Bangsa manakah yang berhasil menghancurkan Dinasti Abbasiyah di Baghdad dan siapa tokohnya?

RAHAYU FITRIYANI , NIM. 09123017 [2014] KEHANCURAN BAGHDAD 1258 M DAN PENGARUHNYA BAGI DUNIA ISLAM. Skripsi thesis, UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA.

Preview

Text [KEHANCURAN BAGHDAD 1258 M DAN PENGARUHNYA BAGI DUNIA ISLAM]
BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf

Download [4MB] | Preview
Text [KEHANCURAN BAGHDAD 1258 M DAN PENGARUHNYA BAGI DUNIA ISLAM]
BAB II, III, IV.pdf
Restricted to Registered users only

Download [571kB]

Abstract

Dinasti Abbasiyah adalah salah satu Dinasti Islam yang berdiri sejak tahun 750 M sampai dengan 1258 M. Pada masa kemundurannya, Khalifah Abbasiyah hanya berkuasa di Baghdad dan sekitarnya, hal ini disebabkan oleh berdirinya dinasti-dinasti kecil yang telah melepaskan diri dari kekuasaan Dinasti Abbasiyah. Menyempitnya wilayah kekuasaan Dinasti Abbasiyah menandakan lemahnya sistem pemerintahan pusat dan politiknya. Dalam kondisi seperti ini, para khalifah mengalami kemerosotan moral, hidup bermewah-mewah dan berfoya-foya sehingga mereka tidak menyadari bahaya dari musuh luar yakni serangan Bangsa Mongol. Bangsa Mongol menghancurkan Baghdad yang merupakan pusat peradaban Islam pada waktu itu dan melakukan pembantaian terhadap penduduknya. Permasalahan dalam penelitian ini adalah apa yang melatarbelakangi penyerangan Bangsa Mongol yang dipimpin oleh Hulagu Khan ke Baghdad, yang mana di kemudian hari mereka justru memeluk Islam dan membangun kembali peradaban Islam yang pernah mereka hancurkan. Penelitian ini menggunakan metode penelitian sejarah yang sumbernya diambil dari literatur atau pustaka [library research] dengan menggunakan pendekatan politik untuk mengetahui kondisi Dinasti Abbasiyah masa akhir, latar belakang invasi-invasi yang dilakukan oleh Bangsa Mongol dan dampak dari pengaruh yang ditimbulkan dari serangan Mongol ke Baghdad bagi dunia Islam selanjutnya. Dari hasil penelitian yang dilakukan, dapat diketahui bahwa latar belakang invasi yang dilakukan oleh Bangsa Mongol terhadap wilayah-wilayah Islam termasuk Baghdad adalah untuk menguasai dunia di bawah kekuasaan mereka tanpa membawa misi menyebarkan agama yang mereka anut sehingga ketika mereka berhasil menguasai wilayah Islam dan bersentuhan dengan umat Islam di wilayah tersebut menjadikan mereka memeluk Islam.

Share this knowledge with your friends :

Actions [login required]

View Item

Bangsa Mongol tercatat dalam sejarah Islam sebagai penghancur peradaban Islam, tetapi sejarah juga mencatat bahwa dari cucu-cucu Jengis Khan inilah terjadi penyebaran Islam yang begitu luas di Dunia.

Patung ksatria Mongolia dan Genghis Khan di wilayah Inner Mongolia [foto : khazanah republika]

Tartar adalah bangsa nomaden yang hidup di pelosok gurun Gobi, berbatasan dengan China. Bangsa ini berdiam di padang pasir, hidup dari menggembala ternak, membangun tatanan kehidupannya berdasarkan kesukuan, terkenal suka melakukan kejahatan dan pengkhianatan. Agama kuno mereka adalah Samanisme yang mengajarkan mempersembahkan kurban untuk beberapa jenis hewan buas, dan sangat mensucikan roh-roh nenek moyang.

