Lantai istana nabi sulaiman alaihissalam terbuat dari titik-titik yang di dalamnya kolam ikan

Siapakah orang  yang mampu memindahkan singgasana Ratu Balqis ke istana Sulaiman dalam sekejap mata? Al-Qur’an tidak menyebut namanya, yang jelas dia bukan dari bangsa jin, tapi dari dari bangsa manusia,  seorang yang mempunyai ilmu dari AI Kitab. Maksudnya kitab suci yang diturunkan sebelumnya yaitu Taurat dan Zabur. Siapakah dia? Ibn Katsir dalam Kitab Tafsirnya [10: 408] menyebutkan beberapa nama yang bersumber dari beberapa riwayat. Menurut Ibn Abbas, Qatadah dan ad-Dhahhak,  namanya Ashif ibn Burkhiya’, sekretaris Nabi Sulaiman  AS. Menurut Mujahid namanya Asthum. Menurut Zuhair ibn Muhammad namanya Zun Nur. Menurut Abdullah ibn Luhaiah laki-laki itu adalah Khidhir, tapi yang terakhir ini dikomentari oleh Ibn Katsir sebagai pendapat yang aneh sekali [gharîb jiddan].
Siapapun namanya tidak terlalu penting, yang jelas dia bukan bangsa jin tapi dari bangsa manusia. Hal ini penting kita garisbawahi bahwa bangsa manusia tetap lebih unggul dari bangsa jin. Yang perlu juga digarisbawahi adalah bahwa orang tersebut memiliki kemampuan itu karena ilmu yang dia pelajari dari al-Kitab. Artinya dia mendapatkan ilmu yang bersumber dari Allah SWT. Peristiwa ini juga mengingatkan kita akan pentingnya kecepatan dalam teknologi. Jin Ifrit punya kemampunan memindahkan singgasana Balqis dengan cepat, yaitu dari duduk menjadi berdiri. Laki-laki berilmu itu mampu memindahkannya dengan lebih cepat yaitu sekejab mata. Meminjam bahasa Ibn ‘Asyur sebagaimana dikutip oleh  Qurash Shihab dalam Tafsir Al-Mishbah [10: 227], ini adalah simbol pertandingan antara cepat dan lebih cepat. Rekor kecepatan memindahkan benda dalam sekejap mata itu belum bisa dipecahkan oleh teknologi manusia sampai abad ini. Yang sudah bisa ditransfer dalam sekejap mata dengan teknologi komunikasi sekarang ini baru suara, tulisan, photo dan video atau film. Memindahkan barang, benda apalagi singgasana masih memerlukan waktu yang relatif lama.

Ratu Balqis datang ke Istana Sulaiman

Sebelum Ratu Balqis sampai di istana, Nabi Sulaiman perintahkan kepada anak buahnya untuk sedikit merobah penampilan singgasana Ratu Balqis, untuk menguji kecerdasan dan ketelitian Sang Ratu. Dia yang tiap hari bertahta di atas singgasana itu apakah benar-benar mengenal singgasananya dengan detail. Kalau dia teliti tentu dia akan tetap mengenalnya walaupun pada beberapa bagian sudah dirobah.

Baru saja Ratu Balqis sampai, tanpa menunggu istirahat terlebih dahulu, Sulaiman sudah menodongnya dengan pertanyaan, apakah seperti ini singgasana Anda? Pertanyaannya bukan apakah ini singgasana Anda, karena pertanyaan seperti ini tentu agak ganjil, karena jelas singgasana Ratu Balqis ada di istananya di Saba’, di negeri Yaman. Juga pertanyaan model kedua ini akan membuat Ratu Balqis curiga. Ratu Balqis datang dengan pengetahuan dan keyakinan bahwa singgasananya tersimpan aman dalam peti yang dikunci tujuh lapis dalam istananya di Saba’. Ditodong dengan pertanyaan seperti itu,  Ratu Balqis menjawab singkat “Seakan-akan singgasana ini singgasanaku.”

