Apa penyebab awal Belanda datang ke Indonesia?

Berkembangnya kegiatan penjelajahan samudera dan perdagangan Eropa membuat para pedagang Belanda merencanakan sebuah ekspedisi menuju pulau rempah di Asia. Tujuan Belanda datang ke Indonesia tidak jauh berbeda dengan bangsa-bangsa Eropa lainnya, yaitu berburu rempah-rempah, mencari kekayaan, perdagangan, dan mencari daerah jajahan. Belanda datang pertama kali ke Indonesia pada tahun 1596, di bawah pimpinan Cornelis de Houtman, dan berhasil mendarat di Pelabuhan Banten. Keberhasilan ekspedisi Cornelis de Houtman mampu membuka jalan bagi penjelajahan selanjutnya yang dilakukan oleh pedagang-pedagang Belanda.

Dengan demikian tujuan kedatangan Belanda ke Indonesia adalah untuk berburu rempah-rempah, mencari kekayaan, perdagangan, dan mencari daerah jajahan.

Lihat Foto

Dok. KOMPAS

Penggledahan yang dilakukan oleh tentara Belanda di zaman perang kemerdekaan.

KOMPAS.com - Pada abad ke-16, bangsa-bangsa Eropa seperti Portugis, Belanda, Spanyol, dan Inggris, mulai berlayar ke wilayah timur.

Salah satu tujuan mereka adalah untuk mencari rempah-rempah. Dari pelayaran tersebut, mereka sampai ke Indonesia yang memiliki kekayaan alam sangat melimpah.

Semula mereka hanya berdagang, tetapi keserakahan mulai muncul dan timbul keinginan untuk menguasai nusantara.

Di antara bangsa-bangsa Eropa yang datang, Belanda adalah bangsa yang paling lama menjajah Indonesia.

Lantas, mengapa Belanda bisa menjajah Indonesia dalam jangka waktu yang paling lama dari bangsa Eropa lainnya?

Pada 1596, Belanda di bawah pimpinan Cornelis de Houtman pertama kali mendarat di Banten.

Saat itu, sudah banyak bangsa asing yang melakukan perdagangan di Indonesia. Bahkan beberapa kerajaan telah terikat perjanjian perdagangan dengan Portugis dan Spanyol.

Kedatangan Belanda dimanfaatkan oleh kerajaan untuk melepaskan diri dari Portugis. Kesempatan ini tentu saja dimanfaatkan Belanda dengan sebaik-baiknya.

Belanda mampu mengusir bangsa Eropa lainnya dari Indonesia. Pada akhirnya, Spanyol memilih menjajah Kepulauan Filipina, Portugis menyingkir untuk menguasai Timor Timur, dan Inggris menjajah Malaysia.

Bantuan Belanda ini tidak gratis, upah yang mereka minta adalah kebebasan untuk berdagang di nusantara.

Lihat Foto

Andries van Eertvelt

Lukisan yang menggambarkan kapal-kapal Belanda ?Overijssel?, ?Vriesland?, ?Mauritius? dan ?Hollandia? kembali ke Amsterdam dari ekspedisi kedua mereka di East Indies [Indonesia] pada 1599. Lukisan dibuat oleh Andries van Eertvelt berdasarkan lukisan gurunya, Hendrick Cornelisz Vroom [1566-1640] yang diabadikan di Rijksmuseum, Amsterdam.

KOMPAS.com - Meski Belanda adalah penjajah Indonesia yang paling lama, Belanda bukanlah bangsa Eropa yang pertama menaklukkan Nusantara.

Sebelum Belanda, ada Portugis dan Spanyol yang tiba lebih dulu, di awal abad ke-16. Mengapa Belanda datang belakangan?

Tujuan dan faktor

Dikutip dari A History of Modern Indonesia since c. 1200 [2008] karya MC Ricklefs, di abad ke-16, wilayah-wilayah di Belanda berada di bawah kekuasaan Kerajaan Spanyol.

