10 kalimat utama tentang Indonesia adalah negara agraris

Jakarta -

Indonesia dikenal sebagai negara agraris. Sebutan seperti itu sudah umum dikenal masyarakat sejak pendidikan dasar di mata pelajaran sosial tingkat awal. Banyak kisah sejarah yang menuliskan sebutan itu. Mereka bilang dimulai sejak masa prasejarah, atau sejak awal zaman kerajaan Hindu Budha, atau sebagainya, sehingga membuat khalayak menerimanya. Tetapi, apakah sebutan negara agraris masih relevan hingga saat ini?


Kepala Badan Pusat Statistik [BPS] Suhariyanto berbicara pada konferensi perilisan data yang dihadiri oleh banyak wartawan pada Senin [5/11/2018]. Ia memaparkan berita resmi statistik mengenai pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Antara lain menggarisbawahi pertumbuhan ekonomi Indonesia yang melaju pada angka 5.17 persen pada Triwulan III-2018 [dibandingkan Triwulan III-2017]. Tapi, mari kita skip ke bagian yang lebih dalam lagi.


Ditemukan bahwa share Produk Domestik Bruto [PDB] tertinggi di Indonesia adalah sektor industri, bukan pertanian. Sektor industri memberikan sumbangan pada pertumbuhan ekonomi sampai 19,66 persen. Dibandingkan dengan sektor pertanian, ia justru berada pada posisi runner up dengan andil 13,53 persen.

Uniknya, sektor pertanian bahkan hampir disalip sektor perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor yang menyumbang 13,02 persen. Cukup anomali apabila Indonesia yang dikenal dengan negara agraris namun penopang utama perekonomiannya bukan pada sektor pertanian.

Berkaca dari revisi data produksi beras beberapa waktu lalu, tidak hanya mengenalkan data beras yang lebih representatif, data produksi beras juga melakukan perbaikan penentuan jumlah luas panen padi nasional. Sebelumnya, data luas panen padi diklaim meningkat dari tahun ke tahun.

Pada 1993 diperkirakan luas panen padi nasional berada pada 10,99 juta hektar, dan terus naik hingga mencapai 14,12 juta hektar pada 2015. Tentu janggal apabila luas panen padi semakin tinggi namun luas lahan pertanian diyakini semakin menyusut, seperti yang pernah diungkapkan Wakil Presiden Jusuf Kalla pada rapat koordinasi data beras nasional beberapa waktu lalu [22/10/2018].


Setelah terjadi vakum data padi selama 3 tahun, BPS telah membangun metode baru yakni Kerangka Sampel Area [KSA] yang sanggup mengukur luas panen padi secara objektif. KSA menggantikan metode lama eye estimate milik Kementan yang dinilai overestimated dan subjektif. Setelah perbaikan metode, ditemukan bahwa luas panen padi 2018 justru lebih rendah dibandingkan 2015, diperkirakan 10,90 juta hektar. Padahal, luas panen padi pada 2018 diyakini melebihi 2015. Kenyataannya, luas panen padi 2018 lebih sedikit 3,22 juta ha dibandingkan 2015.


Beralih ke data yang berbeda, bagaimana keadaan tenaga kerja di Indonesia? Bersamaan dengan rilisnya data pertumbuhan ekonomi, BPS juga menerbitkan Data Keadaan Ketenagakerjaan Indonesia Agustus 2018. Berdasarkan Survei Angkatan Kerja Nasional [Sakernas] pada Agustus 2018, sekitar 28,79 persen penduduk Indonesia bekerja pada sektor pertanian sebagai pekerjaan utama. Sektor pertanian merupakan sektor yang paling banyak menyerap tenaga kerja di Indonesia, disusul dengan sektor perdagangan [18,61 persen], dan sektor industri [14,72 persen].