Tartar juga merupakan asal berbagai kabilah yang darinya muncul beberapa etnik bangsa lain seperti Mongol, Turki, Saljuk dan lain-lain. Karena dominasi kabilah Mongol terhadap kabilah Tartar lainnya dalam satu fase sejarah maka menjadikan nama Mongol disandangkan kepada semua kabilah Tartar.

Adalah Jengis Khan sosok nama yang begitu terkenal yang berhasil menyatukan suku-suku di bangsa Mongol dan juga menaklukkan kabilah Tartar lainnya. Jengis Khan berhasil membangun imperium besar dan luas yang membentang dimulai dari timur di Cina, Persia dan Eropa Timur di barat, Rusia di utara dan juga India di selatan.

Sejarah Islam juga mencatat pada tahun 1258M pasukan Mongol menyerbu dan menghancurkan Kekhalifahan Islam Bani Abbasiyah di Baghdad. Mereka memorak-porandakan Baghdad, khalifah dan penduduk ditangkap, rumah-rumah dibakar. Tak sampai di situ, mereka juga menghancurkan perpustakaan yang sarat dengan manuskrip berharga. Sejarawan Ibnu Khaldun mengungkapkan, manuskrip-manuskrip itu dilemparkan ke Sungai Tigris. Air Sungai Tigris berubah warna menjadi hitam sekelam tinta pada hari pelemparan buku-buku dari berbagai perpustakaan ke sungai tersebut.

Jengis Khan meninggal dunia tahun 1.227M dan semasa hidupnya ia terkenal sebagai sosok yang berperilaku buruk terutama kepada bangsa-bangsa yang ditaklukkannya. Pada saat Jengis Khan merasa bahwa kematiannya akan tiba, ia membagi imperiumnya menjadi empat wilayah dan dibagikan kepada putra-putranya yaitu 1] Rusia dan Eropa Timur, 2] Persia atau Iran, 3] Cina dan 4] Turkestan di Asia Tengah.

Bangsa Mongol tercatat dalam sejarah Islam sebagai penghancur peradaban Islam, tetapi sejarah juga mencatat bahwa dari cucu Jengis Khan inilah terjadi penyebaran Islam yang begitu luas di Dunia.

Muslim Mongol di Eropa Timur dan Siberia Barat

Jochi Khan adalah anak sulung Jengis Khan yang diberi wilayah kekuasaan yang mencakup Rusia, Bulgaria, dan Kaukasia, mungkin juga mencakup kawasan-kawasan barat [Eropa Timur dan Siberia Barat]. Dinasti Jochi yang memerintah wilayah tersebut dinamakan Dinasti Mongol Utara atau Kelompok Emas [Golden Horde].

Sebenarnya Jochi Khan juga berpeluang untuk menjadi Khan Agung karena dia adalah anak sulung dan Jengis Khan juga pernah berwasiat agar Jochi Khan mengantikan Jengis Khan sebagai Khan Agung apabila dia meninggal dunia. Akan tetapi Jochi Khan meninggal dunia terlebih dahulu daripada Jengis Khan sehingga akhirya adik Jochi Khan yang bernama Ogedei Khan yang ditunjuk sebagai Khan Agung di kekaisaran pusat.

Agama Islam mempengaruhi jiwa anak-anak Jochi Khan karena Jochi Khan menikahi seorang putri bernama Risalah binti Khawarizm Syah yang merupakan adik Sultan Jalaludin. Dari situlah pengaruh agama Islam mulai masuk kepada anak-anaknya seperti Batu Khan, Berke Khan dan yang lainnya. Batu Khan sendiri terkenal mengasihi kaum Muslimin kendati ia sendiri tidak masuk Islam.

Setelah Jochi Khan meninggal dunia, dia digantikan oleh anaknya yang bernama Batu Khan. Batu Khan sering berselisih dengan Khan Agung di pusat yaitu Ogedei Khan yang kemudian digantikan oleh anaknya yang bernama Guyuk Khan. Perselisihan ini terjadi karena Batu Khan merasa bahwa Ogedei Khan dan Guyuk Khan telah merebut tahta Khan Agung yang seharusnya menjadi hak Jochi Khan ayahnya dan dirinya selaku anak sulung. Perselisihan itu juga terjadi karena Guyuk Khan sebagai Khan Agung menyatakan masuk agama Kristen sedangkan Batu Khan sangat dekat terhadap Islam.

