Jelaskan persamaan dan perbedaan antara sahabat anshar dan sahabat muhajirin

Artikel ini tidak memiliki referensi atau sumber tepercaya sehingga isinya tidak bisa dipastikan. Bantu perbaiki artikel ini dengan menambahkan referensi yang layak. Tulisan tanpa sumber dapat dipertanyakan dan dihapus sewaktu-waktu.
Cari sumber: "Kaum Muhajirin" – berita · surat kabar · buku · cendekiawan · JSTOR

Artikel ini sebatang kara, artinya tidak ada artikel lain yang memiliki pranala balik ke halaman ini.
Bantulah menambah pranala ke artikel ini dari artikel yang berhubungan atau coba peralatan pencari pranala.
Tag ini diberikan pada Maret 2017.


Muhajirin [bahasa Arab: المهاجرون‎; bahasa Indonesia: para imigran] adalah sebutan untuk para pengikut Nabi Muhammad yang hijrah meninggalkan Mekkah, dalam rangka menjaga keimanan mereka dan menyelamatkan diri dari penindasan penduduk Mekkah, yang menentang dakwah Islam di kota tersebut. Kaum Muhajirin sempat melakukan hijrah ke dua tempat, yang pertama kali ke Habsyah, dan yang terakhir ke Madinah.

Di Madinah, Nabi Muhammad mempersaudarakan Muhajirin dengan Anshar, yaitu penduduk Madinah yang telah memeluk agama Islam. Bersama-sama mereka membentuk masyarakat dan pemerintahan yang Islami, yang kokoh mendukung Nabi Muhammad dalam upaya penyebaran agama Islam ke seluruh jazirah Arabia.

Masa hijrah kaum Muhajirin berawal pada tahun 7 SH [613 M], dan berakhir setelah ditaklukkannya Mekkah oleh kaum Muslim pada tahun 8 H [629 M]. Setelah peristiwa penaklukan tersebut, mereka yang berhijrah ke Madinah tidak lagi disebut kaum Muhajirin.

  • Anshar
  • Sahabat Nabi

 

Artikel bertopik Islam ini adalah sebuah rintisan. Anda dapat membantu Wikipedia dengan mengembangkannya.

  • l
  • b
  • s

Diperoleh dari "//id.wikipedia.org/w/index.php?title=Kaum_Muhajirin&oldid=18654313"

Semasa hidupnya, Rasulullah memegang dua peran dalam masyarakat Islam saat itu. Pertama, sebagai rasul yang berkewajiban menyampaikan firman Allah. Kedua, Rasulullah juga berperan sebagai pemimpin kaum muslimin saat itu. Saat wafat, tugas Muhammad SAW telah usai, namun kaum muslimin kala itu memerlukan seseorang untuk melanjutkan kepemimpinan Rasulullah. Mereka merasa perlu adanya seorang pemimpin agar umat muslim tetap bersatu.

Kaum Anshar Berkumpul setelah Rasulullah Wafat

Setelah Rasulullah wafat, pimpinan kaum Anshar dari Aus dan Khazraj berkumpul untuk menentukan khalifah selanjutnya. Mereka kemudian memilih Sa’ad Ibnu Ubadah. Alasannya adalah karena ia merupakan kepala tertinggi dari kaum Anshar saat itu.

Sa’ad kemudian berpidato, dan menyatakan bahwa kaum Anshar merupakan orang yang paling utama untuk menjadi pengganti Rasulullah. Kaum Anshar telah membela Rasulullah dan mempertahankan agama Islam ketika Rasulullah diusir dari Mekkah. Inilah yang membuat mereka beranggapan bahwa tidak ada yang lebih berhak menggantikan Rasulullah selain orang Anshar.