Walaupun andil PDB sektor pertanian berada di posisi perak, sektor pertanian merupakan sektor padat karya yang efektif menurunkan jumlah penganggur. Hal ini dibuktikan dengan ditemukannya tingkat pengangguran terbuka di perdesaan [4,04 persen] lebih rendah dibandingkan dengan perkotaan [6,45 persen]. Lalu, data Sakernas juga mencatat kurang lebih 58,78 persen penduduk bekerja di Indonesia masih berpendidikan SMP ke bawah. Rendahnya pengangguran di wilayah perdesaan merupakan peran sektor pertanian yang berhasil menyerap banyak tenaga kerja ber-skill rendah.

Kembali ke pertanyaan awal, apakah Indonesia masih relevan disebut negara agraris? Bila diartikan secara eksplisit bahwa negara agraris berarti negara yang penduduknya mayoritas bermata pencarian pada sektor pertanian, maka Indonesia masih relevan disebut sebagai negara agraris. Terlihat dari data Sakernas, sektor pertanian merupakan sektor utama yang paling diminati oleh penduduk Indonesia. Belum lagi ditambah penduduk yang memiliki pekerjaan tambahan di sektor pertanian, dipastikan persentase penduduk yang bekerja di sektor ini akan lebih banyak lagi.

Tapi, apabila negara agraris didefinisikan sebagai negara yang perekonomiannya bergantung pada sektor pertanian, maka Indonesia sudah tidak pas lagi disebut sebagai negara agraris. Sektor yang memegang sumbangsih pertumbuhan ekonomi terbesar negara ini telah tergantikan dengan sektor industri.

Seperti yang telah diketahui, sektor pertanian hanya mengambil andil pada urutan ke-2 saja. Bahkan, semakin berkurangnya lahan pertanian akan lebih menurunkan share pertumbuhan ekonomi di Indonesia di masa mendatang, sehingga sektor potensial lain seperti perdagangan akan segera mengunggulinya.

Ditambah, persentase tenaga kerja di sektor pertanian menurun cepat. Berdasarkan data Sakernas, tenaga pertanian mengalami penurunan terlaju dibandingkan sektor lain pada 2018 yakni mencapai 0,89 persen dibandingkan tahun sebelumnya.

Dedy Susanto staf Seksi Statistik Ketahanan Sosial, BPS Provinsi Papua

[mmu/mmu]

Jakarta -

Detikers tahu, mengapa Indonesia disebut sebagai negara agraris? Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia [KBBI], agraris memiliki tiga pengertian.

Pengertian pertama adalah mengenai pertanian atau tanah pertanian. Pengertian kedua adalah mengenai pertanian atau cara hidup petani. Serta, yang ketiga adalah bersifat pertanian.

Mengapa Indonesia Disebut sebagai Negara Agraris?

Mengutip dari buku Solusi Jitu Menghadapi Ulangan Ilmu Pengetahuan Sosial, Indonesia disebut sebagai negara agraris karena sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani.

Negara Indonesia memiliki tanah yang subur karena mendapatkan banyak sinar matahari dan curah hujannya tinggi. Hasil pertanian di Indonesia bermacam-macam dari sayur-sayuran hingga buah-buahan.

Melansir dari buku 'Wahana IPS' wilayah-wilayah di negara ini yang kaya hasil pertanian adalah di Karawang dan Cianjur [Jawa Barat], Madura, Jombang [Jawa Timur], Banjarnegara dan Kebumen [Jawa Tengah], Provinsi Bali, dan beberapa daerah di Pulau Sumatera.

Beberapa hasil sektor pertanian adalah padi, ketela, ubi, kentang, sayuran, kacang-kacangan, dan sebagainya. Pada masa panen, biasanya para petani membawa hasil panennya ke kota untuk dijual.

Secara spesifik mengenai sawah, dalam buku Mengenal Lahan Sawah dan Memahami Multifungsinya bagi Manusia dan Lingkungan karya Sudrajat, keberadaan sawah dapat dirasakan manfaatnya secara langsung maupun tidak.

Secara langsung, sawah merupakan penghasil lahan pangan. Sementara, secara tidak langsung, sawah memiliki fungsi dalam pelestarian lingkungan.