Rupanya Ratu Balqis tetap mengenali singgasananya walaupun sedikit sudah dirobah penampilannya. Jawaban ini menunjukkan kecerdasan dan ketelitian Ratu Balqis. Tentu dia mulai berpikir, bagaimana singgasananya bisa sampai di istana Sulaiman, padahal berada dalam jarak yang sangat jauh. Kejadian ini tambah meyakinkan Ratu akan kehebatan Raja Sulaiman yang pernah dia dengar sebelumnya, yang menjadi sebab Ratu mau datang memenuhi kehendak Sulaiman. Ratu tambah yakin Sulaiman bukanlah hanya seorang Raja yang ingin memperluas wilayah kekuasaannya, tetapi juga seorang Nabi yang dapat mukjizat dari Allah SWT. Allah SWT berfirman: قَالَ نَكِّرُواْ لَهَا عَرۡشَهَا نَنظُرۡ أَتَهۡتَدِيٓ أَمۡ تَكُونُ مِنَ ٱلَّذِينَ لَا يَهۡتَدُونَ ٤١ فَلَمَّا جَآءَتۡ قِيلَ أَهَٰكَذَا عَرۡشُكِۖ قَالَتۡ كَأَنَّهُۥ هُوَۚ وَأُوتِينَا ٱلۡعِلۡمَ مِن قَبۡلِهَا وَكُنَّا مُسۡلِمِينَ ٤٢

“Dia berkata: “Robahlah baginya singgasananya; Maka kita akan melihat Apakah dia mengenal ataukah dia termasuk orang-orang yang tidak mengenal[nya]”. Dan ketika Balqis datang, ditanyakanlah kepadanya: “Serupa inikah singgasanamu?” Dia menjawab: “Seakan-akan singgasana ini singgasanaku, kami telah diberi pengetahuan sebelumnya dan kami adalah orang-orang yang berserah diri”. [Q.S. An-Naml 27: 41-42]


Tentang ungkapan akhir dalam ayat di atas: “kami telah diberi pengetahuan sebelumnya dan kami adalah orang-orang yang berserah diri”, para mufasir berbeda pendapat memahaminya, apakah itu masih bagian dari ucapan Ratu Balqis seperti dalam terjemahan di atas, atau ucapan Nabi Sulaiman. Jika itu ungkapan dari Sulaiman, maka maksudnya adalah setelah Ratu Balqis kagum dengan kehebatan Sulaiman maka dia mengakui keesaan Allah SWT dan mengakui Sulaiman sebagai utusan-Nya lalu dia memeluk agama yang dianut oleh Nabi Sulaiman. Mengomentari hal itu Nabi Sulaiman mengatakan bahwa dia telah diberi ilmu sebelum Ratu Balqis diberi ilmu dan kami telah memeluk Islam sebelum mereka menyerahkan diri kepada Allah. Sepertinya lebih tepat kalau bagian akhir itu adalah ucapan Ratu Balqis yang mendapat konfirmasi akan kehebatan Raja Sulaiman seperti yang sudah dia dengar sebelumnya. Tidak salah kalau kemudian dia datang memenuhi keinginan Raja Sulaiman. Selama ini Ratu Balqis meyakini alamlah yang berkuasa, alamlah yang dianggapnya tuhan yang memberikan manfaat dan mudharat dalam kehidupannya, sehinga dia dan para pengikutnya menyembah matahari. Keyakinan inilah yang menghalanginya selama ini untuk menyembah Allah SWT. Sekarang dia yakin akan kekuasaan dan keesaan Allah SWT, Tuhan semesta alam, yang  mencipta, mengatur dan menguasai alam seluruhnya. Allah SWT berfirman: وَصَدَّهَا مَا كَانَت تَّعۡبُدُ مِن دُونِ ٱللَّهِۖ إِنَّهَا كَانَتۡ مِن قَوۡمٖ كَٰفِرِينَ ٤٣

“ Dan apa yang disembahnya selama ini selain Allah, mencegahnya [untuk melahirkan keislamannya], karena sesungguhnya dia dahulunya termasuk orang-orang yang kafir.” [Q.S. An-Naml 27: 43]

Setelah diperlihatkan dan ditanya tentang singgasana itu, Ratu Balqis dipersilahkan memasuki ruang dalam dari istana Sulaiman. Ratu Balqis melihat lantai istana Sulaiman adalah kolam yang ada airnya, sehingga spontan dia mengangkat kainnya sehinga kelihatan kedua betisnya. Sebenarnya lantai istana Sulaiman terdiri dari kaca kuat yang sangat bening, di bawahnya ada kolam air dengan ikan-ikan yang berenang di dalamnya. Lantai seperti itulah yang dikira kolam oleh Sang Ratu. Allah SWT berfirman: قِيلَ لَهَا ٱدۡخُلِي ٱلصَّرۡحَۖ فَلَمَّا رَأَتۡهُ حَسِبَتۡهُ لُجَّةٗ وَكَشَفَتۡ عَن سَاقَيۡهَاۚ قَالَ إِنَّهُۥ صَرۡحٞ مُّمَرَّدٞ مِّن قَوَارِيرَۗ قَالَتۡ رَبِّ إِنِّي ظَلَمۡتُ نَفۡسِي وَأَسۡلَمۡتُ مَعَ سُلَيۡمَٰنَ لِلَّهِ رَبِّ ٱلۡعَٰلَمِينَ ٤٤

