Mengapa Belanda melakukan Agresi Militer 2 brainly?

Assalammualaikum, Selamat datang di Kelas IPS. Disini Ibu Guru akan membahas tentang pelajaran Sejarah yaitu Tentang “Agresi Militer Belanda 2“. Berikut dibawah ini penjelasannya:

Kronologi Agresi Militer Belanda 2

Pelaksanaan hasil Perundingan Renville mengalami kemacetan. Upaya jalan keluar yang ditawarkan oleh KTN selalu mentah kembali karena tidak adanya kesepakatan antara Indonesia dan Belanda. Indonesia melalui Hatta [wakil presiden merangkap perdana menteri] tetap tegas mempertahankan kedaulatan Indonesia, sementara Belanda terus berupaya mecari cara menjatuhkan wibawa Indonesia.

Saar ketegangan semakin memuncak Indonesia dan Belanda mengirimkan nota kepada KTN. Nota itu sama-sama berisi tuduhan terhadap pihak lawan yang tidak menghormati hasil Perundingan Renville. Akhirnya, menjelang tengah malam pada tanggal 18 Desember 1948, Wali Tinggi Kota Mahkota Belanda Dr. Beel mengumumkan bahwa Belanda tidak terikat lagi pada hasil Perundingan Renville.

Sementara itu keadaan dalam negeri sudah sangat tegang berhubung dengan oposisi yang dilakukan oleh Front Demokrasi Rakyat [PKI dan sekutunya] terhadap politik yang dijalankan oleh Kabinet Hatta. Oposisi ini meningkat setelah seorang tokoh komunis kawakan, Muso, yang memimpin pemberontakan PKI tahun 1926, kembali ke Indonesia dari Uni Soviet. Muso sejak mudanya memang selalu bersikap radikal dan ia yang mendorong PKI untuk memberontak pada tahun 1926.

Oposisi terhadap kabinet Hatta mencapai pucaknya ketika Sumarsono, pemimpin Pesindo [Pemuda Sosialis Indonesia] mengumumkan pembentukan pemerintahan Soviet di Madiun tanggal 18 September 1948. Pemberontakan ini segera ditumpas pemerintah Republik. Belanda hendak mempergunakan pemberontakan PKI itu sebagai alasan yang sangat baik untuk menyerang Republik dengan dalih membantu Republik melawan komunisme.

Sebelum pasukan-pasukan Republik dapat beristirahat setelah beroperasi terus-menerus melawan PKI, Belanda menyerang lagi. Dini hari tanggal 19 Desember, pesawat terbang Belanda memborbardir Maguwo [sekarang Bandara Adisucipto] dan sejumlah bangunan penting di Yogyakarta. Peristiwa itu mengawali agresi militer Belanda II. Pemboman dilanjutkan dengan penerjunan pasukan udara. Dalam waktu singkat, Yogyakarta ibu kota RI ketika itu, dapat dikuasai.

  Dalam suasana genting, pemerintah RI mengadakan rapat kilat dan menghasilkan keputusan darurat berikut.

  1. Melalui radiogram, pemerintah RI memberikan mandat kepada Syafruddin Prawiranegara untuk membentuk Pemerintah Darurat RI [PDRI] di Sumatera.
  2. Presiden dan wakil presiden RI tetap tinggal dalam kota dengan resiko ditangkap Belanda, agar dekat dengan KTN [yang sekarang berada di Kaliurang].
  3. Pimpinan TNI menyingkir keluar kota dan melancarkan perang gerilya dengan membentuk wilayah pertahanan [sistem wehkreise] di Jawa dan Sumatera.

Artikel Terkait:  Anggota BPUPKI

Setelah menguasai Yogyakarta, pasukan Belanda menculik presiden, dan sejumlah pejabat. Soekarno diasingkan ke Prapat, Hatta ke Bangka, tetapi kemudian Soekarno dipindahkan ke Bangka. Sementara itu, Jenderal Soedirman memimpin TNI melancarkan perang gerilya di kawasan luar kota.