Lebih lanjut, dalam aspek individu, sawah memberikan pendapatan bagi para petani dan pengusaha pertanian. Dan dalam aspek komunal, sawah adalah penghasil bahan pangan untuk dikonsumsi masyarakat secara luas dan tempat tumbuhnya gotong royong bagi masyarakat pedesaan.

Tak hanya itu, sawah juga memberi pemandangan yang menyejukkan mata serta dapat menjadi sarana relaksasi. Karena itulah, kini banyak ditemukan lokasi wisata bertema persawahan.

Masih menurut buku yang sama, inilah sebabnya ada istilah multifungsi lahan sawah. Yakni karena keragaman fungsi yang dapat diberikan dari keberadaan sawah.

Itulah mengapa Indonesia disebut sebagai negara agraris serta beberapa manfaat sawah. Semoga bermanfaat ya, detikers!

Simak Video "Mentan Pastikan Hewan Kurban Idul Adha Bukan dari Zona Merah PMK"


[Gambas:Video 20detik]
[pay/pay]

Indonesia merupakan negara agraris, yang artinya sektor pertanian memegang peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional. Hal ini dapat ditunjukkan dari banyaknya penduduk atau tenaga kerja yang hidup bekerja dalam sektor pertanian.

Sebagai negara agraris, Indonesia dianugerahi kekayaan alam yang melimpah ditambah posisi Indonesia yang dinilai sangat strategis. Dilihat dari sisi geografis, Indonesia terletak pada daerah tropis yang memiliki curah hujan yang tinggi. Kondisi ini yang membuat Indonesia memiliki lahan yang subur dan banyak jenis tumbuhan yang dapat tumbuh dengan cepat.

Baca Juga

Umumnya, negara-negara agraris memiliki ciri yang khas. Tak hanya memilki lahan yang subur, ada beberapa hal yang menjadi ciri khas negara agraris, di antaranya:

Negara-negara agraris mampu menghasilkan bermacam-macam jenis hasil bumi dengan jumlah sangat besar. Hasil panen yang berlimpah ini membuat negara agraris mampu melakukan ekspor produk pertanian ke negara lain. Hal ini juga memengaruhi kebutuhan Sumber Daya Manusia [SDM] yang banyak untuk dapat memenuhi produksi hasil pertanian.

2. Lahan yang Luas dan Subur

Unsur terpenting dalam sektor agraria adalah lahan yang luas dengan kualitas yang baik. Keduanya akan memengaruhi hasil pertanian yang ditanam. Lahan yang luas dengan kualitas tanah yang buruk akan sulit dijadikan sebagai media tanam.

Oleh karena itu, ciri-ciri negara agraris adalah memiliki lahan yang luas dan subur untuk mendukung jalannya roda pertanian.

Air juga termasuk salah satu unsur yang memegang peran vital dalam menunjang perkembangan sektor pertanian. Tanpa adanya persediaan air melimpah, tingkat kesuburan tanah menjadi rendah. Namun, negara agraris tidak perlu khawatir karena persediaan air bersih di negara ini sangat melimpah, misalnya dari sungai, danau, atau dari air hujan.

4. Merupakan negara pengekspor komoditas hasil pertanian

Negara agraris biasanya merupakan pengekspor komoditas pertanian yang dapat membantu memenuhi kebutuhan pangan dunia. Misalnya negara India, merupakan negara agraris pengekspor beras terbesar di dunia.

World's Top Exports melaporkan, pada tahun 2020 India mengekspor sekitar 32,6% dari total ekspor beras dunia. Indonesia juga mengekspor hasil pertanian yang menjadi komoditas unggulan seperti kopi, udang, kakao, karet, dan kelapa sawit. Sebagai komoditas unggulan, tentu saja hasil pertanian memegang peran besar dalam perekonomian.

5. Memiliki ketahanan pangan

Negara agraris merupakan negara penghasil bahan pangan dalam jumlah besar, seperti beras, jagung, kopi, teh, kakao, sayuran, buah-buahan, ikan, dan juga daging dari subsektor perikanan dan perternakan.

