Contoh makhluk Allah yang dapat dilihat oleh indra syahadah adalah

Nama : Savira Rosalia Hihola [NIM : 2301928300] & Christian Siregar

A. Pengertian alam semesta

Alam adalah segala sesuatu yang ada atau yang dianggap ada oleh manusia di dunia ini selain Allah beserta Dzat dan sifat-Nya. Menurut Al-Ghazali, alam dapat dibedakan menjadi beberapa jenis, diantaranya adalah alam ghoib dan alam syahadah. Alam syahadah, alam yang terlihat, dalam istilah Inggris disebut universe yang artinya seluruhnya, yang dalam bahasa sehari-hari disebut sebagai alam semesta. Alam semesta merupakan ciptaan Allah yang diurus dengan kehendak dan perhatian Allah. Allah menciptakan alam semesta ini dengan susunan yang teratur dalam aspek biologi, fisika, kimia, dan geologi beserta semua kaidah sains. Definisi dari alam semesta itu sendiri adalah segala sesuatu yang ada pada diri manusia dan di luar dirinya yang merupakan suatu kesatuan system yang unik dan misterius. Alam syahadah atau alam materi sering juga disebut dengan alam fisik karena alam syahadah merupakan alam yang dapat dicapai oleh indera manusia baik dengan menggunakan alat atau tidak, berbeda dengan alam ghoib, alam yang tidak terlihat, atau yang tidak dapat tercapai oleh indera. Alam syahadah dapat dibedakan menjadi alam raya [makrokosmos] dan alam zarrah [mikrokosmos]. Dan dapat pula dibedakan menjadi alam nabati, hewani, dan insani Al Quran menggambarkan alam semesta laksana sebuah kitab yang disusun oleh satu wujud yang arif, yang setiap baris dan katanya merupakan tanda kearifan penulisnya.

Menurut Islam pandangan terhadap alam semesta bukan hanya berdasarkan akal semata. Alam semesta difungsikan untuk menggerakkan emosi dan perasaan manusia terhadap keagungan al-Khaliq, kekerdilan manusia di hadapan-Nya, dan pentingnya ketundukan kepada-Nya. Artinya, alam semesta dipandang sebagai dalil qath’i yang menunjukkan keesaan dan ketuhanan Allah.

B. Tujuan penciptaan alam semesta

Dalam Al-Qur’an dikatakan bahwa Tuhan memiliki tujuan dalam penciptaan alam semesta ini “Kami tiada menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya melainkan dengan [tujuan] yang benar dan dalam waktu yang ditentukan.” [al-Ahqaf: 3]

Ayat tersebut mengajak manusia untuk mencapai tujuan dari berbagai fenomena semesta melalui cara yang serius, tanpa main-main, senda gurau, dan kesia-siaan.

Allah adalah penata sunnah semesta yang dengan topangan kekuasaan-Nya, Dia menjalankan dan mengatur semesta sebagaimana ditegaskan dalam firman-Nya:

“. dan Dia menahan [benda-benda] langit jatuh ke bumi, melainkan dengan izin-Nya…” [al-Hajj: 65]

“Sesungguhnya Allah menahan langit dan bumi supaya jangan lenyap; dan sungguh jika keduanya akan lenyap tidak ada seorangpun yang dapat menahan keduanya selain Allah…” [Fathir: 41]

“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah berdirinya langit dan bumi dengan iradat-Nya. Kemudian apabila Dia memanggil kamu sekali panggil dari bumi, seketika itu [juga] kamu keluar [dari kubur].” [ar-Ruum: 25]

Manusia merupakan bagian dari alam semesta ini. Karenanya dalam segala persoalan hidup dan matinya, manusia harus tunduk pada ketentuan Allah, Penguasa tertinggi dan sunnah-sunnah ciptaan-Nya.

Dengan demikian, tujuan alam diciptakan adalah bukan untuk dirusak, dicemari, dan dihancurkan. Akan tetapi adalah untuk difungsikan semaksimal mungkin dalam kehidupan. Tujuan alam diciptakan juga bukan untuk disembah, dikultuskan, dan dimintai pertolongan. Akan tetapi adalah untuk dikelola, dibudidayakan, dan dimanfaatkan dalam kehidupan. Pada akhirnya alam diciptakan hanya sebagai fasilitas semata bagi manusia untuk mengenal dan lebih mendekatkan diri pada Allah.