Setelah Batu Khan meninggal dunia, ia digantikan oleh putranya yang bernama Shartuq Khan sebagai penguasa Mongol Utara. Tetapi tidak lama memerintah Shartuq Khan kemudian meninggal dunia sedangkan anaknya masih kecil-kecil, maka posisi Khan akhirnya diambil alih oleh pamannya yang bernama Berke Khan [Adik Batu Khan].

Menurut beberapa pendapat, Berke Khan adalah Khan Mongol pertama yang memeluk Islam, jadi dinasti Mongol Utara lebih dahulu masuk Islam daripada dinasti Mongol lainnya. Berkat keislaman Berke Khan, banyak orang-orang mongol utara yang masuk Islam. Berke Khan begitu antusias terhadap ajaran Islam, sampai-sampai Berke Khan berbaiat kepada Khalifah Islam di Baghdad.

Berke Khan juga terlibat permusuhan dengan anak pamannya yang bernama Hulegu Khan yang merupakan Khan Mongol yang memimpin wilayah Persia. Penyebabnya adalah Hulegu Khan memberikan saran kepada Khan Agung Mongol untuk melakukan invasi ke Baghdad dan merebut wilayah yang dikuasai oleh kaum muslimin.

Jengis Khan membagi kekuasaanya kepada Tolui Khan putranya di wilayah Persia dan Kurasan beserta bebrapa negeri Arab dan Asia Kecil. Pemerintahan Mongol di wilayah ini disebut juga negara Ilkhanat. Setelah Tolui Khan meninggal lalu digantikan putranya yang bernama Hulegu Khan. Hulegu Khan memberikan citra yang sangat buruk bagi bangsa Mongol di mata kaum Muslimin karena ia telah melakukan tindak kejahatan yang keji terhaap umat Muslim secara tidak berperikemanusiaan.

Hulegu Khan adalah aktor utama dibalik penyerangan Mongol terhadap Kekhalifahan Islam Abbasiyah di Baghdad yang sudah disinggung di atas. Hulegu Khan sangat membenci kaum muslimin,hanya saja pada akhir-akhir hidupnya ia mempercayakan pendidikan putra keduanya yang bernama Taghudar kepada seorang pendidik muslim.

Setelah Hulegu Khan meninggal dunia ia digantikan oleh putra pertamanya yang bernama Abaqa Khan. Abaqa Khan ini meewarisi kebencian terhadap umat Muslimin seperti yang dilakukan oleh ayahnya. Sepanjang era Abaqa Khan diisi dengan peperangan, di utara berperang melawan bangsa Mongol Utara yang lebih pro ke Islam dan di barat berperang melawan Dinasti Mamluk.

Akhirnya cahaya Islam datang juga di negara Ilkhanat. Setelah Abaqa Khan meninggal kemudian dia digantikan oleh adiknya yang bernama Taghudar Khan yang merupakan anak kedua dari Hulegu Khan.Taghudar Khan sejak kecil dididik oleh pendidik muslim, maka ia tumbuh besar dalam naungan Islam bahkan dipanggil dengan nama Ahmad. Taghudar adalah Khan Mongol pertama di Persia yang masuk Islam.

Khan Mongol di Persia selanjutnya yang memeluk Islam adalah Ghazan Khan. Pada mulanya Ghazan Khan beragama Budha tetapi kemudian mengumumkan keislamannya yang kemudian diikuti oleh seluruh Dinasti Tolui beserta tujuh puluh ribu orang Tartar yang turut memeluk Islam. Namun demikian Ghazan Khan terlibat peperangan dengan Dinasti Mamluk [Pelanjut Kekhalifahan Bani Abbasiyah] yang merupakan kelanjutan peperangan dari para Khan sebelumnya yang berakhir dengan kekalahan Ghazan Khan.