Hal tersebut membuat negara agraris memiliki ketahanan pangan. Negara agraris dapat memenuhi kebutuhan pokok pangan rakyatnya tanpa membutuhkan impor dari negara lain.

Baca Juga

Seperti yang telah dipaparkan sebelumnya, pertanian jadi zona utama yang diandalkan oleh negeri agraris di mana sebagian besar masyarakatnya bekerja sebagai petani. Dengan begitu keberadaan para petani sangat berarti untuk ikut dan berkontribusi tingkatkan kesejahteraan warga.

Salah satu keuntungan jadi negeri agraris adalah mempunyai sumber energi manusia yang profesional dalam bidang pertanian. Sehingga negeri tersebut mampu penuhi kebutuhan pokoknya sendiri.

Mengingat betapa berartinya zona pertanian di negeri agraris, pemerintah pun mulai melaksanakan pengembangan mulai dari pengolahan lahan yang benar, pemanfaatan bibit unggul, metode penanaman sampai panen yang telah memakai alat-alat berteknologi besar. Pasti tujuannya mendapatkan hasil pertanian yang baik dan bermutu.

Adapun keuntungan menjadi negara agraris adalah, diantaranya yaitu:

  • Sektor pertanian menjadi salah satu penumpang untuk meningkatkan perekonomian negara.
  • Dapat dengan mudah untuk memperoleh hasil pertanian demi memenuhi kebutuhan pangan dalam negeri tanpa harus impor dari luar negeri.
  • Membantu meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya mencintai hasil produk pertanian di negara sendiri.
  • Membantu mewujudkan terciptanya ketahanan pangan.
  • Berkontribusi dalam membuka lapangan pekerjaan baru terutama dalam bidang perkebunan dan pertanian.
  • Berkontribusi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat agar tidak berada di garis kemiskinan.
  • Menghindari dari krisis bahan pangan karena tidak perlu mengandalkan impor dari negara lain.

    Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Pertanian [Kementan] terus meningkatkan akselerasi ekspor ke negara-negara besar di dunia. Dari sekian banyak produk yang diproduksi dan menjadi andalan komoditas ekspor Indonesia, empat diantaranya bertengger di posisi teratas produk pertanian yang sangat diminati pasar internasional.

    Keempat produk pertanian itu diantaranya karet, sawit, kakao dan kopi. Sejak diekspor tahun 2017, dominasi produk asli Indonesia ini meningkat signifikan, jauh lebih besar dari lalu lintas ekspor tahun sebelumnya.

    Merujuk situs resmi Kementerian Perdagangan [Kemendag], berikut empat komoditas unggulan agraria Indonesia:

    HARGA KARET TURUN DI DUMAI PASCALEBARAN [ANTARA FOTO/Aswaddy Hamid/wsj.]

    1. Karet

    Urutan pertama ekspor terbesar adalah karet dan produk karetnya. Tercatat, sejak Januari hingga Juni 2017 total ekspor yang dilepas ke Amerika Serikat mencapai 1.020.3 ton. sedangkan lalu lintas di 2018 mencapai 817.7 ton.

    Pasar ekspor berikutnya ditempati Republik Rakyat Tiongkok [RRT] dengan nilai 667.4 ton untuk periode Januari-Juni dan 317.0 ton untuk lalu lintas di tahun 2018.

    sawit [ANTARA FOTO/ Akbar Tado/wsj.]

    2. Kelapa Sawit

    Kedua, pasar ekspor kelapa sawit menembus pasar India sebagai negara pengimpor tertinggi dengan angka 2.521.6 ton untuk periode Januari dan Juni 2017. Sedangkan tahun 2018 angkanya mencapai 1.4909.4 ton. Pada urutan selanjutnya, Republik Rakyat Tiongkok mengimpor kelapa sawit sebanyak 802.1 ton untuk periode 2017 dan 948.1 ton untuk periode 2018.