“Dikatakan kepadanya: “Masuklah ke dalam istana”. Maka tatkala dia melihat lantai istana itu, dikiranya kolam air yang besar, dan disingkapkannya kedua betisnya. berkatalah Sulaiman: “Sesungguhnya ia adalah istana licin terbuat dari kaca”. berkatalah Balqis: “Ya Tuhanku, Sesungguhnya aku telah berbuat zalim terhadap diriku dan aku berserah diri bersama Sulaiman kepada Allah, Tuhan semesta alam”. [Q.S. An-Naml 27: 44]


Ratu Balqis sangat malu dengan apa yang telah dilakukannya mengangkat kain sehingga terlihat kedua betisnya, tadinya dia benar-benar yakin itu adalah kolam yang penuh berisi air walaupun tidak dalam. Ratu menyadari betapa kecilnya dia di hadapan Sulaiman, apalagi dihadapan Allah SWT Tuhan semesta alam. Ratu dengan penuh kerendahan hati menyatakan: “Ya Tuhanku, Sesungguhnya aku telah berbuat zalim terhadap diriku dan aku berserah diri bersama Sulaiman kepada Allah, Tuhan semesta alam”. [bersambung]  

Source:

//www.suaramuhammadiyah.id/2019/11/28/nabi-sulaiman-as-6/ 

Kajian Tafsir Surah An-Naml ayat 44. Nabi Sulaiman ‘alaihis salam ingin agar Balqis melihat kekuasaannya yang menyilaukan akal. Lantai istana dikira kolam air yang besar. Allah Subhaanahu wa Ta’aala berfirman:

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

قِيلَ لَهَا ادْخُلِي الصَّرْحَ فَلَمَّا رَأَتْهُ حَسِبَتْهُ لُجَّةً وَكَشَفَتْ عَنْ سَاقَيْهَا قَالَ إِنَّهُ صَرْحٌ مُمَرَّدٌ مِنْ قَوَارِيرَ قَالَتْ رَبِّ إِنِّي ظَلَمْتُ نَفْسِي وَأَسْلَمْتُ مَعَ سُلَيْمَانَ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ [٤٤]

Dikatakan kepadanya [Balqis], “Masuklah ke dalam istana.” Maka ketika dia [Balqis] melihat [lantai istana] itu, dikiranya kolam air yang besar, dan disingkapkannya [penutup] kedua betisnya. Dia [Sulaiman] berkata, “Sesungguhnya ini hanyalah lantai istana yang dilapisi kaca.” Dia [Balqis] berkata, “Ya Tuhanku, sungguh, aku telah berbuat zalim terhadap diriku. Aku berserah diri bersama Sulaiman kepada Allah, Tuhan seluruh alam.” [Q.S. An-Naml : 44]

.

Tafsir Ibnu Abbas

Qīla lahadkhulish sharha fa lammā ra-at-hu hasibat-hu lujjatan [dikatakan kepadanya, “Masuklah kamu ke dalam istana.” Maka tatkala ia melihatnya, dikiranya kolam air yang besar], yakni genangan air yang banyak.

Wa kasyafat [seraya menyingkapkan], yakni mengangkat pakaiannya.

‘An sāqaihā qāla [dari kedua betisnya. Berkatalah dia], yakni Sulaiman a.s. berkata kepada Balqis.

Innahū sharhum mumarradun [“Sesungguhnya itu adalah istana yang mengkilap], yakni yang sangat halus.

Ming qawārīr [yang terbuat dari kaca”] dan di bawahnya terdapat air. Oleh sebab itu, jangan takut, silakan melintasinya.

Qālat rabbi innī zhalamtu nafsī [Balqis berkata, “Rabbi, sesungguhnya aku telah menzalimi diri sendiri] dengan menyembah matahari.

Wa aslamtu ma‘a sulaimāna [dan aku berserah diri bersama Sulaiman], yakni di bawah kekuasaan Sulaiman.

Lillāhi rabbil ‘ālamīn [kepada Allah, Rabb semesta alam”], yakni Tuhan segenap jin dan manusia.