Setelah Ghazan Khan meninggal dunia ia digantikan oleh saudaranya yang bernama Oljeitu Khan. Oljeitu Khan ini awalnya tumbuh besar dalam lingkungan agama Kristen, namun kemudian ia memeluk Islam. Akan tetapi sangat disayangkan ia menganut sekte Rafidah [Syiah Imamiyah] dan memaksa rakyatnya menganut sekte tersebut.

Oljeitu Khan [Muhammad Khodbandeh] kemudian digantikan putranya yang bernama Abu Said. Pada masa Abu Said inilah ajaran Sunni kembali diajarkan setelah sebelumnya ayahnya mewajibkan aliran Rafidah sebagai satu-satunya ajaran di negara tersebut. Namun setelah itu terjadi kekacauan dan disintegrasi dengan begitu cepatnya karena para pemimpin berpegang pada keyakinan mereka masing-masing sehingga muncullah negara-negara baru.

Jengis khan membagi kekuasaan kepada Ogedei Khan yang meliputi negeri Mongolia, China dan Hotan [Turkestan Timur]. Ogedei Khan juga dinobatkan sebagai Khan Agung Mongol yang membawahi seluruh wilayah bagian Mongol yang telah dibagi-bagi oleh Jengis Khan kepada 4 anaknya seperti dijelaskan di atas.

Sebenanya Islam telah sampai ke negeri Cina semenjak era Utsman bin Affan melalui jalur perdagangan dan dakwah. Pada era Bani Umayah juga ada 16 utusan delegasi Islam dikirim ke negeri Cina, sedangkan pada era Bani Abbasiyah dikirim lagi 12 utusan. Islam mulai benar-benar tersebar pada masa Kubilai Khan, pada masa ini banyak kaum muslimin dari Turkestan dan Transoxiana yang menjadi tentara Mongol.

Pada masa Kubilai Khan, di kalangan pejabat muslimin memerintah hingga 8 provinsi dari 12 provinsi yang ada di negeri Cina. Salah satu muslim yang terkenal pada masa Dinasti Kubilai adalah Zhansiding Wumar [Sayyid Ajjal Syamsuddin Umar] yang merupakan komandan militer yang berturut-turut kemudian menjadi hakim di Kota Beijing, wali kota Beijing dan pengarah politik di Istana Kubilai Khan.

Rasa sentimen terhadap Muslim di Cina mulai muncul pada masa era Dinasti Manchu, hal ini terjadi karena umat Islam dengan kelebihan dalam keilmuannya berhasil menduduki jabatan-jabatan penting di pemerintahan sehingga menimbulkan kecemburuan sosial. Umat muslim banyak merasakan penindasan pada masa Dinasti Manchu tersebut.

Umat Islam di Cina kemudian ikut andil dalam berdirinya pemerintah Republik China sebagai upaya untuk bisa lolos dari penindasan Dinasti Manchu. Pemerintahan Republik Cina pun mengakui Islam sebagi salah satu unsur pembentuk Republik Cina yang teridiri dari :1] Orang Cina, 2] Orang Manchu 3] Orang Mongol, 4] Bangsa Hui [Islam] dan 5] Orang Tibet. Itulah sebabnya pada awal berdirinya dulu bendera Republik Cina terdiri dari lima warna : merah, kuning, biru, putih [islam] dan hitam sampai akhirnya Republik Cina mengalami kekalahan dari kaum Komunis Tiongkok pada tahun 1949.

Muslim Mongol di Turkestan

Seperti halnya dengan saudara-saudaranya yang lain, Chagatai Khan mendapatkan bagian wilayah dari Jengis Khan ayahnya. Chagatai Khan mendapatkan bagian wilayah Turkestan, negeri Uyghur [Gansu] dan negeri Transoxiana. Pada sejarah selanjutnya Uyghur dan Turkestan Timur diambil oleh Cina dan kini menjadi salah satu daerah di Cina yang sering bergejolak karena memang akar budayanya berbeda dengan Cina.

Wilayah Turkestan pada zaman modern sekarang meliputi negara-negara seperti Kazakhtan, Turkmenistan, Tajikistan, Uzbekistan, Kyrgyzstan, Afganistan, Provinsi Xinjiang Cina dan sebagian wilayah Rusia. Kawasan ini secara bertutut-turut dikuasai oleh Dinasti Chagatai dan anak cucunya.