Namun Revolusi Belanda atau perang kemerdakaan sejak tahun 1560-an, mendorong Belanda mempunyai jalur perdagangan sendiri.

Sebelumnya, Belanda hanyalah perantara atau pengecer rempah-rempah yang dibawa Portugis dari Nusantara.

Baca juga: Tujuan Bangsa Eropa Datang ke Indonesia

Maka pada 1598, Belanda melancarkan ekspedisinya untuk mencari 'Kepulauan Rempah-rempah'.

Sebanyak empat kapal dengan 249 awak dan 64 pucuk meriam berangkat di bawah pimpinan Cornelis de Houtman.

Pada Juni 1596, kapal-kapal de Houtman sampai di Banten, pelabuhan lada terbesar di Jawa Barat.

Orang Belanda yang pertama kali berhasil mendarat di Banten tahun 1596 adalah Cornelis de Houtman.

Namun belum lama singgah, Belanda sudah terlibat perang dengan rakyat pribumi.

Tak hanya rempah-rempah yang membuat Belanda datang ke Indonesia

Jumat , 01 Mar 2019, 06:43 WIB

Perpusnas

Galangan Kapal VOC

Rep: Umi Nur Fadhilah Red: Karta Raharja Ucu

REPUBLIKA.CO.ID, Menengok sejarah penjajahan di Indonesia, tidak bisa lepas dari alasan kedatangan Belanda ke Tanah Air. Saat itu, Indonesia memiliki sebutan Timur Jauh.

Pemerhati warisan budaya kolonial, Lilie Suratminto mengisahkan penjelajahan Belanda ke Indonesia diawali dari keberadaan Compagnie van Verre atau Kongsi Dagang Belanda. Kongsi dagang dari Belanda itu bertugas mengangkut barang dari Lisbon, Portugis [Portugal].

Baca Juga

“Selama 100 tahun [kedatangan Belanda] nyaman saja [di Indonesia]. Karena Belanda sebagai penghubung Lisbon dengan negara Eropa utara,” kata Lilie dalam kegiatan Pindah Tongkrongan [Pintong] ke Museum Bahari-Menara Syahbandar, di kawasan Jakarta Utara, beberapa waktu lalu.

Belanda menjajakan dagangan seperti misum, persenjataan, garam. Kegiatan jual beli itu berlangsung biasa dan tenang. Saat itu, Belanda belum menjadi kerajaan, masih republik serikat.Namun, karena adanya perang dengan Spanyol, Belanda mengalami reformasi. Selain itu, Kerajaan Portugis dipersatukan dengan Kerajaan Spanyol. Kondisi itu berimbas hubungan dengan Indonesia. Kamar dagang Spanyol di Lisabong tutup.

Belanda yang merasa terdesak, memutuskan mencari jalan keluar. Awalnya mereka ke utara. Namun, mereka berhadapan dengan kondisi cuaca dingin hingga semua perbekalan menjadi es. Belanda terjebak di sebelah utara Rusia. Akhirnya mereka juga kehabisan perbekalan.

Tentara VOC

Usaha kedua, Belanda melalui jalur selatan karena takut dengan Spanyol dan Portugal. Mereka sengaja menghindari Spanyol dan Portugal.

Saat itu, seorang Belanda yang bekerja pada Portugis, Jan Huygen van Linschoten mencuri dan menyalin rute perjalanan dari Portugal. Dia mencetak dan menjual rute curiannya itu pada Compagnie van Verre. Kolonialisme dimulai pada abad ke-15 di Indonesia.

Kedatangan bangsa Belanda ke Indonesia dipimpin Cornelis de Houtman. Sebelum datang ke Indonesia, dia dikirim ke Lisbon untuk mempelajari rute ke “pulau rempah” selama enam bulan. Belanda memerlukan rempah-rempah.

Ekspedisi Houtman ke Timur Jauh berlangsung selama satu tahun lamanya. Dia memulai peralanan dari ujung selatan Afrika sampai ke Banten pada 1596.