C. Makna, pesan dan kesimpulan

Alam semesta adalah segala sesuatu yang ada pada diri manusia dan di luar dirinya yang merupakan suatu kesatuan system yang unik dan misterius dan dapat dicapai oleh indera manusia yang merupakan ciptaan Allah yang diurus dengan kehendak dan perhatian Allah. Tujuan alam diciptakan adalah bukan untuk dirusak, dicemari, dan dihancurkan. Akan tetapi adalah untuk difungsikan semaksimal mungkin dalam kehidupan. Maka dari itu kita sebagai salah satu dari makhluk Allah sudah kewajiban untuk mempercayai bahwa alam di buat oleh Allah. Kita sebagai umatNya dianjurkan sering bersyukur atas apa yang telah diberikanNya kepada kita, diwajibkan untuk beribadah kepada Allah dan mengingat bahwa alam hanya dititipkan kepada manusia untuk di jaga, bukan dirusak apalagi dihancurkan. Jadi sebisa mungkin kita wajib ikut menjaga alam ini, dimulai dengan hal kecil yang sebenarnya berdampak besar bagi alam. Mari kita bersama untuk menjaga alam/lingkungan sekitar dengan tidak membuang sampah sembarangan, membiasakan jalan kaki atau naik sepeda untuk jarak dekat, mengurangi penggunaan plastik, menanam pohon, hemat penggunaan air bersih, hemat energi listrik dan hal kecil yang berdampak besar lainnya, dan jangan lupa untuk selalu bersyukur atas apa yang sudah diberikan oleh Allah kepada kita.

Referensi:

1] MUI, Konsep Alam dalam Islam, diakses dari //mui-lplhsda.org/konsep-alam-dalam-islam/

2] Rachmat Fatahillah,  Rekonstruksi Latar Balakang Lahirnya Filsafat Islam, diakses dari //rachmatfatahillah.blogspot.com/2014/03/rekonstruksi-latar-belakang-lahirnya_13.html

Sabtu , 26 Mar 2011, 13:05 WIB

YOGI ARDHI/REPUBLIKA

Seorah jamaah wanita berdoa di Masjid Istiqlal, Jakarta [Ilustrasi].

Red: Siwi Tri Puji B

"Wahai hamba-Ku, jika engkau ingin masuk ke wilayah kesakralan-Ku [Haramil Qudsiyah], jangan engkau tergoda oleh alam Mulk, alam Malakut, dan alam Jabarut, karena alam Mulk adalah setan bagi orang alim, alam Malakut setan bagi orang arif, dan alam Jabarut setan bagi orang yang akan masuk ke alam Qudsiyah." [Hadis Qudsi].

