Salah satu fungsi rumah panggung yang berasal dari jambi adalah

Penulis : Hendri Purnomo

A. Kajang Lako Rumah Orang Batin [Jambi]
Identitas Rumah Adat Orang Batin adalah salah satu suku bangsa yang ada di Provinsi Jambi. Sampai sekarang orang Batin masih mempertahankan adat istiadat yang diwariskan oleh nenek moyang mereka, bahkan peninggalan bangunan tua pun masih bisa dinikmati keindahannya dan masih dipergunakan hingga kini. Konon kabarnya orang Batin berasal dari 60 tumbi [keluarga] yang pindah dari Koto Rayo. Ke 60 keluarga inilah yang merupakan asal mula Marga Batin V [baca: lima], dengan 5 dusun asal. Jadi daerah Marga Batin V itu berarti kumpulan 5 dusun yang asalnya dari satu dusun yang sama. Kelima dusun tersebut adalah Tanjung Muara Semayo, Dusun Seling, Dusun Kapuk, Dusun Pulau Aro, dan Dusun Muara Jernih. Daerah Margo Batin V [baca: lima] kini masuk wilayah Kecamatan Tabir, dengan ibukotanya di Rantau Panjang, Kabupaten Sorolangun Bangko. Pada awalnya orang Batin tinggal berkelompok, terdiri dari 5 kelompok asal yang membentuk 5 dusun. Salah satu perkampungan Batin yang masih utuh hingga sekarang adalah Kampung Lamo di Rantau Panjang. Rumah-rumah di sana dibangun memanjang secara terpisah, berjarak sekitar 2 m, menghadap ke jalan. Di belakang rumah dibangun lumbung tempat menyimpan padi.

Pada umumnya mata pencaharian orang Batin adalah bertani, baik di ladang maupun di sawah. Selain itu, mereka juga berkebun, mencari hasil hutan, mendulang emas, dan mencari ikan di sungai.