“Sayangnya mereka kasar, jadi banyak ditolak,” ujar Lilie.Kemudian, Cornelis de Houtman dan saudaranya, Frederick de Houtman kembali ke Indonesia pada 1598. Ekspedisi kali ini dilakukan dalam jumlah besar.

Houtman dan rombongan mendarat di Aceh. Awalnya, masyarakat menyambut baik kedatangan rombongan wong Londo [orang Belanda] itu. Namun, karena terjadi konflik, Houtman dan saudaranya ditangkap. Houtman dipenggal kepalanya di Aceh. Sementara saudaranya, Frederick menjadi tahanan Kerajaan Aceh.

Dalam tahanan, Frederick menulis bahasa-bahasa yang pernah dia dengar di Indonesia, seperti Sunda, Jawa, Aceh. Sementara, bahasa yang digunakan selama proses jual beli yakni, bahasa Melayu.“Dia menyusun kamus, mengumpulkan kosakata dan perdagangan. Dia dipenjara selama 26 bulan. Kemudian, ditebus saudagar Belanda,” kata Lilie.

Tulisan Frederick dicetak di Amsterdam. Buku itu menjadi kamus pertama dalam bahasa Belanda. Pemerhati sejarah Batavia, Andy Alexander menjelaskan Belanda berbondong-bondong ke Indonesia hanya demi membawa rempah-rempah, khususnya pala dan lada hitam.

“Kenapa jauh-jauh ke sini? Karena saat itu, segenggam lada hitam sama dengan segenggam emas,” ujar Andy.

Berdasarkan catatan yang pernah dia baca, pernah ada tiga kapal VOC pulang membawa rempah-rempah dari Indonesia. Namun dalam perjalanan, sebanyak dua kapal karam dan tinggal satu yang sampai ke Belanda.

“Satu kapal itu saja mereka untung [dengan bawaan rempah-rempah], apalagi kalau tiga-tiganya,” ucap Andy.

  • voc ke indonesia
  • belanda cari rempah
  • voc

Silakan akses epaper Republika di sini Epaper Republika ...

tirto.id - Kapal-kapal bangsa Belanda pertama kali masuk perairan kepulauan Indonesia pada 1596 masehi, berpuluh-puluh tahun setelah kedatangan Portugis dan Spanyol. Sebagaimana 2 bangsa Eropa terakhir, kedatangan kapal bangsa Belanda ke nusantara semula dilatarbelakangi tujuan untuk mencari rempah.

Usaha pencarian rempah oleh Belanda tidak terlepas dari dominasi Spanyol dan Portugis, dua imperium terbesar daratan Eropa pada masanya. Tadinya, Belanda mendapat suplai rempah dari Lisboa, ibu kota Portugis. Namun, sejak Spanyol menguasai wilayah Belanda, Negeri Oranje dilarang menerima suplai rempah dari Portugis.

Padahal, menurut sejarawan M. C. Ricklefs dalam buku Sejarah Indonesia Modern 1200-2004, rempah merupakan bahan baku yang sangat penting bagi peradaban bangsa Eropa pada abad ke-15. Oleh orang-orang Eropa, rempah digunakan sebagai bahan obat-obatan, parfum, bumbu masakan, alat ritual agama, dan yang terpenting adalah pengawet makanan.

Fungsi pengawet sangat dibutuhkan karena orang Eropa biasa menyembelih semua binatang ternak ketika musim dingin tiba. Jika tidak, ternak akan mati karena suhu dingin. Daging hasil penyembelihan massal tersebut mesti diawetkan untuk memenuhi kebutuhan selama musim dingin, dan rempah sangat dibutuhkan untuk itu.

Oleh karena itu, Belanda kemudian mencari jalan lain untuk mendapatkan pasokan rempah. Orang-orang Belanda pun kemudian memulai penjelajahan samuderanya.