Pernyataan Sa’ad itu mendapat dukungan dari kaum Anshar lainnya. Namun kemudian, ada salah satu orang yang bertanya, “bagaimana kalau saudara-saudara kita, orang Quraisy, tidak setuju dan mereka berpendapat bahwa merekalah kerabat yang paling dekat dengan Rasulullah, serta ahli negeri [berasal dari Mekkah], Apa jawaban kita?”. Seorang Anshar lainnya pun menjawab, “kalau mereka tidak setuju, lebih baik kita pilih saja seorang amil dari pihak kita dan mereka juga memilih amil dari pihaknya, dan kita tidak mau dengan aturan yang lain”. Namun pendapat tersebut disanggah oleh Sa’ad karena dinilai memiliki banyak kelemahan.

Kaum Muhajirin Mendengar dan Menghampiri Kaum Anshar

Sahabat-sahabat Rasulullah, seperti Abu Bakar, Umar, Utsman, dan lainnya terkejut mendengar kaum Anshar telah berdiskusi untuk membicarakan pengganti Rasulullah, bahkan ketika jenazah Rasulullah belum dikubur. Mereka pun langsung menuju ke tempat di mana kaum Anshar berkumpul.

Abu Bakar kemudian berbicara di hadapan mereka. Dalam pidatonya, Abu Bakar menjelaskan tentang peran-peran kaum Muhajirin yang berasal dari kaum Quraisy. Orang-orang Quraisy adalah kaum yang diakui oleh seluruh bangsa Arab sebagai pemimpin sejak dahulu. Kaum Quraisy dipilih Allah sebagai pengawal Ka’bah secara turun temurun. Selain itu, ketika Rasulullah telah hadir dan diutus menjadi rasul, orang Quraisy pula yang pertama kali menyambutnya. Islam pun mulai tumbuh ketika pemuda-pemuda pilihan dari kaum Quraisy menyatakan keimanannya dan menjadi pengikut Rasulullah.

Abu Bakar juga mengakui jasa dari kaum Anshar yang telah menyambut dan menolong kaum Muhajirin. Namun Abu Bakar tetap memohon agar mau memilih pengganti Rasulullah dari kaum Muhajirin, karena alasan-alasan tersebut. Abu Bakar kemudian mengajukan dua orang, yaitu Abu Ubaidah dan Umar sebagai pengganti Rasulullah.

Perdebatan Umar dan Habbab

Namun kemudian, Habbab Ibnu Al Munzir berdiri dan berusaha meyakinkan kaum Anshar bahwa mereka juga berhak untuk menjadi pengganti Rasulullah. Habbab mengusulkan jika mereka menolak usul dari kaum Anshar, maka lebih baik masing-masing kaum memiliki pemimpin sendiri.

Mendengar pernyataan tersebut, Umar kemudian mengingatkan bahwa hal tersebut seharusnya tidak dilakukan, karena dua kepala dalam satu kekuasaan tidak akan bisa berhimpun. Habbab dan Umar kemudian terlibat dalam perdebatan yang lumayan sengit.

Basyir Ibnu Sa’ad dari Kaum Anshar Menengahi

Melihat perdepatan tersebut, Abu Ubaidah kemudian menengahi. Basyir Ibnu Sa’ad, dari kaum Anshar, juga kemudian mengingatkan kaum Anshar bahwa mereka memang memiliki kelebihan dan keutamaan dalam perjuangan Islam. Basyir kemudian meminta mereka untuk mengingat bahwa hal tersebut dilakukan semata-mata mengharapkan ridha dari Allah dan menaati Rasulullah. Karena itu, sangat tidak pantas rasanya jika kaum Anshar mengungkit-ungkit jasa mereka.

Basyir juga menyebutkan bahwa memang kaum Quraisy yang berhak untuk menjadi pengganti Rasulullah, karena Nabi Muhammad berasal dari kaum Quraisy. Karena itu, pertentangan tersebut tidak seharusnya terjadi.