BACA JUGA Kajian Tafsir Juz Ke-19 untuk ayat lainnya

Hidayatul Insan bi Tafsiril Qur’an

  1. [35]Dikatakan kepadanya [Balqis], “Masuklah ke dalam istana.” Maka ketika dia [Balqis] melihat [lantai istana] itu, dikiranya kolam air yang besar, dan disingkapkannya [penutup] kedua betisnya[36]. Dia [Sulaiman] berkata, “Sesungguhnya ini hanyalah lantai istana yang dilapisi kaca[37].” Dia [Balqis] berkata[38], “Ya Tuhanku, sungguh, aku telah berbuat zalim terhadap diriku[39]. Aku berserah diri bersama Sulaiman kepada Allah, Tuhan seluruh alam.”

[35] Selanjutnya Nabi Sulaiman ‘alaihis salam ingin agar Balqis melihat kekuasaannya yang menyilaukan akal, maka Beliau memerintahkan Balqis agar masuk ke dalam Sharh, yaitu majlis Beliau yang tinggi dan luas, majlis itu terbuat dari kaca dan di bawahnya ada sungai yang mengalir.

[36] Untuk menyelamkan kakinya. Nabi Sulaiman ‘alaihis salam sebelumnya memerintahkan kepada para setan untuk membuatkan istana yang besar dari kaca dan dialirkan air di bawahnya karena kedatangan [Balqis]. Oleh karena itu, orang yang tidak mengetahui keadaannya akan mengira bahwa lantai itu adalah kolam air, padahal ada kaca tipis yang menghalangi antara pejalan dengan air yang di bawahnya.

[37] Selanjutnya, Beliau mengajak Balqis masuk ke dalam Islam, dan ia pun mau memeluk Islam.

[38] Setelah mengetahui kebesaran kearajaan Nabi Sulaiman.

[39] Karena beribadah kepada selain-Mu.

.

Tafsir Jalalain

  1. [Dan dikatakan pula kepadanya, “Masuklah ke dalam istana!”] yang lantainya terbuat dari kaca yang bening sekali, kemudian di bawahnya ada air tawar yang mengalir yang ada ikannya. Nabi Sulaiman sengaja melakukan demikian sewaktu ia mendengar berita bahwa kedua betis ratu Balqis dan kedua telapak kakinya seperti keledai. [Maka tatkala dia melihat lantai istana itu dikiranya kolam air] yakni kolam yang penuh dengan air [dan disingkapkannya kedua betisnya] untuk menyeberangi yang ia duga sebagai kolam, sedangkan Nabi Sulaiman pada saat itu duduk di atas singgasananya di ujung lantai kaca itu, maka ternyata ia melihat kedua betis dan kedua telapak kakinya indah. [Sulaiman berkata] kepada Balqis, [“Sesungguhnya ia adalah istana licin] dan halus [yang terbuat dari kaca”] kemudian Nabi Sulaiman mengajaknya untuk masuk Islam. [Balqis berkata, “Ya Rabbku! Sesungguhnya aku telah berbuat zalim terhadap diriku sendiri] dengan menyembah selain Engkau [dan aku berserah diri] mulai saat ini [bersama Sulaiman kepada Allah, Rabb semesta alam.”] kemudian Nabi Sulaiman berkehendak untuk mengawininya tetapi ia tidak menyukai rambut yang ada pada kedua betisnya. Maka setan-setan membuat cahaya untuk Nabi Sulaiman, dengan cahaya itu lenyaplah bulu-bulu betisnya. Nabi Sulaiman menikahinya serta mencintainya, kemudian Nabi Sulaiman mengakui kerajaannya. Tersebutlah, bahwa Nabi Sulaiman menggilirnya sekali setiap bulan, kemudian ia tinggal bersamanya selama tiga hari untuk setiap giliran. Disebutkan di dalam suatu riwayat, bahwa Nabi Sulaiman telah diangkat menjadi raja sejak ia berumur tiga belas tahun. Pada saat ia meninggal dunia umurnya mencapai lima puluh tiga tahun; Maha Suci Allah yang tiada habis bagi kerajaan-Nya.

.

Tafsir Ibnu Katsir

Firman Allah Swt.:

Dikatakan kepadanya.”Masuklah ke dalam istana.” Maka tatkala dia melihat lantai istana itu, dikiranya kolam air yang besar, dan disingkapkannya kedua betisnya. [An-Naml: 44]

Demikian itu karena sebelumnya Nabi Sulaiman memerintahkan kepada setan-setan agar membangunkan istana besar dari kaca untuknya, lalu dialirkan air di bawah istana tersebut. Bagi orang yang tidak mengetahuinya tentu akan menyangkanya air, padahal ada kaca yang menghalang-halanginya.