    Baca Juga

    HARGA BIJI KAKAO KEMBALI TURUN [ANTARA FOTO/Basri Marzuki/hp.]

    Pada posisi ketiga, produk kakao dengan pasar ekspor paling banyak menembus 147.9 ton untuk negara tujuan Amerika Serikat pada 2017. Setahun berlalu, jumlahnya naik menjadi 170.9 ton. Sedangkan Malaysia mengimpor produk Indonesia dengan jumlah 83.8 ton dan 63.7 ton untuk tahun 2018.

    Kopi Koya Primadona Baru Kopi Nusantara [ANTARA FOTO/Fauzan/pras.]


    4. Kopi

    Keempat, hasil produksi petani kopi Indonesia menembus pasar Amerika Serikat dengan nilai ekspor mencapai 138.8 ton untuk tahun 2017 dan 123.6 ton untuk tahun 2018. Selanjutnya, negara ekspor kedua ditempati Jerman dengan total ekspor mencapai 42.3 ton

Negara Agraris di Dunia

Selain Indonesia, ada beberapa negara yang merupakan negara agraris diantaranya yaitu:

  1. Thailand menjadi negara di Asia yang juga dikenal sebagai negara agraris. Bahkan, tak sedikit hasil pertanian, perkebunan dan peternakan dari Thailand yang juga kita nikmati, seperti ayam Bangkok, pepaya Bangkok, hingga durian Bangkok.

    Hal ini sesuai dengan visi yang ingin dicapai oleh Departemen Pertanian Thailand, yaitu Thailand Kitchen of The World yang nyatanya memang benar-benar serius dijalankan demi meningkatkan kesejahteraan para petani. Tak heran, jika mereka saat ini sedang gencar menggalakan penyuluhan pertanian, menyediakan permodalan dan fasilitas pendukung pertanian, hingga meningkatkan teknologi pertanian.

  2. Filipina merupakan produsen beras terbesar ke-8 di dunia, menyumbang 2,8% dari produksi beras dunia. Filipina juga merupakan importir beras terbesar di dunia pada tahun 2010.

    Produksi beras di Filipina telah tumbuh secara signifikan sejak 1950-an. Peningkatan varietas padi yang dikembangkan selama Revolusi Hijau, termasuk di International Rice Research Institute yang berbasis di Filipina telah meningkatkan hasil panen. Hasil panen juga meningkat karena meningkatnya penggunaan pupuk. Produktivitas rata-rata meningkat dari 1,23 metrik ton per hektare pada tahun 1961 menjadi 3,59 metrik ton per hektare pada tahun 2009.

    Selain itu, Filipina juga penghasil jagung, kakao, kopi, kelapa, buah-buahan dan tebu.

    Baca Juga

  3. Selain memiliki jumlah penduduk besar, India juga memiliki kekuatan pertanian yang mendukung. Hingga saat ini India masih menjadi eksportir bawang terutama bawang bombai terbesar di dunia.

    Luas lahan pertanian yang dimiliki India 1.451.810 km2, dan mengantongi 9,22% luas lahan pertanian dunia. Namun, belakangan ini pertanian India kian menurun, bahkan sektor pertanian mereka belum mampu menyumbang PDB di atas 25%.

  4. Brasil merupakan negara penghasil kopi terbesar di dunia. Negara ini memiliki lahan pertanian seluas 586,036 km2 dan menduduki sekitar 3,72% luas lahan pertanian subur di dunia.

    Negeri Samba pernah dinobatkan sebagai paru-paru dunia karena hutan tropisnya yang luas, namun kini lebih dari 3,1 juta hektar hutan di amazon menjandi lahan tanpa tumbuhan karena telah berubah menjadi permukiman dan lahan pertanian.

  5. Negeri Tirai Bambu memiliki luas lahan pertanian 1.385.905 km2, dan menduduki 8,8% luas lahan pertanian dunia. Sektor pertanian di China tidak hanya mampu mencukupi kebutuhan dalam negeri, negara ini juga intens melakukan ekspor komoditas pertanian. Salah satu negara tujuan ekspor bawang putih China adalah Indonesia.