Tujuan Agresi Militer Belanda 2

Adapun tujuan Belanda mengadakan Agresi Militer yang kedua ialah ingin menghancurkan kedaulatan Indonesia dan mengusai kembali wilayah Indonesia dengan melakukan serangan militer terhadap beberapa daerah penting di Yogyakarta sebagai ibu kota Indonesia pada saat itu.

Pihak Belanda sengaja membuat kondisi pusat wilayah Indonesia tidak aman sehingga akhirnya diharapkan dengan kondisi seperti itu bangsa Indonesia menyerah dan bersedia menuruti ultimatum yang diajukan oleh pihak Belanda. Selain itu bangsa Indonesia juga ingin menunjukkan kepada dunia bahwa RI dan TNI-nya secara de facto tidak ada lagi.

Dampak Agresi Militer Belanda 2

Berikut ini terdapat 2 dampak agresi militer belanda 2 untuk indonesia dan belanda, yaitu sebagai berikut:

1. Dampak Agresi Militer Belanda 2 Bagi Indonesia

Berikut ini terdapat 2 dampak agresi militer belanda 2 bagi indonesia, yaitu sebagai berikut:

  • Bandara [lapangan terbang Maguwo] berhasil dikuasai pasukan Belanda melalui serangan udara menggunakan 14 pesawat [terdiri dari Mustang dan Kittyhwak].
  • Korban tewas di pihak TNI sebanyak 128 pasukan saat terjadi serangan di bandara Maguwo.
  • Pembentukan PDRI [pemerintahan darurat republik Indonesia] di Bukit Tinggi.
  • Beberapa pemimpin republik diasingkan, meliputi : Presiden Soekarno, Wakil Presiden Mohammad Hatta, Menlu Haji Agus Salim, Sutan Syahrir, Mr. Assaat, dan Mr. AG. Pringgodigdo.
  • Pengasingan menggunakan pesawat bomber B 25 dengan tujuan tidak jelas, ada yang diasingkan Parapat, Berastagi, dan Pangkalpinang.
  • Kota Yogyakarta [Ibukota RI] berhasil dikuasai oleh Belanda.
  • Beberapa bangunan penting di kota DIY hancur akibat serangan pasukan Belanda.

2. Dampak Agresi Militer Belanda 2 Bagi Belanda

Berikut ini terdapat 2 dampak agresi militer belanda 2 bagi belanda, yaitu sebagai berikut:

  1. Berhasilnya Belanda menguasai Ibukota RI ternyata tidak membuat semangat juang pejuang runtuh begitu saja, masih ada perlawanan yang dilakukan oleh TNI. Mereka melakukan serangan secara mendadak terhadap pasukan Belanda.
  2. Perlawanan dari pihak RI dilakukan pada tanggal 1 Maret 1949, lebih kita kenal dengan nama Serangan Umum 1 Maret Yogyakarta.
  3. Perlawanan ini membuat pasukan Belanda kewalahan, dan berhasil dilumpuhkan.
  4. Selain itu, perlawanan juga dilakukan dengan strategi gerilya di wilayah luar kota Yogyakarta, meliputi Jawa Tengah dan Jawa Timur, dipimpin langsung oleh Soedirman.

Artikel Terkait:  Organisasi Bentukan Belanda

Perjuangan Bangsa Indonesia Terhadap Agresi Militer Belanda 2

Berikut ini terdapat perjuangan banga indonesia terhadap agresi militer belanda 2, yaitu sebagai berikut:

Dengan melancarkan agresi militernya yang kedua, Belanda ingin menunjukkan kepada dunia bahwa RI beserta TNI-nya secara de facto tidak ada lagi. Tujuan Belanda itu dapat digagalkan oleh perjuangan diplomasi. Para pejuang diplomasi antara lain Palar, Sujatmoko, Sumitro, dan Sudarpo yang berkeliling di luar negeri. Tindakan yang dilakukan dalam perjuangan diplomasi antara lain sebagai berikut:

  1. Menunjukkan pada dunia internasional bahwa agresi militer Belanda merupakan bentuk tindakan melanggar perjanjian damai [hasil Perundingan Renville].
  2. Meyakinkan dunia bahwa RI cinta damai, terbukti dari sikap, mentaati hasil Perundingan Renville dan penghargaan terhadap KTN.
  3. Membuktikan bahwa RI masih berdaulat dengan fakta masih berlangsungnya pemerintahan melalui PDRI dan keberhasilan TNI menguasau Yogyakarta selama 6 jam [Serangan Oemoem 1 Maret].