Para ulama berbeda pendapat tentang motivasi yang mendorong Nabi Sulaiman membuat istana kaca tersebut. Menurut suatu pendapat, karena Nabi Sulaiman bertekad akan mengawininya dan menjadikannya sebagai teman hidupnya, mengingat Balqis adalah wanita yang cantik dan mempesona. Tetapi menurut desas-desus, betisnya penuh dengan bulu, dan tumit kakinya seperti tumit kaki hewan [berteracak]. Mendengar berita itu Nabi Sulaiman merasa tidak enak, maka sengaja ia membuat istana tersebut untuk membuktikan kebenaran dari berita tersebut.

Demikianlah menurut kisah yang dituturkan oleh Muhammad ibnu Ka’b Al-Qurazi dan lain-lainnya.

Setelah Balqis memasuki istana itu dan menyingkapkan kainnya dari betisnya, maka Nabi Sulaiman melihat betis dan kakinya sangat indah. Belum pernah ia melihat wanita yang memiliki betis seindah itu, tetapi sayangnya betisnya berbulu. Karena Balqis adalah seorang ram lagi masih belum bersuami, maka Sulaiman menginginkan agar bulu itu dilenyapkan dari kedua kakinya. Lalu ada yang mengatakan kepadanya bahwa cara melenyapkannya adalah dengan memakai pisau cukur, tetapi tukang cukur mengatakan tidak mampu melenyapkannya.

Nabi Sulaiman tidak suka dengan rambut tersebut, akhirnya ia mengatakan kepada jin, “Buatlah sesuatu selain pisau cukur untuk melenyapkan rambut itu.” Maka jin membuatkan untuk Nabi Sulaiman obat Nurah yang khusus untuk menghilangkan rambut. Sejak saat itulah bahan tersebut terkenal sebagai obat pelenyap rambut. Demikianlah menurut pendapat Ibnu Abbas, Mujahid, Ikrimah, Muhammad ibnu Ka’b Al-Qurazi, As-Saddi, Ibnu Juraij, dan lain-lainnya.

Muhammad ibnu Ishaq telah meriwayatkan dari Yazid ibnu Ruman, bahwa lalu Nabi Sulaiman berkata kepada Balqis, “Masuklah ke dalam istana ini,” dengan maksud untuk memperlihatkan kepadanya istana yang lebih megah daripada istananya, dan kerajaan yang jauh lebih besar daripada kerajaannya.

Ketika Balqis memasukinya, ia menduga bahwa istana itu kolam air. Maka ia mengangkat kainnya sehingga kedua betisnya kelihatan, karena ia tidak ragu bahwa ia akan memasuki kolam air. Maka dikatakan kepadanya bahwa itu adalah istana licin yang terbuat dari kaca.

Setelah Balqis berdiri di hadapan Sulaiman a.s., maka Sulaiman mengajaknya untuk menyembah Allah Swt. dan mengecam penyembahan dia terhadap matahari selain dari Allah.

Al-Hasan Al-Basri mengatakan, ketika Ratu Balqis menyaksikan istana kaca itu, ia merasa yakin bahwa dirinya telah melihat istana yang lebih besar daripada istananya.

Muhammad ibnu Ishaq telah meriwayatkan dari sebagian ulama, dari Wahb ibnu Munabbih yang telah menceritakan bahwa Sulaiman memerintahkan kepada para setan agar dibangunkan sebuah istana yang terbuat dari kaca yang warnanya putih bersih seperti air [yakni sangat jernih], lalu dialirkan air di bawah istana, kemudian singgasananya diletakkan di dalamnya dan Nabi Sulaiman duduk di atasnya, sedangkan burung-burung, jin, dan manusia berada di dalam istana itu mengelilinginya.

Selanjutnya Nabi Sulaiman berkata kepada Balqis. ”Masuklah ke dalam istana ini,” untuk memperlihatkan kepadanya istana yang lebih besar dan lebih megah daripada istananya. Maka tatkala dia melihat lantai istana itu, dikiranya kolam air yang besar, dan disingkapkannya kedua betisnya. [An-Naml: 44] Balqis tidak meragukan lagi bahwa yang dimasukinya adalah kolam air. Maka dikatakan kepadanya: Sesungguhnya ia adalah istana licin terbuat dari kaca. [An-Naml: 44]