  6. Di Vietnam, pertanian, kehutanan dan perikanan, merupakan sektor ekonomi yang penting, menyumbang 21% dari PDB pada tahun 2009. Vietnam memiliki keunggulan komparatif tertentu di bidang pertanian dan kehutanan. Negara ini memiliki banyak faktor yang mendukung pertanian seperti lahan budidaya, tutupan hutan, wilayah laut, iklim tropis dan SDM.

    Pada awal 1980-an, Vietnam berubah dari importir menjadi eksportir bersih produk pertanian. Akibat liberalisasi perdagangan dan reformasi pertanian di Vietnam, nilai ekspor di sektor pertanian meningkat berlipat ganda dengan komoditas ekspor utama beras, kopi, lada dan jambu mete. Tak hanya itu, negara yang dijuluki Tanah Naga Biru ini juga memproduksi karet, teh, kacang tanah, kedelai, buah dan sayuran, dan babi.

    Tahun 2018, Vietnam masuk dalam lima negara produsen beras terbesar di dunia bersama China, Indonesia, India dan Bangladesh.

  7. Sebagian besar masyarakat Afrika hidup di pedesaan dan bergantung pada sektor pertanian. Di Benua Afrika terdapat pada lembah sungai besar, seperti lembah Sungai Oranye di Afrika Selatan, lembah Sungai Zambesi di Zambia dan Mozambik, lembah Sungai Niger di Nigeria, dan lembah Sungai kongo di Zaire.

    Hasil-hasil pertanian di lembah sungai tersebut, antara lain buah-buahan, jagung, kacang, ubi jalar, dan padi. Sementara hasil tanaman budidaya lain, seperti kapas, jagung, dan kopi terdapat di Ethiopia dan Sudan.

  8. Sebagai salah satu negara maju, Amerika Serikat terkenal di bidang pertaniannya. Selain dari segi teknologi, AS juga dikenal memeiliki lahan pertanian yang luas. Negara ini juga menjadi pengekspor komoditas pertanian ke sejumlah negara, termasuk Indonesia.

    Komoditas ekspor andalan AS adalah kedelai dan gandum. Negara Paman Sam ini menguasai sekitar 10,48% luas pertanian dunia dengan total mencapai 1.650.062 km2. Tak heran jika negara ini disebut sebagai negara dengan pertanian terbesar di dunia.

  9. Jika dilihat lebih seksama, sebagian besar daratan di Australia berupa padang pasir dengan curah hujan yang rendah. Meski demikian, bukan berarti negara ini tidak bisa diandalkan dalam hal ketahanan pangan.

    Kondisi alam tersebut justru membuat para petani di Australia harus memutar otak supaya tetap bisa melakukan berbagai macam kegiatan pertanian. Salah satunya dengan membuat sistem irigasi dan pemberian pupuk pada tanah yang kurang subur.

    Bukan hanya hasil dari pertanian, ada pula berbagai bentuk hasil sampingan lainnya berupa hasil ternak. Susu dan daging hasil peternakan di Australia sudah tak perlu diragukan lagi kualitasnya. Oleh sebab itu, tak heran jika Australia berhasil mengekspor daging hingga ke Benua Eropa.

  10. Jepang dikenal dengan perkembangan teknologinya yang sangat maju. Salah satu perkembangan teknologi ini bahkan merambah pada sektor pertanian.

    Beberapa di antaranya adalah teknologi penanaman dalam ruang ataupun di atap rumah, membuat rekayasa genetika pada buah-buahan agar bisa dipanen sepanjang tahun, melakukan modifikasi bentuk buah, dan masih banyak lainnya.

    Saat ini, Jepang juga tengah mengembangkan teknologi berupa mesin traktor tanpa awak serta mesin tanam dan panen otomatis sehingga kegiatan bercocok tanam menjadi lebih efektif dan efisien.

Video yang berhubungan

Bài mới nhất

Chủ Đề