Informasi dapat diperoleh dari media elektronik yang memuat gambar dan suara yaitu

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Berkaitan dengan komunikasi massa, ada 2 sarana utama yang digunakan untuk menyebarkan berita atau pesan kepada khalayak ramai. Ini adalah media cetak, misalnya koran dan majalah,  dan media elektronik seperti televisi, radio, sampai internet. 

Berikut perbedaan media cetak dan elektronik yang mendasar untuk menambah wawasan Anda.
Pengertian dan Contoh Media Cetak Dan Elektronik

Media cetak merupakan sarana penyebaran informasi yang paling tua. Karakteristik utamanya adalah bersifat hard copy atau mempunyai wujud fisik yang diproduksi dengan bahan kertas dan tinta menggunakan mesin cetak.

Tujuan pembuatan media cetak adalah untuk menyebarkan informasi, pesan, berita, termasuk iklan kepada publik. Jenis media cetak yang utama adalah koran alias surat kabar atau tabloid, majalah, dan buku.

Koran dan tabloid didominasi oleh materi berita dalam bentuk artikel dan iklan yang disajikan secara menarik untuk menarik minat pembaca. Kedua media cetak tersebut terbit secara teratur baik harian maupun mingguan.

Selanjutnya adalah majalah dengan konten berupa wawancara, opini, atau fitur, dengan tipe majalah tersebut. Ini misalnya majalah olahraga, kesehatan, fashion wanita, parenting, dan lain-lain. Iklan yang termuat biasanya juga relevan dengan niche majalah itu.

Contohnya reklame produk popok bayi pada majalah ibu dan anak, aftershave pada majalah pria, fashion item kekinian untuk majalah remaja, dan seterusnya.

Buku teks, kumpulan cerpen, sastra, dan sebagainya juga termasuk media cetak yang mungkin saja membawa kampanye tertentu. Ini bisa berkaitan dengan produk, pemikiran, ide, atau propaganda.

Sementara media elektronik adalah bentuk perkembangan baru media komunikasi massa melalui perangkat elektronik untuk menyebarkan berita. Ini misalnya televisi, radio, dan gawai dengan internet yang penggunaannya kian meluas pada era digital ini. 

Perangkat-perangkat tersebut dapat memuat berita dalam bentuk audio, visual, multimedia, konten online, dan sebagainya.

Poin Mendasar Dalam Perbedaan Media Cetak Dan Elektronik

Agar semakin jelas, simak poin-poin mendasar yang membedakan antara media cetak dan elektronik.

●    Bentuk media

Media cetak mempunyai wujud fisik berupa hard copy berbentuk kertas yang memuat tulisan dan ilustrasi gambar. Semetera media elektronik tersaji pada perangkat elektronik dalam bentuk suara, visual, multimedia, konten online, animasi interaktif, dan sebagainya.

●    Pemirsa

Audiens dari media cetak adalah orang-orang yang melek huruf sehingga sanggup memahami maksud tulisan. Sementara media elektronik lebih fleksibel dan dapat menjangkau lebih banyak kalangan, termasuk mereka yang buta huruf.

●    Kemudahan mengakses berita terbaru

Media cetak terbit secara teratur baik mingguan atau bulanan, berbeda dengan media elektronik yang memungkinkan pengguna mengakses publikasi kapan saja. Ini tentu saja berkaitan dengan konten online di internet yang hadir 24 jam sehari dan 7 hari seminggu menyediakan berbagai jenis berita dan publikasi teraktual.

Demikian pula bagi pemilik konten dapat memutakhirkan publikasinya sesuai kehendak, misalnya saat ada berita pemberitahuan terbaru dari otoritas yang berwenang.

●    Jangkauan

Pada media cetak cakupan jangkauannya lebih terbatas daripada media elektronik, yaitu hanya meliputi kota, provinsi, atau negara tertentu. Sedangkan media elektronik dapat menjangkau semua orang di seluruh dunia yang terhubung dengan internet.

●    Keterlibatan pemirsa

Audiens tak dapat memberikan respon secara langsung pada publikasi media cetak. Namun untuk konten berita online Anda bebas berkomentar mengungkapkan opini, menyukai suatu berita, hingga membagikannya kepada orang lain. 

Dengan kata lain media elektronik lebih interaktif dalam melibatkan pemirsa daripada media cetak.

Penutup:

Dari segi bentuk perangkat, sudah jelas bahwa media cetak memiliki wujud nyata berupa lembaran kertas yang dapat disentuh atau Anda bawa kemana-mana. Sementara media elektronik menayangkan materi beritanya dalam bentuk gambar bergerak, suara, animasi, atau konten online.

Selain itu perbedaan media cetak dan elektronik juga mencakup tipe audiens, kemampuan akses kabar terbaru, jangkauan, hingga keterlibatan audiens.