Setelah Balqis berdiri di hadapan Nabi Sulaiman, maka Nabi Sulaiman menyerunya untuk menyembah Allah Swt. semata dan mengecam penyembahannya terhadap matahari selain Allah. Maka Balqis menjawab dengan jawaban orang-orang kafir zindiq. Hal itu membuat Nabi Sulaiman jatuh menyungkur bersujud kepada Allah Swt. karena merasa ngeri dengan apa yang dikatakan oleh Balqis, dan semua orang pun ikut sujud bersamanya. Menyaksikan pemandangan tersebut Ratu Balqis menyesali perbuatannya, dan ketika Nabi Sulaiman mengangkat kepalanya dan mengulangi pertanyaannya, “Celakalah apa yang tadi kamu katakan?” Balqis menjawab, “Saya lupa apa yang tadi saya katakan,” lalu Balqis berkata meralat ucapannya yang tadi, seperti yang disebutkan oleh firman-Nya:

“Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah berbuat zalim terhadap diriku dan aku berserah diri bersama Sulaiman kepada Allah, Tuhan semesta alam.” [An-Naml: 44]

Akhirnya Balqis masuk Islam dan berbuat baik dalam Islamnya.

Imam Abu Bakar ibnu Abu Syaibah sehubungan dengan kisah ini telah meriwayatkan sebuah asar yang garib [aneh].

