Panglima daulah Umayyah yang dapat melakukan menyeberangi selat antara Maroko dan benua Eropa

KOMPAS.com - Thariq bin Ziyad adalah panglima perang Bani Umayyah yang memimpin penaklukan atas Semenanjung Iberia pada 711-718 M.

Ketika Bani Umayyah berada di bawah kekuasaan Al-Walid I, ia memimpin sekitar 7.000 pasukan dari pantai utara Maroko untuk menaklukkan Al-Andalus [bagian Semenanjung Iberia yang meliputi Spanyol, Portugal, Andorra, Gibraltar, dan sekitarnya].

Berkat keberhasilannya itu, Thariq bin Ziyad menjadi salah satu panglima perang paling terkenal dalam sejarah.

Thariq bin Ziyad juga merupakan panglima perang Bani Umayyah yang namanya diabadikan menjadi nama sebuah selat yaitu Selat Gibraltar.

Asal-usul Thariq bin Ziyad

Sejarawan dunia memiliki perbedaan pendapat terkait asal-usul Thariq bin Ziyad. Sebagian menyebut ia adalah keturunan Bani Hamdan dari Persia.

Pendapat lain menyatakan bahwa Thariq berasal dari keluarga Muslim Arab. Sementara sejarawan lainnya berargumen bahwa ia adalah keturunan bangsa Berber dari Afrika Utara.

Terlepas dari perbedan asal-usulnya, para sejarawan sepakat bahwa Thariq diangkat menjadi gubernur oleh Musa bin Nusayr, penguasa Ifriqiya [Afrika Utara].

Pengangkatan nya sebagai gubernur Kota Tangier di Maroko dilakukan setelah penaklukannya pada 710-711 M. Sebagaimana diketahui, Thariq adalah ahli perang dan pandai menunggang kuda.

Baca juga: Kekhalifahan Bani Umayyah: Masa Keemasan dan Akhir Kekuasaan

Mendapatkan perintah penaklukan

Sebelum Islam datang, Semenanjung Iberia dikuasai oleh Roderick, raja Visigoth yang kejam.

Suatu ketika, seorang bangsawan pemimpin benteng Visigoth yang bernama Julian mendapati putrinya diperkosa dan dihamili oleh Raja Roderick.

Tidak terima dengan tindakan raja, Julian lantas mendatangi Musa bin Nusayr dan memintanya untuk meruntuhkan Visigoth.

Permintaan Julian agar menyerang pemimpinnya sendiri sempat diragukan oleh Musa. Namun, Julian berhasil meyakinkannya setelah mengirim ekspedisi kecil untuk menyerbu Semenanjung Iberia.

Sebelum maju berperang, Musa meminta izin kepada Khalifah Al-Walid di Damaskus untuk menaklukan Semenanjung Iberia.

Setelah mendapatkan izin, Musa segera mengirimkan ekspedisi awal ke wilayah yang dipimpin oleh Tarif bin Malik atau Abu Zar'ah.

Keberhasilan Tarif menguasai pesisir Spanyol kemudian mendorong Musa untuk mengirimkan ekspedisi lanjutan yang lebih besar di bawah pimpinan Thariq bin Ziyad.

Pidato Thariq bin Ziyad

Pada sekitar awal Mei 711 M, Thariq bin Ziyad membawa 7.000 pasukan mengarungi lautan dengan kapal.

Selain dibantu menyeberang oleh Julian, pasukan Thariq juga mendapatkan sebanyak 5.000 pasukan tambahan dari Musa bin Nusayr.

Sesampainya di daratan Spanyol, Thariq mengumpulkan pasukannya di selat yang berdampingan dengan bukit karang yang sekarang dikenal dengan nama Bukit Gibraltar.

Di bukit inilah, Thariq menyampaikan pidato di mana ia memerintahkan pasukannya untuk membakar kapal mereka.

Pasukan pun paham dengan maksud panglima mereka, yakni agar tidak ada prajurit yang ketakutan dan memilih untuk berlindung ke kapal.

Peritah ini membuat pasukan tidak lagi memiliki jalan selain bertempur hingga meraih kemenangan atau mati syahid [berjuang di jalan Allah].

Baca juga: Reconquista, Akhir Kekuasaan Islam di Spanyol

Mengalahkan Raja Roderick

Sadar akan ancaman yang mendatanginya, Raja Roderick mengumpulkan pasukan yang jumlahnya mencapai 100.000 prajurit.

Meski Thariq bin Ziyad telah mendapatkan bantuan dari Musa, jumlah pasukannya hanya 12.000, tidak sebanding dengan prajuirt Visigoth.

Perang pun berkecamuk, di mana pasukan Muslim banyak yang mulai terdesak karena jumlah mereka terbilang sedikit.