Bentuk Rumah Rumah tinggal orang Batin disebut Kajang Lako atau Rumah Lamo. Bentuk bubungan Rumah Lamo seperti perahu dengan ujung bubungan bagian atas melengkung ke atas. Tipologi rumah lamo berbentuk bangsal, empat persegi panjang dengan ukuran panjang 12 m dan lebar 9 m. Bentuk empat persegi panjang tersebut dimaksudkan untuk mempermudah penyusunan ruangan yang disesuaikan dengan fungsinya, dan dipengaruhi pula oleh hukum Islam. Sebagai suatu bangunan tempat tinggal, rumah lamo terdiri dari beberapa bagian, yaitu bubungan/atap, kasau bentuk, dinding, pintu/jendela, tiang, lantai, tebar layar, penteh, pelamban, dan tangga. Bubungan/atap biasa juga disebut dengan ‘gajah mabuk,’ diambil dari nama pembuat rumah yang kala itu sedang mabuk cinta tetapi tidak mendapat restu dari orang tuanya. Bentuk bubungan disebut juga lipat kajang, atau potong jerambah. Atap dibuat dari mengkuang atau ijuk yang dianyam kemudian dilipat dua. Dari samping, atap rumah lamo kelihatan berbentuk segi tiga. Bentuk atap seperti itu dimaksudkan untuk mempermudah turunnya air bila hari hujan, mempermudah sirkulasi udara, dan menyimpan barang. Kasau Bentuk adalah atap yang berada di ujung atap sebelah atas. Kasau bentuk berada di depan dan belakang rumah, bentuknya miring, berfungsi untuk mencegah air masuk bila hujan. Kasau bentuk dibuat sepanjang 60 cm dan selebar bubungan. Dinding/masinding rumah lamo dibuat dari papan, sedangkan pintunya terdiri dari 3 macam. Ketiga pintu tersebut adalah pintu tegak, pintu masinding, dan pintu balik melintang. Pintu tegak berada di ujung sebelah kiri bangunan, berfungsi sebagai pintu masuk. Pintu tegak dibuat rendah sehingga setiap orang yang masuk ke rumah harus menundukkan kepala sebagai tanda hormat kepada si empunya rumah. Pintu masinding berfungsi sebagai jendela, terletak di ruang tamu. Pintu ini dapat digunakan untuk melihat ke bawah, sebagai ventilasi terutama pada waktu berlangsung upacara adat, dan untuk mempermudah orang yang ada di bawah untuk mengetahui apakah upacara adat sudah dimulai atau belum. Pintu balik melintang adalah jendela terdapat pada tiang balik melintang. Pintu itu digunakan oleh pemuka-pemuka adat, alim ulama, ninik mamak, dan cerdik pandai. Adapun jumlah tiang rumah lamo adalah 30 terdiri dari 24 tiang utama dan 6 tiang palamban. Tiang utama dipasang dalam bentuk enam, dengan panjang masing-masing 4,25 m. Tiang utama berfungsi sebagai tiang bawah [tongkat] dan sebagai tiang kerangka bangunan. Lantai rumah adat dusun Lamo di Rantau Panjang, Jambi, dibuat bertingkat. Tingkatan pertama disebut lantai utama, yaitu lantai yang terdapat di ruang balik melintang. Dalam upacara adat, ruangan tersebut tidak bisa ditempati oleh sembarang orang karena dikhususkan untuk pemuka adat. Lantai utama dibuat dari belahan bambu yang dianyam dengan rotan. Tingkatan selanjutnya disebut lantai biasa. Lantai biasa di ruang balik menalam, ruang tamu biasa, ruang gaho, dan pelamban. Tebar layar, berfungsi sebagai dinding dan penutup ruang atas. Untuk menahan tempias air hujan, terdapat di ujung sebelah kiri dan kanan bagian atas bangunan. Bahan yang digunakan adalah papan. Penteh, adalah tempat untuk menyimpan terletak di bagian atas bangunan. Bagian rumah selanjutnya adalah pelamban, yaitu bagian rumah terdepan yang berada di ujung sebelah kiri. Pelamban merupakan bangunan tambahan/seperti teras. Menurut adat setempat, pelamban digunakan sebagai ruang tunggu bagi tamu yang belum dipersilahkan masuk.

Sebagai ruang panggung, rumah tinggal orang Batin mempunyai 2 macam tangga. Yang pertama adalah tangga utama, yaitu tangga yang terdapat di sebelah kanan pelamban. Yang kedua adalah tangga penteh, digunakan untuk naik ke penteh.

