Jelaskan konflik Spanyol dan Portugis di Maluku dan bagaimana penyelesaiannya

Artikel ini tidak memiliki referensi atau sumber tepercaya sehingga isinya tidak bisa dipastikan. Bantu perbaiki artikel ini dengan menambahkan referensi yang layak. Tulisan tanpa sumber dapat dipertanyakan dan dihapus sewaktu-waktu.
Cari sumber: "Perjanjian Saragosa" – berita · surat kabar · buku · cendekiawan · JSTOR

Perjanjian Saragosa [juga ditulis Perjanjian Saragossa atau Perjanjian Zaragoza], ditandatangani pada tanggal 22 April 1529. [1] Secara garis besar, isi Perjanjian Saragosa tetap membagi wilayah dunia di luar Eropa untuk Spanyol dan Portugis. Dari Meksiko ke arah barat hingga Kepulauan Filipina menjadi milik Spanyol. Sementara Portugis mendapatkan wilayah dari Brasil ke timur sampai Kepulauan Maluku. Sebagai konsekuensi dari Perjanjian Saragosa, maka Spanyol harus segera meninggalkan Kepulauan Maluku dan kembali fokus di Filipina. Sedangkan Portugis diperkenankan tetap melakukan aktivitasnya di Kepulauan Maluku, termasuk memonopoli perdagangan rempah-rempah.[1]

Perjanjian ini adalah kelanjutan dari Perjanjian Tordesillas yang mengakibatkan Spanyol berkuasa atas sisi barat, sementara Portugis mendapat sisi timur. Kondisi ini membuat Portugis berlayar ke arah Afrika, mengitari pantai barat benua itu dan menemukan India. Tak berhenti di India, bangsa Portugis berlayar terus ke tenggara dan menemukan Indonesia. Pada 1509, Portugis di bawah komando Diogo Lopes de Sequeira sampai ke Malaka. Namun baru pada 1511, Portugis menaklukkan Malaka. Kejayaan Portugis di Malaka tak bertahan lama. Portugis pun terus menjelajah "Kepulauan Rempah-rempah" hingga ke timur. Pada 1512, Portugis menemukan Maluku, pusat rempah-rempah. Portugis segera bersekutu dengan Ternate, kerajaan setempat dan membangun benteng di sana.[2]

Pada 1521, Spanyol tiba di Maluku setelah sebelumnya menemukan Filipina. Kedatangan Spanyol menjadi ancaman bagi Portugis. Sebab saat itu Portugis memonopoli perdagangan di Maluku. Portugis dan Spanyol pun bersaing dengan memanfaatkan permusuhan kerajaan lokal. Selama hampir satu dekade, keduanya berperang. Spanyol bersekutu dengan Tidore untuk melawan Portugis yang bersekutu dengan Ternate. Keduanya sebenarnya sudah mencoba menyelsaikan antara 1525 hingga 1528. Portugis dan Spanyol masing-masing mengirimkan astronom, kartograf, navigator, dan ahli matematika untuk membagi Maluku sesuai dengan Perjanjian Torsedillas. Sebab di Perjanjian Torsedillas, benua Asia hingga Asia Tenggara belum ditemukan dan disepakati pembagiannya.[2]

  1. ^ a b Iswara N Raditya [2018]. "Perjanjian Zaragoza: Ketika Dunia Hanya Milik Spanyol & Portugis". Tirto.id. Diakses tanggal 11 Januari 2021. 
  2. ^ a b Nibras Nada Nailufar [2020]. "Perjanjian Saragosa, Ketika Portugis dan Spanyol Berebut Maluku". Kompas.com. Diakses tanggal 11 Januari 2021. 

  • Yasuo Miyakawa. "The changing iconography of Japanese political geography," GeoJournal, Vol. 52, No. 4, Iconographies [2000], pp. 345–352.
  • Kolonialisme Portugis di Indonesia
  • Zaragoza

 

Artikel bertopik sejarah Indonesia ini adalah sebuah rintisan. Anda dapat membantu Wikipedia dengan mengembangkannya.