Di tengah peperangan, tiba-tiba pasukan Visigoth mendengar desas-desus bahwa pihak Muslim tidak menyerang untuk menjajah, tetapi untuk membebaskan negerinya dari kekejaman Raja Roderick.

Kabar tersebut membuat banyak pasukan Visigoth yang membenci Roderick langsung mundur.

Tariq meraih kemenangan ketika Raja Roderick, dikalahkan dan dibunuh pada 19 Juli 711 M di Pertempuran Guadalete.

Menaklukkan Semenanjung Iberia

Setelah kematian Raja Roderick, Thariq bin Ziyad membagi pasukannya untuk melakukan penaklukan di berbagai wilayah.

Pasukan Thariq pun berhasil menguasai Cordoba, Granada, Malaga, hingga Toledo, yang saat itu menjadi ibu kota Spanyol.

Dua tahun berselang, seluruh daratan Spanyol berhasil dikuasai pasukan Islam dan penaklukan pasukan berlanjut ke Portugal, sementara Thariq diangkat menjadi gubernur Al-Andalus.

Baca juga: Perang Yarmuk, Perang Pembuka Islam Melawan Kekaisaran Romawi

Pada 714 M, Thariq dan Musa sama-sama diminta oleh Khalifah Al-Walid untuk kembali ke Damaskus.

Alasan pemanggilan diduga karena keduanya terlibat dalam perselisihan. Akan tetapi, konflik yang mendera mereka juga masih diperdebatkan oleh sebagian ahli.

Namun yang pasti, perselisihan tersebut dapat diakhiri dan keduanya mau berdamai.

Diabadikan menjadi nama selat

Sejak dipanggil oleh khalifah, Thariq bin Ziyad menetap di Damaskus hingga wafatnya pada 720 M.

Namun, kehidupan menjelang akhir hidupnya tidak banyak diketahui. Untuk meneladani kisah kepahlawanannya, bukit tempatnya berpidato kemudian dinamai Jabal Thariq atau Gibraltar.

Gibraltar adalah derivasi Spanyol dari nama Arab Jabal Tariq, yang artinya "bukit Tariq", diambil dari nama Thariq bin Ziyad.

Sehingga nama selat yang memisahkan antara benua Afrika dan Eropa kemudian dinamai Selat Gibraltar.

Referensi:

  • Ayesha, Ummu. [2010]. Muslim dan Muslimah Pemberani. Depok: Cerdas Interaktif.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link //t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

KOMPAS.com - Islam mulai masuk ke wilayah benua Eropa pada abad ke-8, ditandangi dengan penaklukkan Semenanjung Iberia.

Adapun kawasan Iberia yang ditaklukkan Bani Umayyah di bawah pimpinan Walid bin Abdul Malik terdiri dari Spanyol, Portugal, Andora, Gibraltar, dan sebagian wilayah Perancis.

Apabila ditelusuri, Islam tidak hanya menorehkan sejarah di Spanyol, tetapi juga mencapai masa kejayaannya.

Namun, Islam kembali terusir dari Spanyol pada abad ke-15, setelah Kerajaan Granada diruntuhkan oleh pasukan Kristen.

Berikut ini sejarah perkembangan Islam di Spanyol.

Baca juga: Reconquista, Akhir Kekuasaan Islam di Spanyol

Sejarah masuknya Islam di Spanyol

Usaha penaklukan Spanyol pertama kali dilakukan oleh Tharif bin Malik, sebagai utusan Gubernur Afrika Utara, Musa bin Nushair.

Tharif bin Malik dengan empat kapalnya menyeberangi selat yang memisahkan Maroko dengan Eropa, kemudian melakukan penaklukan.

Setelah serbuan pertama Tharif bin Malik, Musa bin Nushair memerintahkan Thariq bin Ziyad ke Spanyol pada 711.

Dengan membawa pasukan sekitar 7.000 orang, Panglima Thariq bin Ziyad berhasil menguasai Jabal Thariq atau Gibraltar.

Kala itu, umat Islam berada di bawah kekuasaan Kekhalifahan Bani Umayyah yang dipimpin oleh Walid bin Abdul Malik [705-715].

Setelah berhasil menguasai Gibraltar, pasukan Islam dengan mudah mampu menguasai kota-kota di Spanyol, seperti Kordoba, Granada, Toledo, Sevilla, Zaragoza, hingga Navarre.

Baca juga: Walid bin Abdul Malik, Pembawa Kejayaan Bani Umayyah

Pada abad ke-8, pasukan Islam telah menguasai seluruh Spanyol, Perancis tengah, dan sebagian Italia.

Oleh karena itu, Tharif ibn Malik, Tharik ibn Ziyad, dan Musa ibn Nushair dianggap sebagai tokoh yang membawa Islam ke Spanyol pertama kali.

Kemenangan pasukan Islam yang terbilang cepat disebabkan oleh beberapa faktor eksternal, seperti Kerajaan Visigoth di Toledo yang intoleran kepada pemeluk agama selain Kristen.

