Mengapa setiap orang memiliki karakter yang berbeda-beda dalam menjelaskan hidup sejahtera

Dilihat 92,894 pengunjung

Adakah Sobat SMP di sini yang punya teman berbeda suku ataupun agama? Jika ada, kalian sangat beruntung karena dapat mengenal budaya serta ajaran baru. Selain itu, lingkungan yang majemuk bisa memberikan kalian referensi pertemanan yang lebih luas.

Indonesia adalah negara dengan sejuta keberagaman. Keberagaman yang ada telah menjadi simbol persatuan dan dikemas dalam bingkai Bhinneka Tunggal Ika. Oleh karena itu, kita harus menjaganya agar tetap utuh dan harmonis.

Namun, belakangan ini Indonesia kerap mengalami krisis toleransi. Perbedaan yang ada justru menimbulkan perpecahan. Padahal, perbedaan itu sendirilah yang seharusnya membuat Indonesia menjadi indah karena lebih “berwarna”.

Sebagai warga negara yang baik, kita harus tetap menjaga persatuan dan kesatuan dengan menganut paham toleransi. Jangan sampai Indonesia terpecah-belah akibat isu-isu negatif. Ingat kata pepatah, “bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh.”

Bentuk keberagaman di Indonesia

Indonesia adalah negara yang kaya, baik dari segi sumber daya alam maupun keberagamannya. Ada beberapa bentuk keberagaman di Indonesia, mulai dari keberagaman suku, keberagaman agama, keberagaman ras, dan juga keberagaman anggota golongan.

Keberagaman suku

Indonesia adalah negara kepulauan. Dari geografis yang berbeda-beda tersebut, Indonesia memiliki banyak sekali suku. Suku bangsa atau yang disebut juga etnik dapat diartikan sebagai pengelompokan atau penggolongan orang-orang yang memiliki satu keturunan. Selain itu, kelompok suku bangsa ditandai dengan adanya kesamaan budaya, bahasa, agama, perilaku atau ciri-ciri biologis yang dimiliki.

Setiap suku bangsa mempunyai ciri atau karakter tersendiri, baik dalam aspek sosial maupun budaya. Indonesia memiliki lebih dari 300 kelompok suku, lebih tepatnya 1.340 suku bangsa. 

Keberagaman agama

Indonesia adalah negara yang religius. Hal itu dibuktikan dalam sila pertama Pancasila, yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa. Kebebasan dalam beragama dijamin dalam UUD 1945 pasal 29 yang menyatakan bahwa negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa dan Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu.

Di Indonesia sendiri, ada enam agama yang diakui oleh negara. Agama-agama yang diakui oleh negara adalah Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Budha, dan juga Konghucu. Keenam agama harus hidup berdampingan di masyarakat dengan prinsip toleransi antarumat beragama.

Keberagaman ras

Ras merupakan klasifikasi yang digunakan untuk mengategorikan manusia melalui ciri fenotipe [ciri fisik] dan asal usul geografis. Asal mula keberagaman ras di Indonesia disebabkan oleh beberapa faktor seperti bangsa asing yang singgah di Tanah Air, sejarah penyebaran ras dunia, dan juga kondisi geografis. 

Ada beberapa ras yang tersebar di berbagai wilayah di Indonesia. Ras Malayan-Mongoloid yang berada di Sumatra, Jawa, Bali, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan, dan Sulawesi. Ras Melanesoid mendiami wilayah Papua, Maluku, dan juga Nusa Tenggara Timur. Selain itu, ada juga ras Asiatic Mongoloid yang tersebar di berbagai wilayah di Indonesia, yaitu seperti orang Tionghoa, Jepang, dan Korea. Terakhir, ada ras Kaukasoid, yaitu orang-orang India, Timur-Tengah, Australia, Eropa, dan Amerika.

Keberagaman anggota golongan

Dalam masyarakat multikultural, keberagaman golongan bisa terjadi secara vertikal dan horizontal. Untuk vertikal, terdapat hierarki lapisan atas dan lapisan bawah yang cukup tajam. Contohnya seperti status sosial, pendidikan, jabatan, dan sebagainya. Secara horizontal, biasanya anggota golongan setara dan tidak ada hierarki. Namun, hal ini mengakibatkan banyak yang merasa anggota golongannya paling benar sehingga merendahkan anggota golongan lainnya. Contohnya adalah agama, idealisme, adat-istiadat, dan sebagainya.

