafsir al-Manar
Keislaman Firkah
Salafi[4]
Kewafatan
Tanggal wafatTempat wafat
22 Agustus 1935[2] [umur 69]
Kairo, Mesir

Muhammad Rasyid bin Ali Ridha bin Syamsuddin bin Baha'uddin Al-Qalmuni Al-Husaini [bahasa Arab: محمد رشيد رضا‎; transliterasi, Muḥammad Rashīd Riḍā; lahir di Suriah Utsmaniyah, 23 September 1865[1] atau 18 Oktober 1865[2] – meninggal di Mesir, 22 Agustus 1935][2] dikenal sebagai Rasyid Ridha] adalah seorang intelektual muslim dari Suriah yang mengembangkan gagasan modernisme Islam yang awalnya digagas oleh Jamaluddin al-Afghani dan Muhammad Abduh. Ridha mempelajari kelemahan-kelemahan masyarakat muslim saat itu, dibandingkan masyarakat kolonialis Barat, dan menyimpulkan bahwa kelemahan tersebut antara lain kecenderungan umat untuk mengikuti tradisi secara buta [taqlid], minat yang berlebihan terhadap dunia sufi dan kemandegan pemikiran ulama yang mengakibatkan timbulnya kegagalan dalam mencapai kemajuan di bidang sains dan teknologi. Ia berpendapat bahwa kelemahan ini dapat diatasi dengan kembali ke prinsip-prinsip dasar Islam dan melakukan ijtihad dalam menghadapi realita modern.

Mulai tahun 1898 hingga wafat[1935], Ridha menerbitkan surat kabar yang bernama Al-Manar.

Nasabnya sampai kepada Ahlul Bait.

Ide-ide Pemikiran dalam Bidang Agama

Dalam bidang agama, Rasyid Ridha berpendapat umat Islam lemah dikarenakan tidak lagi mengamalkan ajaran agama yang murni seperti yang diterapkan pada masa Rasulullah SAW. Sebab, ajaran pada saat itu sudah tercampur bid'ah dan khurafat. Rasyid Ridha juga menegaskan, jika umat Islam ingin maju, mereka harus kembali berpegang teguh kepada Al-Qur'an dan Sunnah Rasulullah SAW tanpa terikat oleh pendapat-pendapat ulama terdahulu yang tidak sesuai dengan tuntutan hidup modern. Ia kemudian mengamati paham fatalisme yang menyelimuti umat Islam pada waktu itu. Rasyid Ridha berpendapat ajaran Islam itu seharusnya mengandung paham dinamika, bukan fatalisme. Idenya yang lain ialah toleransi dalam bermazhab. Menurutnya, timbulnya perpecahan pada kalangan umat Islam dikarenakan adanya sikap fanatisme terhadap mazhab. Oleh karena itu, menurut Rasyid Ridha perlu menghidupkan toleransi dalam bermazhab. Bahkan, termasuk dalam bidang hukum, walaupun ia sendiri dikenal sebagai pengikut Mazhab Hanbali.[5]

Bersama Tarekat Syadziliyyah

Dia mulai mempelajari tasawuf dari gurunya, Husain Al-Jisr. Setelah dia menggali dan memperdalam ilmu dan ushuluddin, sadarlah ia bahwa membaca Wirid tersebut termasuk bid’ah. Karena itu, ia pun meninggalkannya dan lebih memilih untuk membaca dan mempelajari al-Qur’an.

Bersama Tarekat Naqsyabandiyyah

Mengenai hal ini, Syaikh Rasyid menyebutkan bahwa yang membuatnya gandrung mempelajar Tasawuf adalah pesona kitab ‘Ihya’ ‘Ulum ad-Diin’ karya Imam Al-Ghazali.

Kemudian dia meminta kepada gurunya dalam tarekat Syadziliyyah, Muhammad Al-Qawiqji untuk memperkenankannya untuk tetap menjalankan tarekat Syadziliyyah secara formalitas saja.

Beralih Dari Tasawuf Ke Pemahaman Manhaj Salaf

Setelah bertahun-tahun menjalani kehidupan sebagai Sufi, dia menuturkan pengalamannya, “Saya sudah menjalani Tarekat Naqsyabandiyyah, mengenal yang tersembunyi dan paling tersembunyi dari misteri-misteri dan rahasia-rahasianya. Aku telah mengarungi lautan Tasawuf dan telah meneropong intan-intan di dalamnya yang masih kokoh dan buih-buihnya yang terlempar ombak. Namun akhirnya petualangan itu berakhir ke tepian damai, ‘pemahaman Salaf ash-Shalih’ dan tahulah aku bahwa setiap yang bertentangan dengannya adalah kesesatan yang nyata.”

Dia banyak terpengaruh oleh majalah ‘al-‘Urwah al-Wutsqa’ dan artikel-artikel para ulama dan sastrawan. Terlebih, pengaruh gurunya, Jamaluddin Al-Afghani dan Muhammad Abduh. Ia benar-benar terpengaruh sekali sehingga seakan gurunya lah yang telah menggerakkan akal dan pikirannya untuk membuang jauh-jauh seluruh bid’ah dan menggabungkan antara ilmu agama dan modern serta mengupayakan tegak kokohnya umat dalam upaya menggapai kemenangan.

Dan yang lebih banyak mempengaruhinya lagi adalah dia buku-buku karya

Referensi

  1. ^ a b Ende, W. [2012]. "Ras̲h̲īd Riḍā". Dalam P. Bearman, Th. Bianquis, C.E. Bosworth, E. van Donzel, W.P. Heinrichs. Encyclopaedia of Islam [edisi ke-2nd]. Brill. [[Perlu berlangganan [help]]. Pemeliharaan CS1: Menggunakan parameter penyunting [link]
  2. ^ a b c d Arthur Goldschmidt [2000]. Biographical Dictionary of Modern Egypt. Lynne Rienner Publishers. hlm. 166. 
  3. ^ "He began to specialize in the field of Hadith and its related sciences by the age of 20 -- being influenced by articles in Al-Manar magazine." Prophet's Prayer [Sallallaahu 'Alaihi Wasallam] Described from the Beginning to the End as Though You See it, introduction, p4.
  4. ^ David Gauvain, Salafi Ritual Purity: In the Presence of God, p33
  5. ^ Musdah Mulia, Ensiklopedi Islam, Jilid 6, ed. Nina M. Armando, et. al. [Jakarta: Ichtiar Baru van Hoeve, 2005], hal. 45.

Artikel bertopik Ulama ini adalah sebuah rintisan. Anda dapat membantu Wikipedia dengan mengembangkannya.

  • l
  • b
  • s

Diperoleh dari "//id.wikipedia.org/w/index.php?title=Rasyid_Ridha&oldid=18581760"

Video yang berhubungan

Bài Viết Liên Quan

Bài mới nhất

Chủ Đề