Bagi pebisnis yang ingin membangun brand awareness untuk suatu produk atau layanan, Anda dapat menggabungkan kedua jenis media tersebut untuk beriklan. 

Tidak hanya memasang reklame pada media cetak untuk meningkatkan trust, manfaatkan iklan advertorial online demi menjangkau lebih banyak target konsumen. 

Ini karena model iklan berupa konten artikel informatif memberikan value tersendiri kepada pemirsa, walaupun tetap memuat promosi produk atau jasa tertentu. Satu lagi keunggulan iklan advertorial adalah mempunyai peluang yang lebih besar untuk dibagikan oleh audiens.

Semoga bermanfaat.

Media cetak bersaing dengan internet

Keterangan gambar,

Mampukah media cetak bertahan di Indonesia tanpa bantuan internet

Revolusi internet juga mengubah wajah media massa, mereka yang tidak menyesuaikan diri akan terlindas, namun masih juga ada yang berusaha menunggu sebelum masuk ke Internet.

"Media terbukti meskipun ada media baru selama berabad-abad tidak ada perubahan. Dulu radio tetap hidup, meski televisi lahir. Media cetak tetap hidup meski televisi lahir. Dulu banyak yang takut, tidak ada perubahan cuma bisnisnya jadi berbeda dan perilaku media berubah," kata Nukman Lutfhie, Direktur Virtual Consulting, sebuah perusahaan konsultan media dan internet di Jakarta.

Tetapi kehadiran internet membuat perubahan yang betul-betul signifikan.

"Kalau dengan televisi kita hanya bisa menjangkau wilayah tertentu, misalnya televisi di Indonesia tidak bisa ditonton di negara lain. Sementara dengan internet, arus informasi itu melewati batas-batas tradisional yang selama ini ada." kata Nukman.

Hadirnya internet membuat akses untuk mendapatkan informasi menjadi lebih gampang, dan lebih cepat didapat dibandingkan media lain seperti televisi, radio, dan media cetak.

Dicontohkan oleh Nukman, bila setiap hari, dalam 24 jam, mulai dari bangun pagi, sampai tidur, konsumen bisa bersentuhan dengan media seperti menonton televisi, membaca koran, mendengarkan radio, dan mengakses internet.

"Dalam penelitian kami, sekarang ini di Indonesia, rata-rata orang menghabiskan waktu 2,3 jam perhari, internet 2 jam, sementara membaca koran hanya 34 menit," tambah Nukman lagi.

Menurut Nukman, sekarang ini walau jumlah penjualan koran di Indonesia tidaklah menurun, tetapi pola baca menjadi berubah.

"Pembaca tidak lagi mencari berita-berita utama karena dia sudah tahu bahwa itu kejadian kemarin. Yang dibaca adalah opini, tokoh, sosok. Jadi berita-berita utama tidak lagi dibaca." kata Nukman lagi.

Oleh karena itu, menurut Nukman, media cetak yang tidak memanfaatkan internet sebagai outlet untuk menjual produknya akan tenggelam.

Contoh Jawa Pos

Namun salah satu kelompok media cetak terbesar di Indonesia, Kelompok Jawa Pos masih belum sepenuhnya menggunakan internet. Mereka masih mengandalkan media cetak untuk menjadi sarana bagi pembaca untuk mengetahui perkembangan terbaru setiap hari.

Keterangan gambar,

Jawa Pos belum sepenuhnya menggunakan media internet

Jawa Pos sudah memiliki situs internet, tetapi berita-berita yang sudah muncul di koran, baru diperbarui di internet mulai jam 9 pagi.

Diharapkan ketika itu, koran-koran mereka yang tersebar lewat anak-anak perusahaan dari Aceh sampai ke Papua, sudah berada di tangan pembaca.

Jawa Pos juga tidak memperbarui berita setiap saat, seperti banyak yang dilakukan oleh kelompok lain seperti Kompas, Media Indonesia, dan yang lainnya.

Mengapa mereka memilih kebijakan seperti itu ?

"Memang di koran lain tidak melakukan apa yang kita lakukan. Kita beranggapan bahwa bisnis kita yang utama adalah koran dan perlu perhatian khusus," kata pemimpin redaksi Jawa Pos, Leak Kustiya.

Menurut Leak Kustiyah dari sisi bisnis, Jawa Pos belum bisa mengukur dengan pasti bisnis lewat internet.

"Kalau koran kita bisa mengukur hingga detail, misalnya biaya peliputan, biaya cetak, biaya peralatan. Dari semua itu, kita kemudian bisa menentukan harga berapa koran yang kita jual," kata Leak.

Sementara bila berita yang diperoleh para wartawan untuk dimuat di internet, menurut Leak Kustiya, Jawa Pos belum bisa menentukan model bisnisnya.

"Sekarang ini kita belum mendapatkan gambaran, kita akan mendapatkan apa ketika berita itu kita muat di internet," tambah Kustiya.