Ia mengatakan, telah menceritakan kepada kami Al-Husain ibnu Ali, dari Zaidah, telah menceritakan kepadaku Ata ibnus Sa-ib, telah menceritakan kepada kami Mujahid ketika kami berada di kabilah Al-Azd; ia mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa Nabi Sulaiman duduk di atas singgasananya, kemudian diletakkan kursi-kursi di sekitarnya. Maka duduklah padanya manusia, lalu jin, lalu setan. Setelah itu datanglah angin, lalu angin mengangkat mereka, sedangkan burung-burung menaungi mereka. Kemudian berangkatlah mereka selama masa yang dikehendaki oleh seorang pengendara; turun istirahat selama sebulan dan bepergian selama sebulan. Pada suatu hari ketika Nabi Sulaiman berada dalam perjalanannya, ia mencari-cari burung hud-hud. tetapi ternyata ia tidak melihatnya. Maka ia berkata, seperti yang disebutkan oleh firman-Nya: “Mengapa aku tidak melihat hud-hud, apakah dia termasuk yang tidak hadir? Sungguh aku benar-benar akan mengazabnya dengan azab yang keras, atau benar-benar menyembelihnya kecuali jika benar-benar dia datang kepadaku dengan alasan yang terang.” [An-Naml: 20-21]. Azab yang diancamkan oleh Sulaiman a.s. terhadap burung hud-hud ialah bahwa ia akan mencabuti seluruh bulunya, lalu melemparkannya ke padang pasir, sehingga akan dimakan oleh semut dan serangga lainnya yang ada di tanah. Ata mengatakan bahwa Sa’id ibnu Jubair telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas hal yang semisal dengan hadis yang diceritakan oleh Mujahid. Maka tidak lama kemudian. [An-Naml: 22] sampai dengan firman-Nya: Akan kami lihat apakah kamu benar, ataukah kamu termasuk orang-orang yang berdusta. Pergilah dengan [membawa] suratku ini. [An-Naml: 27-28]. Lalu Nabi Sulaiman menulis suratnya, bahwa dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang, ditujukan kepada Balqis. Janganlah kamu sekalian berlaku sombong terhadapku dan datanglah kepadaku sebagai orang-orang yang berserah diri. [An-Naml: 31]. Setelah hud-hud melemparkan surat itu kepada Balqis yang saat itu terpaku menyaksikan pemandangan yang menakjubkan itu. Lalu ia buka surat itu dan membacanya, kemudian ia berkata [kepada para pembesar kerajaannya], “Sesungguhnya ini adalah surat yang mulia, dan sesungguhnya surat ini dari Sulaiman, yang isinya mengatakan, ‘Janganlah kalian berlaku sombong terhadapku, dan datanglah kepadaku sebagai orang-orang yang berserah diri’.’ Para pembesar kerajaannya mengatakan, “Kita adalah orang-orang yang mempunyai kekuatan.” Balqis menjawab, “Sesungguhnya raja-raja apabila memasuki suatu negeri, niscaya mereka membinasakan¬nya, dan sesungguhnya aku akan mengirimkan kepada mereka [Sulaiman dan para pembesar kerajaannya] suatu hadiah, dan aku akan menunggu apa yang akan dibawa kembali oleh utusan-utusan itu.” Ketika hadiah itu sampai kepada Sulaiman, ia mengatakan, “Apakah kalian layak menolong aku dengan harta? Kembalilah kepada rajamu.” Ibnu Abbas melanjutkan kisahnya kepada kami, bahwa ketika Nabi Sulaiman melihat debu yang beterbangan, sedangkan jarak antara Nabi Sulaiman dan Ratu Saba dengan pasukannya saat ia melihat debu yang menandakan kedatangan mereka, sama dengan jarak antara kita dan negeri Hirah. Ata dan Mujahid mengatakan bahwa saat itu kami berada di tempat Kabilah Azd. Nabi Sulaiman berkata, “Siapakah di antara kalian yang dapat mendatangkan singgasana Balqis ke hadapanku ?” Disebutkan bahwa jarak antara letak singgasana Balqis dan Nabi Sulaiman saat melihat debu kedatangan mereka sama dengan jarak perjalanan dua bulan. Berkata ‘Ifrit [yang cerdik] dari golongan jin, “Aku akan datang kepadamu dengan membawa singgasana itu kepadamu sebelum kamu berdiri dari tempat dudukmu.” [An-Naml: 39] Disebutkan bahwa Nabi Sulaiman mempunyai majelis yang biasa ia duduk padanya untuk melayani orang-orang, sebagaimana halnya para raja duduk. Setelah urusannya selesai, ia baru bangkit meninggalkannya. Maka jin ‘Ifrit itu berkata kepadanya: Aku akan datang kepadamu dengan membawa singgasana itu kepadamu sebelum kamu berdiri dari tempat dudukmu. [An-Naml: 39] Sulaiman menjawab, “Aku menginginkan yang lebih cepat dari itu.” Maka berkatalah orang yang mempunyai ilmu dari Al-Kitab, “Aku akan melihat Kitab Tuhanku, kemudian aku akan mendatangkannya kepadamu sebelum matamu berkedip.” Maka Nabi Sulaiman memandang ke arahnya. Setelah pembicaraan-nya selesai, lalu Nabi Sulaiman mengedipkan pandangan matanya, dan ternyata singgasana Balqis muncul dari bawah telapak kaki Sulaiman, persis dibawah tempat Nabi Sulaiman meletakkan kedua kakinya, lalu Nabi Sulaiman menaiki singgasana itu. Setelah Sulaiman a.s. melihat singgasana Balqis telah berada di hadapannya, maka ia mengatakan: Ini termasuk karunia Tuhanku. [An-Naml: 40], hingga akhir ayat. Lalu Nabi Sulaiman berkata: Ubahlah baginya singgasananya! [An-Naml: 41] Setelah Balqis datang, dikatakan kepadanya: Serupa inikah singgasanamu? Dia menjawab, “Seakan-akan singgasana ini singgasanaku.” [An-Naml: 42] Setelah datang di hadapan Sulaiman a.s., maka Balqis meminta dua perkara kepadanya. Ia berkata kepada Nabi Sulaiman, “Aku menginginkan air yang bukan berasal dari bumi, bukan pula dari langit.” Kebiasaan Nabi Sulaiman apabila dimintai sesuatu terlebih dahulu meminta saran kepada manusia, lalu jin, dan terakhir setan. Maka setan-setan berkata, “Itu mudah, larikanlah kuda, kemudian ambillah keringatnya dan masukkan ke dalam sebuah wadah.” Maka Nabi Sulaiman memerintahkan agar kudanya dipacu, lalu keringatnya diambil dan dimasukkan ke dalam sebuah wadah. Sedangkan permintaan yang kedua, Balqis meminta agar Sulaiman memberikan jawaban kepadanya tentang warna Allah Swt. Maka Sulaiman melompat dari singgasananya dan menyungkur bersujud seraya berkata, “Ya Tuhanku, sesungguhnya dia lelah meminta kepadaku suatu perkara yang sangat memberatkan hatiku bila kukemukakan kepada-Mu” Maka Allah berfirman, “Angkatlah kepalamu, sesungguhnya Aku¬lah yang memberikan kecukupan kepadamu terhadap mereka.” Maka Sulaiman a.s. kembali duduk di atas singgasananya dan bertanya, “Apakah yang engkau katakan tadi?” Balqis menjawab, “Saya tidak meminta kepadamu selain dari air.” Lalu Nabi Sulaiman menanyakan kepada bala tentaranya tentang apa yang telah dimintanya. Mereka menjawab, “Balqis tidak meminta kepadamu selain air.” Mereka semua dibuat lupa oleh Allah Swt. Setan-setan berkata, “Sesungguhnya Sulaiman bermaksud menjadikan Balqis sebagai istrinya; dan jika ia menjadikannya sebagai istrinya, lalu lahirlah anak-anak darinya, pastilah kita terus-menerus diperbudak olehnya.” Kemudian setan-setan itu membuat istana yang licin dari kaca, di dalamnya terdapat ikan-ikan. Maka dikatakan kepada Balqis, “Masuklah ke dalam istana.” Ketika Balqis melihat istana itu, ia menyangkanya kolam yang besar. Lalu ia menyingkapkan betisnya, dan ternyata betisnya itu penuh dengan bulu. Maka Sulaiman berkata, “Ini amat buruk, lalu apakah yang dapat melenyapkan bulu-bulu itu?” Mereka menjawab, “Pakai saja pisau cukur.” Sulaiman berkata, “Bekas pisau cukur jelek.” Maka setan-setan membuat bahan ramuan khusus yang disebut mirah [untuk melenyapkan rambut]. Bahan ini mula-mula dibuat adalah untuk Nabi Sulaiman.