Kerja keras perjuangan diplomasi mampu mengundang simapti internasional terhadap Indonesia. Amerika Serikat mendesak Belanda untuk menarik mundur pasukannya dari wilayah RI [dengan ancaman menghentikan bantuannya]. Dewan Keamanan PBB mendesak Belanda untuk menghentikan operasi militer dan membebaskan para pemimpin Indonesia. Desakan yang gencar dari dunia internasional akhirnya dapat membuat Belanda mengakhiri militernya kedua.

Sebelum pasukan Belanda memasuki istana kepresidenan, Presiden Soekarno mengintruksikan kepada Menteri Kemakmuran Syafruddin Prawiranegara [yang kebetulan berada di Sumatera] untuk membentuk pemerintahan darurat, jika pemerintah RI Yogyakarta tidak dapat berfungsi lagi. Sesuai dengan instruksi itu, Syafruddin Prawiranegara membentuk Pemerintah Darurat Republik Indonesia. PDRI berkedudukan di Bukittinggi, Sumatera Barat.

Kabinet PDRI [Pemerintahan Darurat Republik Indonesia]

  • Ketua [perdana menteri] merangkap menteri pertahanan dan penerangan: Syafruddin Prawiranegara.
  • Menteri luar negeri: A. A. Maramis
  • Menteri pendidikan dan kebudayaan merangkap menteri dalam negeri dan agam: Teuku Moh. Hasan.
  • Menteri keuangan merangkap menteri kehakiman: Lukman Hakim.
  • Menteri sosial dan perburuhan, pembangunan, organisasi pemuda dan keamanan: Sutan Rasyid.
  • Menteri pekerjaan umum merangkap menteri kesehatan: Ir. Sitompul.
  • Menteri perhubungan merangkap menteri kemakmuran: Ir. Inderacaya.

Artikel Terkait:  Tokoh-Tokoh Sejarah Pada Masa Islam Indonesia

Selama agresi militer II, Belanda terus menerus memprogandakan bahwa pemerintahan di Indonesia sudah tidak ada lagi. Propaganda dapat digagalkan oleh PDRI. PDRI berhasil menunjukkan kepada dunia internasional bahwa pemerintahan dalam tubuh RI masih berlangsung. Bahkan, pada tanggal 23 Desember 1948, PDRI mampu memberikan instruksi lewat radio kepada wakil RI di PBB. Isinya, pihak Indonesia sekaligus mengundang simapti internasional.

Atas dasar keberhasilan itu, para pemimpin PDRI sempat kecewa dengan tindakan para pemimpin RI di Bangka yang mengadakan perundingan dengan Belanda tanpa sepengetahuan mereka. Mereka juga tidak menyetujui hasil Perundingan Roem-Roijen yang cenderung melemahkan wibawa Indonesia. Para pemimpin PDRI yakin bahwa kedudukan Indonesia telah kuat sehingga mampu lebih banyak kepada Belanda.

Untuk menyelesaikan perbedaan pandangan, berlangsung pertemuan antara para pemimpin PDRI dan pemimpin RI yang pernah ditawan di Bangka. Pertemuan itu berlangsung pada tanggal 13 Juli 1949 di Jakarta. Hasil pertemuan itu adalah sebagai berikut.

  1. PDRI menyerahkan keputusan mengenai hasil Perundingan Roem Roijen kepada kabinet, Badan Pekerja KNIP, dan pimpinan TNI.
  2. Pada hari itu juga, Syafruddin Prawiranegara menyerahkan mandat secara resmi kepada Wakil Presiden Hatta.

Daftar Pustaka:

Demikian Penjelasan Pelajaran IPS-Sejarah Tentang Kronologi Agresi Militer Belanda 2: Tujuan, Dampak & Perjuangan Bangsa Indonesia

Semoga Materi Pada Hari ini Bermanfaat Bagi Siswa-Siswi, Terima Kasih !!!

Baca Artikel Lainnya:

Video yang berhubungan

Bài mới nhất

Chủ Đề