Dalam artikel terdahulu dibahas tentang apa itu alam Syahadah Mutlak dengan tingkatan-tingkatannya: alam Mulk, Mitsal atau Hayal, dan alam Barzakh, yang keseluruhannya ternyata akrab dengan manusia. Sementara alam Malakut yang lebih dikenal dengan alamnya para malaikat dan jin, merupakan suatu alam yang tingkat kedekatannya dengan alam puncak lebih utama dari pada alam-alam sebelumnya.Namun, alam Malakut masih lebih rendah daripada alam di atasnya, seperti Jabarut dan Al-A'yan al-Tsabitah, yang akan dibahas dalam artikel mendatang. Mulai alam Mitsal sampai alam-alam di atasnya tidak bisa ditangkap panca indera dasar atau fisik manusia karena sudah masuk wilayah alam gaib. Manusia dengan panca indera fisiknya hanya mampu mengobservasi secara fisik alam Syahadah Mutlak, seperti alam mineral, alam tumbuh-tumbuhan, alam hewan, dan sebagian dari dirinya sendiri. Alquran mengisyaratkan unsur kejadian manusia ada tiga, yaitu unsur badan atau jasad [jasad], unsur nyawa [nafs], dan unsur roh [ruh]. Dalam Alquran, nyawa dan roh berbeda. Nyawa dimiliki tumbuh-tumbuhan dan binatang, tetapi unsur roh tidak dimiliki oleh keduanya, bahkan oleh seluruh makhluk Tuhan lainnya. Unsur roh inilah yang membuat para malaikat dan seluruh makhluk lainnya sujud kepada manusia [Adam]. Roh yang merupakan unsur ketiga manusia ini menjadi potensi amat dahsyat baginya untuk mengakses alam puncak sekalipun. Unsur ketiga inilah yang disebut sebagai ciptaan khusus [khalqan akhar] di dalam Alquran. "Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati [berasal] dari tanah. Kemudian, Kami jadikan saripati itu air mani [yang disimpan] dalam tempat yang kokoh [rahim]. Kemudian, air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu  Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang-belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian, Kami jadikan dia makhluk yang [berbentuk] lain. Maka Maha Suci Allah, Pencipta Yang Paling Baik". [QS al-Mu'min [23]: 12-14].Kata ansya'nahu khalqan akhar dalam ayat di atas, menurut para mufasir, maksudnya adalah unsur rohani setelah unsur jasad dan nyawa [nafs]. Hal ini sesuai dengan riwayat Ibnu Abbas yang menafsirkan kata ansya'nahu dengan ja'ala insya' al-ruh fih, atau penciptaan roh ke dalam diri Adam. Unsur ketiga ini kemudian disebut unsur ruhani, atau lahut atau malakut, yang menjadikan manusia berbeda dengan makhluk biologis lainnya.Unsur ketiga ini merupakan proses terakhir dan sekaligus penyempurnaan substansi manusia sebagaimana ditegaskan di dalam beberapa ayat, seperti dalam Surah al-Hijr: 28-29. Setelah penciptaan unsur ketiga ini selesai, para makhluk lain termasuk para malaikat dan jin bersujud kepada Adam dan alam raya pun ditundukkan [taskhir] untuknya. Unsur ketiga ini pulalah yang mendukung kapasitas manusia sebagai khalifah Tuhan di bumi [QS al-An'am [6]: 165] di samping sebagai hamba [QS al-Zariyat [51]: 56]. Meskipun memiliki unsur ketiga, manusia akan tetap menjadi satu-satunya makhluk eksistensialis karena hanya makhluk ini yang bisa turun naik derajatnya di sisi Tuhan. Sekalipun manusia ciptaan terbaik [ahsan taqwim/QS al-Tin [95]: 4], ia tidak mustahil akan turun ke derajat paling rendah [asfala safilin/QS at-Tin [95]: 5], bahkan bisa lebih rendah daripada binatang [QS al-A'raf [7]: 179]. Eksistensi kesempurnaan manusia dapat dicapai manakala ia mampu menyinergikan secara seimbang potensi berbagai kecerdasan yang dimilikinya. Seperti orang sering menyebutnya dengan kecerdasan unsur jasad [IQ], kecerdasan nafsani [EQ], dan kecerdasan ruhani [SQ]. Tidak semua aspek manusia itu dapat dipahami secara ilmiah dan terukur oleh kekuatan panca indera manusia. Karena memang unsur manusia memiliki unsur berlapis-lapis. Dari lapis mineral tubuh kasar sampai kepada roh [unsur Lahut/Malakut] yang di-install  Allah SWT sebagaimana ditegaskan lagi di dalam Alquran, "Kemudian apabila telah Aku sempurnakan kejadiannya dan Aku tiupkan roh-Ku kepadanya, tunduklah kamu dengan bersujud kepadanya. Lalu, para malaikat itu bersujud semuanya".  [QS Shad [38]: 72-73].Para penghuni alam Malakut terdiri atas para jin dan malaikat, termasuk iblis. Alam ini tidak bisa diakses dengan panca indera atau kekuatan-kekuatan fisik manusia. Alam ini hanya bisa diakses manusia jika mereka mampu menggunakan potensi lahut dan malakut yang dimilikinya. Hubungan interaktif antara para penghuni alam dimungkinkan, mengingat berbagai alam itu sama-sama ciptaan Allah Swt. Manusia sebagai makhluk utama memiliki kemampuan untuk itu karena kedahsyatan unsur ketiga tadi. Jika kita merujuk kepada pendapat Syekh Abduk Qadir Jailani yang membagi roh itu dalam empat tingkatan, semakin mudah kita memahami kemungkinan itu. Menurut Syekh Abdul Qadir Jailani dalam kitabnya Sirr al-Asrar, roh itu memiliki empat tingkatan. Tingkatan itu adalah roh  jasadi yang berinteraksi dengan alam Mulk; roh ruhani yang berinteraksi dengan alam malakut; roh sulthani yang berinteraksi dengan alam Jabarut; dan roh al-quds yang berinteraksi dengan alam Lahut. Namun perlu diingatkan di sini bahwa kita sebagai hamba tidak boleh terkecoh oleh bayangan keindahan alam-alam di atas manusia.

Jangan sampai kita lengah sehingga seolah-olah pencarian kita bukan lagi tertuju kepada rida Allah semata, melainkan sudah terkecoh oleh unsur-unsur kekeramatan. Semakin tinggi tingkat pencarian seseorang, semakin tinggi pula unsur pengecohnya, sebagaimana disebutkan dalam hadis qudsi di atas. Kerjakanlah semuanya dengan semata-mata karena Allah SWT.

sumber : Republika Koran

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...

Video yang berhubungan

Bài Viết Liên Quan

Bài mới nhất

Chủ Đề