Mendengar penjelasan dari Basyir itu, kaum muslimin pun kembali tenang. Akhirnya Abu Bakar kembali mengajukan Umar dan Abu Ubaidah. Namun Umar dan Abu Ubaidah menolak, karena menilai bahwa Abu Bakar lebih pantas. Abu Bakar adalah orang yang berdua dengan Rasulullah ketika diusir dari kaum Quraisy. Abu Bakar juga seseorang yang dipilih Rasulullah untuk menggantinya sebagai imam shalat ketika beliau sedang sakit.

Singkat cerita, akhirnya Abu Bakar dibaiat oleh Umar, diikuti dengan Abu Ubaidah. Basyir Ibnu Sa’ad, yang merupakan anggota dari suku Aus dari kaum Anshor juga ikut membaiat Abu Bakar sebagai khalifah pengganti Rasulullah.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- “Dan orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad pada jalan Allah [Muhajirin] , dan orang-orang yang memberi tempat kediaman dan memberi pertolongan [ Anshor kepada orang-orang Muhajirin], mereka itulah orang-orang yang benar-benar beriman. Mereka memperoleh ampunan dan rezki [ni`mat] yang mulia”.[QS.Al-Anfal[8]:74].

“Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama [masuk Islam] di antara orang-orang muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang besar”. [QS.At-Taubah[9]:100].

Kaum Muhajirin adalah orang-orang Makkah yang berhijrah ke Madinah pada tahun ke-14 kenabian Muhammad Saw, sementara orang-orang anshar adalah penduduk Madinah yang pada masa kerasulan ridha menerima kedatangan orang-orang muhajirin yang terpaksa meninggalkan kota kelahiran mereka tercinta yaitu Makkah menuju Madinah.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini

hasnakeropi99 hasnakeropi99

Jawaban:

- kaum Muhajirin adalah penduduk Makkah yang telah memeluk Islam dan Hijrah bersama Nabi Muhammad ke Madinah.

- sedangkan dengan Kaum Ansar adalah peny Islam Madianh yang memberi perlindungan kepada kaum Muhajirin di Madianh.

Penjelasan:

maaf kalo jawaban saya kurang tepat.

jadikan lah jawaban saya yg terbaik.

terimakasih

Jawaban:

Maaf saya tidak tahu, maaf ya

ونزول القران في شهر رمضان فيه نص صريح واضح في كتاب الله عز وجل حيث يقول عزمن قائل Tolong artikan ka

Arti dari Surah all fill​

negara yang berhasil ditaklukan oleh Khalifah Umar Bin Khattab diantaranya kecuali A.Mesir B. persia C.Baitul Maqdis D.Spanyol ​

usaha-usaha yang dilakukan Abu Bakar As Siddiq pada saat menjadi Khalifah kecuali A. memerangi orang-orang yang keluar dari agama Islam [murtad]B. Mem … erangi para nabi palsuC. memperbaiki lembaga pemerintahan D. memerangin orang yang enggan membayar zakat​

3. Berikut lafal yang tidak mengandung hukum bacaan izhar syafawi adalah .... 2. C. اضا علهم مشوا إن الأنبياء لم يورثوا رزقنهم ينفقون .b ولهم عذاب .d​

bahasa arab saya meletakkan komputer diatas meja didalam kamar saya​

Perang yang sangat besar dimasa Rasulullah adalah perang... A. Uhud B. Khandak D. Fijar C. Badar​