Pentingnya menjaga toleransi di dalam keberagaman

Meskipun Indonesia adalah negara yang kaya akan perbedaan dan keberagaman, hal tersebut membuat Indonesia rentan terpecah-belah akibat perbedaan yang ada. Perpecahan di masyarakat bisa memicu konflik yang menimbulkan kerugian banyak pihak.

Oleh karenanya, diperlukan sifat toleran dan juga tenggang rasa terhadap perbedaan dan kemajemukan di masyarakat. Sifat toleransi haruslah ditanamkan sejak dini supaya bisa menerima perbedaan yang ada.

Contoh perilaku toleransi seperti memberikan kesempatan kepada tetangga melakukan ibadahnya, tolong-menolong antarwarga ketika melaksanakan hari raya, dan tidak membeda-bedakan tetangga, dan menghargai perbedaan budaya yang ada.

Sikap dan perilaku toleransi terhadap keberagaman masyarakat merupakan kunci untuk meningkatkan persatuan dan kesatuan, serta mencegah proses perpecahan masyarakat, bangsa dan negara Indonesia. Setiap individu hendaknya mengaplikasikan perilaku toleran terhadap keberagaman suku, agama, ras, budaya, dan antargolongan.

Referensi: Modul PPKN SMP Terbuka Keberagaman Suku, Ras, Agama, dan Antargolongan dalam Bingkai Bhinneka Tunggal Ika untuk kelas VII terbitan Direktorat SMP tahun 2020

Penulis: Pengelola Web Direktorat SMP

Manusia adalah makhluk yang diciptakan dengan kesempurnaan dalam cara berpikir serta caranya untuk mengendalikan diri. Manusia diberikan nafsu juga hasrat. Yaitu hasrat untuk mencapai tujuan dengan memenuhi syarat untuk menjadi manusia yang berkarakter.

Dengan kelebihan akal pikiran dan budi pekerti yang Tuhan titipkan, manusia mampu berpikir tentang bagaimana cara ia hidup, dan bagaimana caranya untuk bertahan hidup. Dengan perkembangan pola pikir yang luas, setiap bentuk dari masalah yang dialaminya akan menemui jalan keluar sendiri.

Dan dengan budi pekerti, manusia dapat dikatakan sebagai makhluk yang perasa. Makhluk yang senantiasa menggunakan kata hati, berupa panduan akal dan perasaan yang dapat membedakan antara perbuatan baik dan yang buruk.

Apa yang dimaksud dengan hakikat keberadaan manusia sebagai makhluk sosial?

Menurut Murtadlo Munthahari, manusia adalah makhluk serba dimensi [1992:125] Hal ini dapat dilihat dari;

  • Dimensi pertama, secara fisik manusia hampir sama dengan hewan yang membutuhkan makan, minum, istirahat dan menikah supaya ia dapat tumbuh dan berkembang.

  • Dimensi kedua, manusia memiliki sejumlah emosi yang bersifat etis, yaitu ingin memperoleh keuntungan dan menghindari kerugian.

  • Dimensi ketiga, manusia memiliki perhatian terhadap keindahan.

  • Dimensi keempat, manusia memiliki dorongan untuk menyembah Tuhan.

  • Dimensi kelima, manusia memiliki kemampuan dan kekuatan yang berlipat ganda, karena ia dikarunia akal, pikiran dan kehendak bebas, sehingga ia mampu menahan hawa nafsu dan menciptakan keseimbangan dalam hidupnya.

  • Dimensi keenam, manusia mampu mengenal dirinya [Assegaf, 2005: 57].

Kamu sudah tidak asing lagi dengan kalimat yang menyatakan bahwa “manusia adalah makhluk sosial” bukan? Interaksi yang terjadi antara seseorang dengan yang lain, merupakan bentuk atau ciri dari makhluk itu sendiri.
Antara manusia yang satu dengan yang lainnya, akan saling membutuhkan. Sekali pun kamu menampik dengan mengatakan bahwa semua hal mampu kamu lakukan dengan sendiri, namun kamu masih membutuhkan keberadaan orang-orang disekitarmu.

peranan manusia sebagai makhluk sosial, sejatinya sudah menjadi kodratnya secara lahiriyah. Setiap kegiatan yang dilakukan guna keberlangsungan hidupnya, disadari atau tidak disadari memiliki konteks dalam kehidupan sosial

Mengapa manusia perlu untuk bersosialiasi?