Khan Mongol pertama yang masuk Islam di wilayah Turkestan bernama Mubarak Syah. Mubarak Syah masuk Islam karena karena ibunya adalah seorang muslimah yang dinikahi oleh Kara Hulegu Khan ayahnya yang merupakan cucu dari Chagatai Khan. Pemerintahan Mubarak Syah tidak lama dan ia digantikan oleh saudara sepupunya yang bernama Baraq Khan. Baraq Khan masuk Islam pada masa akhir jabatannya dan berganti nama dengan nama Ghiyatsuddin.

Selain empat wilayah diatas yang awalnya dibagi langsung oleh Jengis Khan kepada anak-anaknya, pada perkembangan selanjutnya Mongol juga menguasai wilayah Hindustan yang meliputi negara-negara seperti India, Pakistan, Bangladesh, Nepal, Bhutan, Sri Lanka dan Maladewa. Para pemimpin dari Mongol yang mendirikan pemerintahan Mongol Muslim di Hindustan antara lain Zhahiruddin Muhammad Babur dari negeri Afghan, Humayun dan Muhammad Jalaludin. Pada era Muhammad Jalaludin [Akbar Syakh], negara Mughal [Muslim Mongol] di Hindustan mencapai ekspansi terluasnya. Ia menguasai sebagian besar Hindustan plus negeri Afghan.

Berkaca dari sejarah Mongol dari era Jengis Khan sampai ke anak cucunya, ada beberapa pelajaran yang bisa kita ambil: Pertama, bangsa Mongol mungkin memang kuat secara Militer sampai-sampai Kekhalifahan Islam di Baghdad bisa mereka runtuhkan, namun di aspek fundamental lain mereka sangat lemah. Dalam hal kebudayaan, ilmu pengetahuan, peradaban dan pendidikan pada saat itu mereka masih kalah dengan Islam. Itu kenapa banyak para Khan Mongol yang akhirnya mempercayakan pendidikan anak-anaknya kepada pendidik dari Islam. Sehingga akhirnya banyak cucu dari Jengis Khan yang akhirnya memeluk agama Islam.

Kedua, kita sekali lagi bisa melihat sejarah tentang keluhuran ajaran Islam. Dimana dalam ajaran Islam tidak tersekat-sekat oleh golongan, kasta, suku, bangsa, negara dan juga masa lalu. Walaupun nenek moyang bangsa Mongol berperilaku buruk terhadap umat Islam tetapi ketika cucu mereka berbondong-bondong memeluk Islam maka dengan tangan terbuka umat Islam menerimanya tanpa menaruh rasa dendam.

Ketiga, sejarah membuktikan ketika umat islam menjunjung tinggi Ilmu pengetahunan maka bangsa sekuat Mongol bisa ditaklukkan dengan Ilmu, dengan pendidikan budi pekerti. Islam pernah menjadi pusat perdaban Dunia selama 14 Abad mulai dari Rasulullah SAW, Khulafaur Rasyidin, Bani Umayah, Bani Abbasiyah dan Turky Usmani. Itu bisa terjadi karena mereka sangat menjunjung tinggi ilmu pengetahuan sehingga ketika mereka suatu saat terjatuh akhirnya selalu bisa bangkit lagi. Dan Al Qur’an adalah sumber utama Ilmu pengetahuan yang tidak ternilai harganya dan terjaga keasliannya sampai sekarang.

Anggit Pragusto Sumarsono,w Mahasiswa Pascasarjana Konsentrasi Ekonomi dan Keuangan Syariah, Kajian Timur Tengah dan Islam, Sekolah Kajian Stratejik dan Global, Universitas Indonesia

*Diambil dari Ensiklopedi Sejarah Islam Tim Riset dan Studi Islam Mesir serta beberapa sumber lainnya

Video yang berhubungan

Bài Viết Liên Quan

Bài mới nhất

Chủ Đề