Dalam pandangan Jawa Pos, akses berita di internet dimana siapapun yang memiliki sambungan internet dan komputer bisa melakukannya tanpa membayar ini masih tidak sebanding dengan biaya yang dikeluarkan oleh media cetak seperti Jawa Pos untuk mendapatkan berita.

Iklan di internet

Lewati Podcast dan lanjutkan membaca

Podcast

Investigasi: Skandal Adopsi

Investigasi untuk menyibak tabir adopsi ilegal dari Indonesia ke Belanda di masa lalu

Episode

Akhir dari Podcast

Bila Jawa Pos masih bertahan dengan pola media tradisional, sambil menunggu perkembangan pasar, bagaimana dengan media yang hanya muncul di internet saja.

Apakah di Indonesia, media seperti ini sudah bisa bertahan secara komersial?

Burhan Abe adalah salah seorang penggagas media kuliner Appetite Journey dan situs portal Perempuan.com.

"Ini persoalan waktu saja bagi media yang hanya muncul di internet." kata Burhan Abe.

Perkembangan teknologi mulai dari internet sampai ke perangkat pribadi seperti telepon genggam memberikan kemudahan yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya.

"Di Indonesia, kepemilikan telepon genggam sudah hampir merata di mana-mana. Dalam beberapa tahun terakhir, perubahan format mengakses media terjadi. Dulu orang tidak mengenal Facebook, sekarang banyak orang di kota besar di Indonesia memiliki account Facebook," kata Burhan.

Untuk bisa sukses secara komersial, apalagi bagi media massa yang hanya beredar di internet, ketergantungan akan iklan sangat penting.

"Sudah ada beberapa media yang membuktikan bahwa mereka bisa sukses di internet. Contoh paling jelas adalah Detik.com, yang memang sejak dari awal sudah dibuat khusus untuk internet. Beberapa yang lain juga menyusul walau belum begitu berhasil." kata Burhan.

Keterangan gambar,

Menurut Nuikman, remaja tidak lagi mencari berita lewat surat kabar.

Dikatakan oleh Burhan, trend pemasangan iklan di media massa di internet membaik dari tahun ke tahun.

"Kalau kita perhatikan di biro iklan yang besar dimana salah satu divisi di dalam biro iklan itu disebut new media. Nah divisi ini yang mengurusi pemasangan iklan di internet." kata Burhan.

Masa depan media cetak

Di Amerika Serikat, beberapa media cetak terutama yang terbit regional sudah menghentikan penerbitan cetak mereka, dan mengkonsentrasikan diri sepenuhnya ke Internet.

Serikat Penerbit Surat Kabar Indonesia [SPS] juga mulai mengkhawatirkan bahwa hal tersebut di satu saat bisa terjadi di Indonesia dan karenanya bulan September tahun lalu mereka melakukan survei untuk mengetahui media mana yang masih menjadi sumber utama informasi bagi masyarakat Indonesia.

Hasilnya cukup mengejutkan dan menunjukkan bahwa 60 % masih mengandalkan media cetak sebagai sumber informasi utama.

Media eletronik, termasuk televisi dan radio masih menduduki peringkat teratas, sebesar 90%, sementara internet di tempat ketiga dengan 34 %.

Sementara itu, jumlah media cetak yang terbit di Indonesia meningkat dalam tiga tahun terakhir. Di tahun 2006 terdapat 251 penerbitan, 269 di tahun 2007, dan 290 di tahun 2008.

Tetapi baik Burhan Abe dari Appetite Journey dan Nukman Lufthie dari Virtual Consulting sepakat bahwa media cetak yang tidak berkembang menjadi multi media -yang melibatkan internet- akan tertinggal dan kemudian hilang dari peredaran.

"Contoh paling nyata adalah Kompas. Dia adalah koran terbesar, portal internetnya serius sekali, mereka juga punya Kompas TV. Semua harus ke situ, kalau tidak, mereka akan jadi masa lalu." tambah Burhanudin.

Sedangkan menurut Nukman Lutfhie, seharusnya sejak lima tahun lalu, media cetak di Indonesia sudah merambah ke online supaya mereka tidak tertinggal terutama menurut dia guna menarik generasi muda yang sekarang sudah mulai tidak mengenal lagi media cetak sebagai media informasi utama mereka.

"Kalau anda tanya remaja sekarang, apakah mereka membaca koran, jawabannya adalah tidak. Apakah mereka punya atau kenal internet, jawabannya ya. Akibatnya mereka tidak pernah akan terbiasa dengan koran cetak. Kalau kemudian koran-koran cetak ini tidak ke online, mereka makin tidak diketahui, dan akhirnya akan mati," kata Nukman.

Serikat Penerbit Surat Kabar SPS berharap bahwa hal tersebut tidak akan terjadi dalam waktu dekat.

Video yang berhubungan

Bài mới nhất

Chủ Đề