  • l
  • b
  • s

Diperoleh dari "//id.wikipedia.org/w/index.php?title=Perjanjian_Saragosa&oldid=17809316"

Suara.com - Pernahkah kalian mendengar Perjanjian Saragosa? Bagi pecinta sejarah tentu sudah tidak asing dengan cerita dan kronologi perjanjian tersebut. Kalian yang lupa, mari simak sejarah Perjanjian Saragosa berikut ini, lengkap dengan penyebab dan isi Perjanjian Saragosa.

Pada abad 15 hingga 16, negara-negara Eropa melakukan penjelajahan di penjuru dunia untuk mencari kehidupan baru. Banyak dari mereka melakukan penjelajahan untuk mencari hasil bumi salah satunya adalah rempah-rempah.

Penjelajahan tersebut kemudian menjadi titik terang bagi Spanyol dan Portugis dan kemudian menandatangani Perjanjian Saragosa. Perjanjian Saragosa merupakan perjanjian atau kesepakatan yang dilakukan antara negara Spanyol dan Portugis dalam melakukan pembagian wilayah tanah jajahannya yang ditandatangani pada 22 April 1529.

Latar Belakang Penyebab Perjanjian Saragosa

Baca Juga: Mengenal Sosok Sunan Gresik, Sang Pemimpin dan Seorang Wali

Perjanjian Saragosa ini merupakan perjanjian lanjutan dari Perjanjian Tordesillas yang ditandatangani oleh Spanyol dan Portugis pada 7 Juni 1949. Perjanjian Tordesillas dilakukan 2 tahun setelah penjelajah Christoper Colombus menemukan benua Amerika pada tahun 1492 silam.

Dalam perjanjian tersebut, bumi dibagi menjadi dua bagian yang ditarik lurus dari kutub utara ke kutub selatan di Kepulauan Tanjung Harapan. Spanyol berkuasa pada sisi barat dan Portugis mendapatkan sisi timur.

Oleh karena itu Portugis kala itu berlayar menuju timur dan menemukan India hingga ke Indonesia dan berakhir di Malaka pada tahun 1511. Portugis juga kemudian melakukan perjalanan ke Maluku yang merupakan pusat dari rempah-rempah.

Rempah-rempah tersebut memiliki nilai tinggi dikalangan orang Eropa. Spanyol akhirnya tiba di Maluku yang merupakan milik Portugis. Kehadiran Spanyol membuat perseteruan terjadi di Maluku. Portugis memanfaatkan Kesultanan Ternate untuk menyerahkan monopoli perdagangan kepada mereka. Sedangkan Spanyol berpihak kepada Kesultanan Tidore.

Pada akhirnya pecah perang berkepanjangan di Maluku. Perseteruan antara Spanyol dan Portugis di Kepulauan Maluku berlangsung cukup lama. Hingga akhirnya, kedua belah pihak menyepakati untuk berunding pada 22 April 1529, yakni Perjanjian Saragoza.

Baca Juga: Sosok Cut Nyak Dien, Pejuang Wanita yang Ditakuti Belanda

Isi Perjanjian Saragosa

Portugis dan Spanyol merupakan bangsa Eropa yang mempelopori penjelajahan samudera dengan memanfaatkan teknologi navigasi sebagai petunjuk di tengah lautan. Bangsa Barat pun mempunyai semangat untuk menjalankan misi 3G [Gold, Glory, and Gospel].

Penjelajahan samudera tersebut disebabkan oleh diblokade-nya jalur perdagangan dunia di kawasan Luat Tengah, sehingga bangsa Eropa mencari jalur baru untuk memperlancar kembali aktivitas perdagangan.

Bangsa Portugis di Maluku

Sebelum berlabuh ke Kepulauan Maluku, bangsa Portugis telah berada di wilayah Malaka pada tahun 1509 Masehi. Di Malaka, Portugis telah menguasai wilayah tersebut dan memonopoli perdagangan rempah-rempah. Hal tersebut dikarenakan Malaka merupakan Pelabuhan transit pada pedagang. Wilayah strategis tersebut menjadi kesempatan emas untuk mengangkut kekayaan dari memonopoli perdagangan rempah-rempah.

Kemudian, Portugis mencari wilayah baru untuk mencari tempat penghasil rempah-rempah. Diketahui bahwa Maluku merupakan penghasil rempah-rempah terbaik. Pada tahun 1512, Portugis tiba di Maluku, dan disambut dengan ramah dan baik oleh Kerajaan Ternate yang sedang bersitegang dengan Kesultanan Tidore.