BANTU JAWAB NANTI AKU FOLLOW YANG B DOANG JUGA NGAK PAPA​

Bagaimana caranya jika seseorang sudah tidak mampu melaksanakan salat dengan telentang? Jelaskan!​

pengertian Al Qoyum apa​

Seorang manusia mempunyai emosi di dalam dirinya. Kadangkala bisa meluapkan amarah, kekecewaan, dan kesedihan. Emosi yang ada dalam diri manusia dapat menyebabkan konflik karena beberapa alasan. Misalnya tawuran yang terjadi oleh para siswa antar sekolah, bisa saja tawuran timbul karena teman satu sekolah tidak terima diejek atau dipukul dan sebagainya. Semakin lama banyak yang ikutan membela temannya yang akhirnya terjadi tawuran. Timbulnya suatu konflik bisa mengarah kepada kekerasan seperti contoh tawuran. Untuk mencegah konflik yang bisa berakibat pada kekerasan, diperlukan rasa saling menerima keberadaan masing-masing individu maupun kelompok yang bertikai. Salah satu cara untuk mendorong perdamaian, diperlukan pihak ketiga sebagai pihak untuk mendamaikan dua pihak yang berselisih.

Dari Abu Hurairah dia berkata: Rasulullah  bersabda : “Janganlah kalian saling dengki, saling menipu, saling marah dan saling memutuskan hubungan. Dan janganlah kalian menjual sesuatu yang telah dijual kepada orang lain. Jadilah kalian hamba-hamba Allah yang bersaudara. Seorang muslim adalah saudara bagi muslim yang lainnya, [dia] tidak menzaliminya dan mengabaikannya, tidak mendustakannya dan tidak menghinanya. Taqwa itu disini [seraya menunjuk dadanya sebanyak tiga kali]. Cukuplah seorang muslim dikatakan buruk jika dia menghina saudaranya yang muslim. Setiap muslim atas muslim yang lain; haram darahnya, hartanya, dan kehormatannya”.[HR. Muslim]

Nabi Muhammad  sebelum menjadi Rasulullah , telah  memiliki sifat-sifat yang mulia. Sifat-sifat yang ada pada Nabi Muhammad  antara lain rajin, jujur, dan dapat dipercaya. Sebelum diangkat menjadi Rasulullah, pernah terjadi pertikaian pada kaum Quraisy saat itu. Berawal dari kegiatan merenovasi bangunan Ka’bah akibat banjir yang telah melanda kota Mekkah. Pada tahap peletakkan Hajar Aswad, mulailah perselisihan para tokoh kaum Quraisy. Masalah yang timbul adalah siapakah yang pantas dalam meletakkan Hajar Aswad tersebut. Kaum Quraisy terdiri dari beberapa kelompok [bani]. Masing-masing kelompok mengajukan bahwa pemimpin kelompok mereka yang pantas meletakkan Hajar Aswad. Tidak menemukan jalan keluar, mereka akhirnya sepakat bahwa barang siapa yang datang paling lewat pintu maka dialah yang pantas meletakkan Hajar Aswad di tempatnya [Al-Mubarakfur, 2015].

Seseorang yang pertama kali masuk adalah Rasulullah . Mereka menjelaskan kepada Rasulullah  mengenai kondisi yang mereka hadapi. Rasulullah  diminta untuk mencari solusi untuk menyelesaikan pertikaian ini. Dia akhirnya meminta sebuah selendang kain. Kemudian para pemuka yang telah berselisih diminta untuk memegang ujung-ujung selendang, Rasulullah  meletakkan hajar aswad di tengah-tengah selendang. Para pemuka membawa Hajar Aswad dengan selendang yang dipegang pada ujung-ujung selendang. Mereka bersama-sama mengangkat dan membawanya ke tempat batu yang akan diletakkan. Ketika sudah mendekati tempat yang akan diletakkan, Rasulullah  mengambil hajar aswad dan meletakkan ke tempat yang ditujukan.

Cara ini merupakan solusi yang paling tepat untuk para pemuka yang berselisih. Alasannya ialah semua pemuka merasakan bahwa mereka ikut terlibat dalam peletakkan Hajar Aswad. Walaupun mereka bukan yang meletakkan batunya, namun dengan memegang ujung selendang, mereka sudah merasa ikut meletakkan. Selain itu sejak awal Rasulullah tidak mencari siapa yang paling berhak, tapi bagaimana semua ini terlibat. Ini menjadi pembelajaran bagi kita bahwa ketika ada orang yang berselisih tidak memihak salah satu.