Latar Belakang Kedatangan Bangsa Belanda ke Indonesia

Meskipun pencarian sumber rempah merupakan faktor utama pendorong pelayaran bangsa Belanda ke nusantara, penjelajahan samudera yang mereka lakukan sejak abad 15 M, tidak hanya didasari tujuan itu.

Mengutip buku Sejarah Indonesia Kelas IX terbitan Kemendikbud, sebagaimana bangsa-bangsa Eropa yang lain, pelayaran para pelaut Belanda ke berbagai belahan dunia didorong beberapa peristiwa politik dan perkembangan teknologi pada abad-15.

Penjelajahan samudera yang dilakukan oleh bangsa Eropa dilakukan setidaknya karena 2 peristiwa politik penting, yakni kekalahan kerajaan-kerajaan Katolik Eropa dalam Perang Salib dan jatuhnya Konstantinopel ke tangan Turki Usmani.

Perang Salib memporak-porandakan jalur perdagangan Eropa dan Asia karena berlangsung di perbatasan 2 benua tersebut. Selain jalur perdagangan, keadaan ekonomi kerajaan-kerajaan Eropa pun menjadi terpuruk. Kas mereka menyusut drastis karena besarnya biaya perang.

Baca juga:

  • Sejarah Politik Etis: Tujuan, Tokoh, Isi, & Dampak Balas Budi
  • Sejarah Penyerbuan dan Penaklukan Kairo oleh Kesultanan Utsmaniyah

Berselang 2 abad setelah Perang Salib selesai, kota Konstantinopel [sekarang Istanbul] jatuh ke tangan imperium Turki Usmani [Ottoman]. Hal ini adalah kabar buruk bagi kerajaan-kerajaan di Eropa karena kota tersebut menjadi titik penting jalur perdagangan antar-benua [Eropa dan Asia].

Sejak Konstantinopel dikuasai Turki Usmani, para pedagang Eropa dilarang datang ke kota itu untuk bertransaksi dengan pedagang-pedagang dari Asia. Laut Tengah kala itu pun dikuasasi oleh Turki Usmani sehingga bagi para pedagang Eropa nyaris tidak ada peluang untuk berinteraksi dengan penyuplai barang dari Timur Jauh.

Terputusnya jalur perdagangan Asia-Eropa tersebut dibarengi oleh perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi bangsa-bangsa Benua Biru. Ilmu geografi dan teknologi pelayaran kalau itu mulai maju pesat di Eropa.

Ilmu pengetahuan dan teknologi pelayaran yang berkembang pesat setelah Perang Salib membuat bangsa-bangsa Eropa berusaha menemukan jalur perdagangan lain melalui laut. Mereka juga berhasrat menemukan dunia baru di daratan-daratan yang masih misterius bagi bangsa-bangsa Eropa, terutama pulau-pulau penghasil rempah.

Pelayaran-pelayaran yang dilakukan tersebut, selain untuk mencari sumber bahan baku dari Asia yang dibutuhkan masyarakat Eropa, juga dijadikan sarana misi penyebaran agama Katolik dan Kristen. Karena itu, lahir istilah gold, glory, and gospel [3G] yang menggambarkan semangat pelayaran para penjelajah Eropa kala itu.

Sejarah Masuknya Bangsa Belanda ke Indonesia

Para penjelajah Belanda pertama kali masuk ke kepulauan Nusantara pada tahun 1595 dengan empat buah kapal, 64 pucuk meriam, dan 249 awak yang dikomandoi oleh Cornelis de Houtman.

Rombongan Cornelis de Houtman sampai di Banten setahun setelahnya, atau 1596. Dari Banten, rombongan ini melanjutkan pelayaran ke arah timur dengan menyusuri pantai Utara Jawa hingga ke Bali.

Cornelis de Houtman dikenal sebagai kapten kapal yang bertabiat buruk. Semula kedatangannya diterima oleh orang-orang Nusantara dengan tangan terbuka. Namun, ulahnya mengubah relasi itu menjadi perseteruan dan peperangan.