Portugis pun memanfaatkan situasi tersebut dengan cara memilih Kerajaan Ternate untuk dijadikan Sekutu. Bangsa Portugis langsung memainkan misi 3G-nya, yaitu dengan meminta izin untuk mendirikan Bennteng Pertahanannya. Benteng tersebut sebagai simbol wilayah Maluku termasuk wilayah Kekuasaannya.

Melihat banyaknya rempah-rempah di Kepulauan Maluku, Portugis langsung melakukan monopoli perdagangan rempah-rempah. Portugis membeli rempah-rempah dengan harga yang relatif murah. Kemudian dipergadangkan lagi dengan harga yang sangat tinggi di pasar Eropa. Mencatat kutipan dari Situs Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan [Kemendikbud], selain melakukan aktivitas monopoli perdagangan rempah-rempah dan ikut campur dalam urusan kekerajaan setempat, Portugis sekaligus menyebarkan agama Katholik.

Kedatangan Spanyol mengakibatkan Konflik

Kepulauan Maluku yang kaya akan rempah-rempahnya telah diakuisisi oleh Portugis. Dengan adanya pengambilalihan wilayah yang dilakukan oleh pihak Portugis, maka bangsa mana pun tidak berhak mengklaimnya. Portugis pun menggunakan kesepakatan dalam perjanjian Tordesillas yang dilaksanakan pada 7 Juni 1494 Masehi. Perjanjian tersebut menentukan garis-batas wilayah untuk bangsa Portugis dan bangsa Spanyol.

Pada 1521, bangsa Spanyol yang dipimpin oleh Sebastian del Cano tiba di Kepulauan Maluku, dan disambut baik oleh pihak Kesultanan Tidore. Kesultanan Tidore yang menjadi rival dari Kerajaan Ternate dan pihak Portugis, kemudian menjadikan pihak Spanyol untuk menjadi Sekutunya. Upaya Kesultanan Tidore dalam menjadikan pihak Spanyol menjadi Sekutunya, yakni untuk membantu Kesultanan Tidore lepas dari kekuasaan pihak Portugis, dan memanfaatkannya untuk menyerang Portugis.

Kedatangan bangsa Spanyol di Kepulauan Maluku merupakan suatu ancaman bagi monopoli perdagangan rempah-rempah yang dilakukan oleh pihak Portugis, dan menjadi ancaman pula untuk wilayah kekuasaannya. Mengutip dalam tulisan Nusantara: Sejarah Indonesia [2008], pihak Portugis menyadari betul bahwa mereka harus memperkuat posisi di Kepulauan Maluku yang kaya akan rempah-rempah tersebut. Dan Portugis mengklaim bahwa pihak Spanyol telah melanggar perjanjian Tordesillas yang telah mereka sepakati.

Kemudian, yang terjadi ialah konflik sosial yang terjadi di wilayah Maluku, keributan antara Kerajaan Ternate dengan Kesultanan Tidore, dan perseteruan antara bangsa Portugis dengan bangsa Spanyol.

Penyelesaian Konflik dengan Perjanjian Saragosa

Kedua bangsa Eropa tersebut disamping saling bersikeras dalam mengklaim, mereka juga berupaya untuk mencari jalan keluarnya agar konflik segera mereda. Dan akhirnya, pada 22 April 1529, kedua bangsa Eropa tersebut memilih jalar menyelesaikan konflik dengan melakukan perjanjian Zaragoza atau Saragosa.

Perjanjian Zaragoza tersebut merupakan kelanjutan dan mempertegas dari perjanjian sebelumnya, yaitu perjanjian Tordesillas. Adapun isi perjanjian Saragosa, yaitu pihak Spanyol harus angkat kaki dari Kepulauan Maluku, dan pindah ke wilayah yang telah ditemukan sebelumnya, yaitu Filipina. Sedangkan, pihak Portugis tetap melakukan kegiatan perdagangannya di Kepulauan Maluku.

Video yang berhubungan

Bài Viết Liên Quan

Bài mới nhất

Chủ Đề