Kita sebagai seorang muslim mempunyai kewajiban dalam mendamaikan bagi yang bertikai. Apabila yang bertikai tidak mau saling mengalah, dikhawatirkan akan membawa dampak buruk bagi perpecahan umat Islam. Silaturahim akan hancur dan akan saling membenci.

Berikut adalah ayat-ayat tentang mendamaikan orang yang berselisih, “Dan apabila ada dua golongan orang Mukmin berperang, maka damaikanlah antara keduanya.” [Q.S.Al-Hujurat[49]:9]. Dalam ayat yang lain Allah  berfirman, “Maka bertakwalah kepada Allah dan perbaikilah hubungan di antara sesamamu.” [Q.S.Al-Anfal[8]:1]

Kadangkala kita merasa takut dalam mendamaikan perselisihan. Kita khawatir apabila ikut campur dalam perselisihan, masalah akan timbul lebih parah. Padahal tidak demikian. Justru dalam perselisihan diperlukan orang ke tiga untuk mendamaikan. Allah menekankan kepada hambanya untuk selalu peduli. Masalah hasil, Allah tidak melihat keberhasilan tapi melihat usaha kita. Selama kita berusaha, Allah juga akan menolong hambanya.

Kita mungkin bisa melakukan ibadah dengan rajin dan melaksanakannya dengan baik, namun bila kita tidak peduli apa yang ada di lingkungan kita apalah artinya ibadah. Di luar sana banyak orang yang saling bertikai secara terbuka maupun tertutup. Apabila kita sebagai seorang muslim tidak bertindak maka cepat atau lambat perpecahan umat Islam akan terjadi.

Di era sekarang kita telah melihat dengan sendirinya bahwa telah terjadi perpecahan di dalam masyarakat. Tidak hanya sedikit orang, banyak malahan. Banyaknya perselisihan yang tak kunjung selesai menjadi sebuah pertanyaan bagi kita sendiri. Jangan-jangan kitalah yang selama ini diam hanya menyaksikan pertikaian? Atau malah kita menikmati pertikaian sebagai hiburan semata?

Pengalaman tercerai berainya umat Islam sebenarnya pernah terjadi di masa kehancuran Bani Abbasiyah. Terjadinya kemunduran tidak lain merupakan akibat dari  pertikaian yang tidak kunjung selesai. Tidak bersatunya umat Islam mengakibatkan Bani Abbasiyah sudah tidak memiliki kekuatan untuk melawan pasukan Mongol atau Tartar. Hanya dalam 40 hari, dinasti yang sudah ada selama 500 tahun lebih terpaksa lenyap. Detik-detik keruntuhan Bani Abbasiyah merupakan hal yang paling menyakitkan pada masa itu. Untuk pertama kalinya umat Islam tidak merasakan kepemimpinan khalifah, sebelum masuk ke era Turki Usmani.

Inilah pentingnya kita menjaga perdamaian antar sesama muslim. Selama pertikaian terus dibiarkan, keruntuhan umat Islam akan datang. Janganlah saling membenci, bila sedang marah kepada saudaramu maka tahanlah. Selalu jaga emosi, bila ingin mengingatkan teman yang salah maka ungkapkan dengan baik-baik.

Ingatlah selalu kepada ajaran Rasulullah  yang senantiasa untuk sabar. Rasulullah  sebagai panutan kita, maka kita harus mengikutinya. Karena beliau adalah sebaik-baik manusia, bukankan manusia terbaiklah yang pantas kita ikuti? Seperti yang sudah dicontohkan di atas bagaimana Rasulullah menghentikan pertikaian kaum Quraisy dengan caranya. Ingatlah pengalaman umat Islam bagaimana hancurnya persatuan mereka akibat pertikaian yang berujung pada keruntuhan Bani Abbasiyah.