Perpecahan politik dan kondisi sosial ekonomi yang timpang pada akhirnya membuat Kerajaan Visigoth mudah dikalahkan, sehingga Spanyol berada di bawah kekuasaan Islam.

Kejayaan Islam di Spanyol

Setelah Spanyol berhasil dikuasai oleh Islam, Abdurrahman, keturunan Bani Umayyah yang melarikan diri akibat Revolusi Abbasiyah, mendirikan pemerintahan baru di Kordoba pada tahun 756.

Baca juga: Revolusi Abbasiyah, Runtuhnya Kekhalifahan Bani Umayyah

Pemerintahan Dinasti Umayyah di Spanyol didirikan guna menandingi kekuasaan Dinasti Abbasiyah di Bagdad.

Pada masa kekuasaan Umayyah inilah, Spanyol menjadi wilayah kekuasaan Islam yang sangat maju dan toleran.

Pemerintahan Bani Umayyah sangat menghormati hak-hak setiap orang untuk memeluk agama kepercayaan masing-masing.

Selain itu, Kordoba menjadi kota metropolitan yang maju di Eropa saat itu, karena sumbangannya di bidang ilmu pengetahuan.

Menurut catatan sejarawan di Spanyol, pada masa kekuasaan Islam terdapat sekitar 700 masjid, 60.000 kastil, dan 70 perpustakaan.

Kemajuan ilmu pengetahuan di Spanyol saat itu membuat banyak pelajar dan mahasiswa dari penjuru dunia untuk menuntut ilmu di Granada, Kordoba, Sevilla, dan Toledo.

Baca juga: Biografi Muawiyah I, Pendiri Dinasti Bani Umayyah

Selain itu, perkembangan Islam dan ilmu pengetahuan di Spanyol melahirkan banyak ilmuwan, seperti Ibnu Rusyd, Ibnu Khaldun, Al-Khatib, Ali Ibnu Hazm, Abdur Rabbi, Al-Bakri, dan Al-Idrisi.

Salah satu keajaiban dan simbol kejayaan Islam di Spanyol adalah pembangunan Madinat al-Zahra, yaitu sebuah kompleks mewah yang terbuat dari marmer, semen, gading, dan onyx.

Pembangunan Madinat al-Zahra atau Medina Azahara memerlukan waktu sekitar 40 tahun dan menghabiskan sepertiga dari pendapatan ekonomi Kordoba.

Runtuhnya peradaban Islam di Spanyol

Memasuki abad ke-11, peradaban Islam yang dibangun di Spanyol mulai goyah. Salah satunya disebabkan oleh serangan pasukan Kristen pimpinan Alfonso VI yang ingin merebut kembali Kota Toledo.

Serangan tersebut gagal dihalau oleh penguasa Islam di Spanyol saat itu. Meski sudah meminta bantuan Dinasti Berber di Afrika Utara, tetapi Spanyol gagal dipertahankan.

Baca juga: Faktor Penyebab Runtuhnya Kekhalifahan Bani Umayyah

Kota-kota yang dikuasai oleh Islam, seperti Toledo, Kordoba, Sevilla, dan Granada dikuasai kembali oleh penguasa Kristen pada akhir abad ke-15.

Setelah Islam kalah Spanyol dari pasukan Kristen, umat muslim masih ada yang tinggal di Spanyol.

Namun, seiring berjalannya waktu, hak-hak yang didapatkan oleh orang Islam dicabut oleh penguasa Kristen dan membuat banyak dari mereka yang memilih keluar dari Spanyol.

Beberapa abad setelah kemenangan kembali umat Kristen, perkembangan Islam di Spanyol menjadi tidak jelas.

Barulah pada sekitar abad ke-20, muncul gelombang imigran muslim memasuki Spanyol yang didominasi oleh orang-orang Islam Maroko.

Baca juga: Sejarah Perkembangan Islam di Amerika Serikat

Mereka kemudian membentuk komunitas-komunitas dan ditambah dengan kehadiran muslim dari Amerika Latin dan Eropa Timur.

Perkembangan Islam di Spanyol sekarang tidak begitu signifikan. Pada 2016, terdapat sekitar 2 juta umat muslim atau sekitar 4 persen dari total populasi Spanyol.

Lebih dari setengah dari umat muslim di Spanyol adalah imigran tanpa kewarganegaraan Spanyol.

Kendati demikian, perkembangan tersebut tetap dibarengi dengan dibangunnya pusat keagamaan Islam di beberapa wilayah Spanyol.

Referensi:

  • Alkhateeb, Firas. [2016]. Sejarah Islam Yang Hilang: Menelusuri Kembali Kejayaan Muslim pada Masa Lalu. Yogyakarta: Penerbit Bentang.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link //t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Video yang berhubungan

Bài mới nhất

Chủ Đề