B. Rumah Tuo
Identitas Rumah Tuo Jambi pernah berada pada masa-masa gundah pencarian identitas diri. Bahkan, gubernurnya sampai harus menyelenggarakan sayembara untuk memastikan rumah adat macam apa yang sesuai untuk dijadikan identitas negeri “Sepucuk Jambi Sembilan Lurah” ini. Jambi agak unik dibandingkan dengan daerah-daerah lain di Nusantara. Jika banyak rumah adat daerah lain mulai menghilang seiring dengan kemajuan zaman, masyarakat Jambi justru tengah menikmati eforia membangun rumah-rumah berarsitektur adat. Sebenarnya, kegairahan ini sudah dimulai sejak tahun 1970-an, tatkala Pemerintah Provinsi Jambi menetapkan konsep arsitektur rumah yang menjadi ciri khas Jambi. Gambaran jelas tentang wujud rumah adat tersebut dapat kita temukan saat bertandang ke kompleks Kantor Gubernur Jambi di Telanaipura, Kota Jambi. Tepat pada sisi kanan bangunan kantor kita akan temukan rumah adat bertiang, berwarna hitam, lengkap dengan tanduk kambing bersilang ke dalam pada ujung atapnya. Bangunan dengan arsitektur ini merupakan hasil sayembara yang dimenangi salah seorang arsitek, yang juga pejabat daerah setempat. Di sebuah pemukiman tertua di Jambi, diperoleh data bahwa dari sinilah sesungguhnya identitas Jambi melalui rumah adatnya terkuak. Permukiman ini berlokasi di Dusun Kampung Baru, Kelurahan Rantau Panjang, Kecamatan Tabir, Kabupaten Merangin, Jambi. Masih terdapat 60-an rumah adat berusia sekitar 600 tahun di sana. Pemukiman tertua itu dikelilingi ratusan rumah adat sejenis, tetapi usia rumah-rumah tersebut sudah jauh lebih muda. Sangat mengagumkan, betapa masyarakat setempat masih sangat menghargai warisan adat leluhurnya. Rumah Jambi identik dengan adat Melayu Kuno. Di dalam rumah tergambar tentang hubungan manusia dalam sebuah keluarga inti, keluarga besar, dan masyarakat. Ada penghormatan terhadap nini mamak, jaminan perlindungan bagi anak-anak, hidup berkecukupan dalam keluarga, dan keharmonisan sosial dalam masyarakat. Di sini, etika hidup pun sangat dijunjung. Rumah tertua di sana disebut Rumah Tuo milik Umar Amra [67 thn], keturunan ke-13 dari Undup Pinang Masak. Ia adalah salah seorang bangsawan Melayu Kuno yang eksodus dari Desa Kuto Rayo, Tabir. Rumah bertiang ini masih kokoh meski tiang-tiang dan kerangkanya dari kayu kulim, yang sangat keras dagingnya itu, sudah berusia 600 tahun. Menurut pemiliknya, rumah ini dulunya dibangun atas hasil kesepakatan dan gotong royong dari semua anggota keluarga besar. Ada 19 keluarga pelarian dari Kuto Rayo yang bersama-sama membangun rumah ini. Setelah jadi satu rumah, mereka bersama-sama membangun rumah keluarga yang lain. Begitu seterusnya sampai tuntas dibangun 19 rumah. Kesepakatan para leluhur menetapkan 20 tiang dipancang untuk menegakkan sebuah rumah. Atapnya semula dari daun rumbia, namun kini telah berganti seng. Kolong rumah jadi gudang penyimpanan kayu bakar untuk memasak dan tempat ternak. Rumah tuo melebar tampak dari muka, dengan tiga jendela besar yang selalu dibuka pemiliknya hingga sore. Begitu cermatnya nenek moyang mereka, sampai-sampai etika diatur melalui penataan jendela. Etika bertamu diatur oleh hukum adat. Tamu yang bertandang akan masuk ke rumah lewat tangga di sebelah kanan. Untuk tamu yang masih bujang, panggilan anak laki-laki belum menikah yang hendak bertamu, hanya boleh duduk sampai batas jendela paling kanan. Artinya, ia hanya boleh duduk paling dekat pintu masuk dan tidak boleh lebih ke dalam lagi. Sedangkan yang dapat duduk sedikit lebih dalam, setidaknya sampai ke batas jendela kedua, adalah bujang dari keluarga besar alias punya ikatan keluarga dengan pemilik rumah. Yang dapat masuk ke rumah hingga ke bagian dalamnya adalah kaum pria yang telah menikah dan kaum perempuan.

Bilik melintang pada sisi dalam yang paling kiri adalah wilayah khusus bagi tetua kampung atau tamu kehormatan. Panjang bilik sekitar empat meter. Pada acara-acara rembuk warga, mereka yang duduk dalam bilik melintang akan dapat melihat seluruh tamu, atau tamu-tamu yang baru akan masuk rumah melalui tangga.

Jambi ialah salah satu provinsi di Indonesia, tepatnya di tengah pulau Sumatera. Jambi terbentuk sejak abad ke-18, persisnya adalah setelah kemunculan Kerajaan Melayu Jambi yang berlokasi di pinggiran sungai Batanghari. Terkait budaya, masyarakat Jambi kebanyakan berasal dari suku Melayu. Mereka memiliki beberapa keunikan tersendiri, di antaranya adalah menjaga ikon budaya dalam bentuk rumah adat Jambi yang bernama Kajang Leko. Rumah adat provinsi Jambi ini memiliki desain arsitektur yang unik dan khas serta filosofi yang sangat dalam. Berikut akan dijelaskan lebih lanjut terkait rumah adat Kajang Leko asal Provinsi Jambi.