Sepotong Kisah Perselisihan Setelah Rasulullah  Wafat

Ketika Rasulullah  meninggal, banyak sahabat yang sedih. Rasulullah  yang selama ini selalu membimbing umat ke jalan yang lurus akhirnya meninggal dunia. Ia adalah manusia terbaik, selalu tersenyum bila bertemu dengan orang lain. Orang yang melihat Rasulullah  hatinya menjadi sejuk. Rasulullah  juga manusia dan setiap manusia pasti akan mengalami kematian.

Setelah meninggalnya Rasulullah , para sahabat dari kaum anshar dan muhajirin berkumpul untuk membahas siapa yang paling pantas untuk menggantikan Rasulullah  yaitu khalifah. Pemimpin adalah hal yang paling penting dalam mengarahkan umat ke jalan yang lurus. Tanpa ada pemimpin, mustahil umat bisa tetap di jalan yang lurus.

Saqifah Bani Saidah menjadi tempat untuk pertemuan para pemuka kelompok Anshar dan Muhajirin dalam memilih khalifah. Mereka saling mengangkat calon pemimpin dari kelompoknya masing-masing. Kaum Anshar angkat bicara, mereka mengatakan bahwa kaum Anshar adalah para penolong Allah dan sebgaia pionirnya. Mereka khawatir kaum Muhajirin akan mendominasi dalam kekuasaan.

Awalnya Umar bin Khattab dan Abu Ubaidah merupakan dua orang yang diusulkan oleh Abu Bakar untuk dipilih menjadi khalifah.  Keributan terjadi dan semua yang berada di tempat itu saling angkat bicara. Ini adalah masalah yang rumit dalam memilih khalifah. Umar yang melihat keributan itu kemudian mengangkat tangan Abu Bakar dan membai’atnya sebagai khalifah. Bai’at Umar sebagai usulan Abu Bakar untuk dijadikan khalifah. Abu Bakar merupakan sahabat Rasulullah  yang paling hebat. Ketika Rasulullah  menyebarkan ajaran Islam, Abu Bakar langsung menerima. Selain itu, Abu Bakar merupakan orang yang ditunjuk untuk menggantikan imam ketika Rasulullah  sakit. Setelah Umar berbai’at, kaum Muhajirin ikut membai’at kemudian kaum Anshar juga ikut membai’at.

Apa yang menjadi pelajaran dari kisah pengangkatan Abu Bakar menjadi khalifah ini adalah bahwa permasalahan apapun tidak boleh terjadi perpecahan umat. Kita harus peka terhadap lingkungan yang bisa memecah belah persatuan dan mencegahnya. Mari kita ambil contoh bagaimana Umar bin khattab yang berhasil mencegah perpecahan di antara para umat muslim.

Semoga tulisan ini bisa memotivasi kawan-kawan dalam menambah wawasan terkait pentingnya arti perdamaian dan betapa buruknya perselisihan yang mengakibatkan perpecahan. Mari kita buka lagi sejarah dan cerita Rasulullah dan para sahabatnya dalam menangani perselisihan. Kalau tidak belajar dari mereka lantas siapa lagi? karena mereka adalah orang-orang terbaik.

Muhammad Nafiuddin Fadly

Mhs. Hubungan Internasional/2015

Universitas Islam Indonesia

Mutiara Hikmah:

Maukah aku beritahukan kepadamu perkara yang lebih utama daripada puasa, shalat dan sedekah? Para sahabat menjawab, “Tentu wahai Rasulullah.” Beliau bersabda, “Yaitu mendamaikan perselisihan diantara kamu, karena rusaknya perdamaian diantara kamu adalah pencukur [perusak agama]”. [HR. Abu Dawud dan Tirmidzi]

Video yang berhubungan

Video yang berhubungan

Bài Viết Liên Quan

Bài mới nhất

Chủ Đề