Setiap interaksi yang dilakukan sesama manusia digunakan untuk berkomunikasi. Mulai dari interaksi dalam ruang lingkup keluarga hingga mencapai ranah umum untuk pemenuhan kegiatan sosial. Misalnya dalam hal pekerjaan.

Kegiatan sosialisasi pun dianggap berhasil jika setiap individu mampu mengetahui perannya di dalam suatu masyarakat.

Untuk mengetahui hakikat manusia sebagai makhluk sosial, tentunya kamu harus memulai ini secara pribadi. Maksudnya pahami dulu makna yang terkandung dari manusia sebagai pribadi yang berhakikat.

Kemudian setelah kamu tahu makna tersebut, setiap individu akan menjadikan setiap norma-norma sosial yang tumbuh di masyarakat akan dijadikannya sebagai patokan atau acuan dalam kehidupan berkelompok atau lebih luasnya bermasyarakat.

Sejak kapan manusia dituntut untuk memiliki jiwa sosial yang tinggi?

Pendidikan sosial kiranya sudah mulai ditanamkan didalam diri setiap insan saat kita masih kanak-kanak. Dimana anak usia lima tahun, sudah mulai mengenali lingkungan, berinteraksi dengan anak sebayanya dan juga yang paling penting dengan keluarganya sendiri.

Pendidikan sosial yang diberikan pada anak jika dilakukan secara tepat sasaran, mampu membentuk pribadi anak yang mandiri dan pandai bersosialiasi. Sehingga, dalam menjajaki masa-masa pertumbuhannya kelak tak akan ada istilah kesulitan dalam pergaulan atau pun timbulnya rasa minder.

Ruang lingkup sosial bagi setiap manusia apakah sama?

Seperti telah dipaparkan diatas, ruang lingkup sosialisasi yang pertama kali kamu kenal adalah di dalam keluarga. Interaksi yang terjadi pun sangat kompleks, sehingga bisa dikatakan bahwa ruang lingkup setiap orang bersumber dari satu hal, yaitu keluarga.

Untuk selanjutnya, kegiatan sosial pun berlanjut pada tahap jenjang pendidikan. Dimana kepribadian diri kita semua dibentuk dalam lingkungan pendidikan secara bertahap.

Namun, pemahaman setiap orang tentang hakikat manusia sebagai makhluk sosial belum dipahami secara mendalam. Kebanyakan dari mereka hanya tahu konsepnya saja, tanpa tahu bagaimana penerapan dalam kehidupan sosial bermasyarakat yang nyata.

Lalu bagaimana langkah-langkah bersosialiasi yang baik dan sesuai dengan norma dalam masyarakat?

Hendaknya setiap orang menjaga perilaku dalam bersosialiasi. Perilaku manusia dalam menyikapi kehidupan, bisa menjadi tolak ukur baik buruknya seseorang di mata publik. Sikap mencerminkan pribadi kita. Bagaimana seseorang bersikap dan bagaimana cara ia dalam berperilaku, merupakan wujud jati diri yang ia miliki.

Dalam bersosialiasi, seseorang bisa mendapatkan citra yang baik jika halnya perilakunya sopan dan santun. Begitu pun sebaliknya, jika ia terkesan menunjukkan emosionalnya secara terang-terangan, berperilaku buruk dan terkesan acuh tak acuh, maka publik akan melabeli dirinya sebagai orang asos atau anti sosial.

Di negara indonesia pada umumnya, kehidupan bermasyarakat lebih mengacu pada budaya timur tengah. Sehingga nilai-nilai kepercayaan terhadap agama yang dianut pun, menjadi dasar manusia dalam hidup bersosialiasi maupun dalam berperilaku.

PENUTUP

Cara setiap individu mungkin berbeda-beda dalam mengekspresikan diri. Namun, jati bangsa ditentukan oleh perilaku bangsanya sendiri dalam memahami hakikat kedudukan manusia. Setiap manusia mempunyai harkat dan derajat yang sama di mata Tuhan. Tak ada lagi istilah diskriminasi dalam sejarah bangsa kita.

Stop dehumanisasi. Wujudkan Indonesia yang sejahtera dan bangsa yang berharkat sosial yang tinggi.

Video yang berhubungan

Bài mới nhất

Chủ Đề