Gambar Rumah Adat Jambi Kajang Leko

Rumah Adat Jambi Kajang Leko

Rumah Panggung Kajang Leko atau yang lebih umum disebut rumah Kajang Leko ialah desain hunian baru. Rumah ini baru ditetapkan sebagai rumah adat asal Jambi setelah serangkaian proses pencarian yang cukup panjang. Di tahun 1970an, pemerintah kala itu berencana membangun Taman Mini Indonesia Indah serta mewajibkan tiap provinsi mengirim desain ikon dari kebudayaannya  masing-masing. Gubernur Jambi kemudian mencari salah satu dari beberapa desain rumah adat Jambi yang ada sebagai ikon rumah adat asal Jambi. Pencarian yang dilakukan kala itu digelar dalam bentuk sayembara bernama Sepucuk Jambi Sembilan Lurah. Dari sinilah akhirnya ditemukan desain yang tepat yaitu Rumah Kajang Leko. Rumah ini memiliki desain tertua yang akhirnya ditetapkan sebagai ikon budaya dari Jambi.

Nama Rumah adat Jambi adalah Kajang Leko, ini merupakan rumah yang strukturnya mirip rumah panggung. Konsepnya menggunakan aristektur Marga Batin. Jika dilihat dari atas, Rumah Kajang Leko memiliki bentuk persegi panjang berukuran 12 meter x 9 meter. Rumah ditopang menggunakan 30 tiang besar yang terdiri dari 24 buah tiang utama serta 6 buah tiang pelamban. Sebagai rumah panggung, akan ditemukan tangga masuk yang digunakan untuk menaiki rumah. Terdapat dua buah tangga yang digunakan sebagai jalan masuk. Salah satunya ada di sebelah kanan dan berfungsi sebagai tangga utama. Sementara tangga lainnya dinamakan tangga panteh.

Bagian atap rumah adat Jambi ini memiliki konstruksi yang unik pula. Atapnya dinamakan Gajah Mabuk. Nama ini konon diambil sesuai nama si pembuat desain. Bubungan atapnya tampak seperti perahu dan ujung atasnya melengkung. Lengkungan itu dinamakan lipat kajang atau potong jerambah. Sementara bagian langit-langitnya memiliki material yang bernama tebar layar. Tebar layar sendiri adalah sebuah plafon yang berfungsi untuk memisahkan loteng dengan ruangan-ruangan di bawahnya. Loteng akan digunakan sebagai ruang penyimpanan, karena itulah terdapat tangga petetah yang akan digunakan untuk naik ke atas loteng. Ragam keunikan di atas hanya bisa ditemukan pada rumah adat Kajang Leko asal Provinsi Jambi, Indonesia.

Fungsi Rumah Adat Kajang Leko

Walau kini rumah adat Jambi lebih memiliki peran sebagai identitas budaya, akan tetapi sejak masa silam, rumah ini memiliki fungsi sebagai tempat tinggal. Untuk menunjang fungsinya sebagai hunian, rumah Kajang Leko dibagi ke dalam beberapa ruangan. Masing-masing ruangan memiliki fungsinya tersendiri.

  1. Pertama ada ruang pelamban. Ruangan ini ada di sebelah kiri bangunan. Struktur ruang pelamban secara khusus dibuat dari bambu belah yang diawetkan serta disusun jarang supaya air dapat mengalir dengan mudah. Sesuai namanya, ruang ini digunakan sebagai ruang tunggu untuk para tamu yang datang berkunjung namun belum diizinkan masuk ke dalam rumah.

  2. Kedua ada ruang gaho. Ruangan ini juga ada di sebelah kiri dari bangunan namun posisinya memanjang. Fungsi dari ruang gaho ialah sebagai tempat penyimpanan barang serta persediaan makanan. Ruangan ini turut difungsikan pula sebagai dapur. Di dalamnya akan kita temukan ukiran motif ikan pada bagian dinding.