Kemudian Abu Bakar ibnu Abu Syaibah mengatakan, “Alangkah menariknya kisah ini.”

Menurut hemat kami, bahkan kisah ini munkar dan garib sekali, barangkali kisah ini bersumber dari ilusi Ata ibnus Sa-ib yang disandarkan kepada Ibnu Abbas. Hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui.

Sebenarnya kisah-kisah seperti ini bersumber dari Ahli Kitab berdasarkan apa yang mereka temukan di dalam lembaran-lembaran kitab-kitab mereka, seperti halnya riwayat-riwayat yang bersumber dari Ka’b ibnu Malik dan Wahb ibnu Munabbih, semoga Allah memaafkan keduanya. Mereka berdua menukilnya dari berita-berita Bani Israil kepada umat ini; kisah-kisahnya penuh dengan keanehan dan keajaiban di masa silam, termasuk pula hal-hal yang benar terjadi dan yang tidak terjadi karena telah diubah dan diganti serta di-mansukh.

Namun Allah Swt. telah memberikan kecukupan kepada kita dari hal-hal seperti itu melalui berita yang sahih dari-Nya, lebih bermanfaat dan lebih jelas, segala puji bagi Allah Swt. yang telah mengaruniakannya kepada kita.

Pengertian as-sarh menurut bahasa Arab adalah istana dan semua bangunan yang tinggi [tower]. Allah Swt. telah berfirman, menceritakan tentang Fir’aun, la’natullah, bahwa ia pernah berkata kepada Haman, pembantunya:

ابْنِ لِي صَرْحًا لَعَلِّي أَبْلُغُ الأسْبَابَ

Buatkanlah bagiku sebuah bangunan yang tinggi supaya aku sampai ke pintu-pintu. [Al-Mu-min: 36], hingga ayat-ayat berikutnya.

As-sarh juga nama sebuah istana yang tinggi di negeri Yaman. Al-Mumarrad artinya kokoh bangunannya lagi licin [halus].

terbuat dari kaca. [An-Naml: 44]

Yakni istana kaca. Yang dimaksud dengan tamrid ialah membuatnya licin, dan marid adalah nama sebuah benteng di Daumatul Jandal.

Makna yang dimaksud ialah bahwa Nabi Sulaiman membuat istana besar yang terbuat dari bahan kaca untuk menyambut kedatangan Balqis, guna memperlihatkan kepadanya kebesaran kerajaan dan pengaruhnya yang sangat kuat. Tatkala Balqis melihat apa yang dianugerahkan oleh Allah kepada Sulaiman berupa kebesaran yang dimilikinya dan ia menyaksikan dengan mata kepala sendiri kebesaran Nabi Sulaiman, maka tunduklah ia kepada perintah Allah dan meyakini bahwa dia adalah seorang nabi yang mulia lagi seorang raja yang besar. Dan Balqis berserah diri kepada Allah Swt., lalu ia mengatakan:

Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah berbuat zalim terhadap diriku. [An-Naml: 44]

Maksudnya, perbuatan-perbuatan zalim yang pernah dilakukannya, yaitu berupa kekafiran, kemusyrikan, dan penyembahan beserta kaumnya kepada matahari, selain Allah.

dan aku berserah diri bersama Sulaiman kepada Allah, Tuhan semesta alam. [An-Naml: 44]

Artinya, Balqis mengikuti agama Nabi Sulaiman a.s., yaitu menyembah Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya, Yang telah menciptakan segala sesuatu dan menentukan kadarnya masing-masing serapi-rapi nya.

Hanya Allah Yang Maha mengetahui dan segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam.

Video yang berhubungan

Bài Viết Liên Quan

Bài mới nhất

Chủ Đề