Baca juga:

  • Indonesia Dijajah Belanda Gara-Gara Cornelis de Houtman
  • Cornelis de Houtman Tewas dalam Tikaman Rencong Malahayati

Meskipun begitu, rombongan de Houtman berhasil kembali ke Belanda pada 1597 dengan membawa serta banyak peti berisi rempah. Pelayaran pertama Belanda untuk mencari rempah di Nusantara kemudian dianggap sukses.

Keberhasilan rombingan de Houtman kemudian mendorong pelayaran-pelayaran lain dari Belanda menuju wilayah nusantara. Pelayaran-pelayaran yang dilakukan setelah kembalinya rombongan de Houtman dikenal dengan masa wilde vaart [pelayaran tak teratur].

Pada 1598, sebanyak 22 kapal bertolak dari Belanda untuk mengikuti langkah rombongan Cornelis de Houtman. Kapal-kapal tersebut bukan merupakan kapal kerajaan, melainkan milik perusahan-perusahaan swasta Belanda.

Salah satu rombongan di gelombang pelayaran kedua tersebut dipimpin oleh Jacob van Neck. Berbeda dengan de Houtman, van Neck bersikap lebih hati-hati dan tidak mencoba melawan para penguasa lokal Nusantara.

Pada Maret 1599, rombongan van Neck berhasil mencapai Maluku yang kala itu menjadi penghasil utama rempah-rempah dalam jumlah besar. Keberhasilan van Neck menjangkau Maluku membuatnya untung besar saat kembali ke Belanda.

Pada 1601, gelombang pelayaran menuju nusantara kembali datang dari Belanda. Sebanyak 14 buah kapal ikut dalam gelombang pelayaran ketiga ini.

Rangkaian pelayaran itu lantas diikuti dengan langkah orang-orang Belanda memonopoli perdagangan rempah di sejumlah daerah nusantara. Sejarawan M. C. Ricklefs menyebutkan kesuksesan orang-orang Belanda memonopoli perdagangan rempah di Nusantara dikarenakan mereka belajar dari kesalahan Portugis.

Baca juga:

  • Sejarah Pindahnya "Ibu Kota" VOC dari Ambon ke Batavia
  • Kala J.P. Coen Menaklukkan Jayakarta dan Mendirikan Batavia

Sebenarnya, baik Spanyol dan Portugis mencoba merahasiakan keberadaan kepulauan Nusantara dari bangsa lain di Eropa. Namun, terdapat awak kapal asal Belanda dalam kapal Portugis yang melakukan penjelajahan. Orang-orang inilah yang membuat catatan terperinci tentang seluk-beluk strategi, kelebihan, dan kekurangan pelayaran yang dilakukan Portugis.

Tiga gelombang pelayaran orang-orang Belanda ke Nusantara membuat terdapat beberapa perusahaan dagang yang saling bersaing di Nusantara. Akibatnya, keuntungan perdagangan rempah di pasar Eropa berkurang.

Untuk menanggulangi dampak persaingan tersebut, pada 1602, dibentuklah Vereenig de Oost Indische Compagnie [VOC] sebagai perserikatan dagang Belanda. Lewat VOC, perusahaan dagang swasta bersatu dan menghilangkan persaingan sesama pedagang Belanda.

Berdirinya VOC juga menjadi tonggak dominasi Belanda di nusantara. Setelah berhasil memonopoli perdagangan rempah, menguasai Batavia dan sebagian Jawa, hingga mengendalikan raja-raja lokal, VOC menjadi representasi awal dari kolonialisme Belanda di nusantara.

Baca juga artikel terkait PENJAJAHAN BELANDA atau tulisan menarik lainnya Rizal Amril Yahya
[tirto.id - ray/add]


Penulis: Rizal Amril Yahya
Editor: Addi M Idhom
Kontributor: Rizal Amril Yahya

Subscribe for updates Unsubscribe from updates

Video yang berhubungan

Bài mới nhất

Chủ Đề