  3. Ketiga ada ruang masinding. Ruangan ini ada di bagian depan dari rumah adat Jambi serta fungsinya adalah untuk menggelar ritual kenduri maupun musyawarah. Fungsi inilah yang menjadikan ruang masinding memiliki ukuran yang cukup luas. Pada dindingnya akan ditemukan ukiran bermotif. Di antaranya adalah ukiran motif tampuk manggis pada bagian atas dari pintu masuk, ukiran motif bungo tanjung pada bagian depan masinding serta ukiran motif bungo jeruk di bagian luar dari belandar atas pintu.

  4. Keempat ada ruang tengah. Sesuai namanya, ruangan ini terletak di bagian tengah dari rumah serta tidak terpisah dari ruangan masinding. Saat kenduri berlangsung, para wanita umumnya akan menempati ruang tengah ini.

  5. Kelima ada ruang dalam atau disebut juga ruang balik menalam. Ruangan ini masih dibagi lagi menjadi beberapa kamar, di antaranya adalah kamar tidur untuk anak perempuan, kamar tidur orang tua serta ruang makan. Para tamu yang datang berkunjung takkan diizinkan memasuki bagian rumah adat Jambi yang satu ini.

  6. Keenam ada ruang balik malintang. Ruangan ini letaknya ada di sebelah kanan serta menghadap ke ruang masinding dan ruang tengah. Lantai ruang balik malintang akan dibuat lebih tinggi dibanding ruangan lain dalam rumah.

  7. Ketujuh ada ruang bauman. Ruangan ini adalah satu-satunya ruangan dalam rumah adat Jambi yang tidak memiliki lantai serta dinding. Ruang bauman hanya digunakan utnuk memasak saat diselenggarakan kenduri maupun kegiatan lain.

Keunikan Rumah Adat Jambi

Jika diperhatikan dengan lebih seksama, bentuk rumah adat Kajang Leko dari Jambi ini memiliki beberapa keunikan dan ciri khas tersendiri. Ciri khas inilah yang menjadikannya unik apabila dibandingkan desain rumah adat lainnya di Indonesia yang berasal dari provinsi lain. Ciri khas dari keunikan rumah adat Jambi Kajang Leko di antaranya adalah:

  1. Strukturnya menyerupai rumah panggung dan dilengkapi dua buah tangga, yaitu tangga utama serta tangga tambahan

  2. Bentuk atapnya tampak seperti perahu dan dilengkapi cabang yang bentuknya melengkung serta saling bertemu

  3. Dindingnya dilengkapi banyak ukiran dengan motif yang beragam. Masing-masing ukiran ternyata memiliki maknanya sendiri-sendiri. Misalnya, ukiran dengan motif ikan akan melambangkan masyarakat yang bermatapencaharian sebagai nelayan. Motif flora seperti bunga, daun dan buah-buahan akan menjadi lambang betapa pentingnya peran hutan bagi masyarakat Melayu Jambi.

Demikian adalah penjelasan singkat terkait rumah adat Jambi yaitu Kajang Leko, mulai dari sejarah, bagian-bagian dalam rumah hingga ciri khas serta nilai filosofisnya. Rumah adat ini bias ditemukan di Pronvinsi Jambi, Sumatera. Kita juga dapat melihatnya di Taman Mini Indonesia Indah yang menghadirkan rumah-rumah adat dari seluruh provinsi di Indonesia. Sebagai bangsa Indonesia yang mencintai tanah airnya, penting untuk mengetahui apa saja rumah adat dari tiap provinsi, terutama provinsi tempat di mana kita tinggal. Rumah Kajang Leko dengan beragam keunikan dan ciri khasnya telah menjadi ikon tersendiri bagi Provinsi Jambi. Tidak lengkap rasanya menjelaskan tentang Provinsi Jambi tanpa menyebutkan seputar Rumah Kajang Leko ini. Hal ini tentu membuktikan betapa besar arti Rumah Kajang Leko.

Video yang berhubungan

Bài mới nhất

Chủ Đề